EMPAT BELAS

630 22 0
                                    

Sepasang mata terbuka karena silau cahaya matahari yang menembus masuk lewat jendela kamarnya. Gadis itu mengerjapkan kedua matanya dan beranjak dari tempat tidurnya menuju sebuah kamar mandi. Beberapa menit setelahnya, ia mengambil ponselnya yang nampak bergetar di atas kasurnya yang beralaskan sprei hitam dengan motif bunga mawar biru.

Digesernya pola berwarna hijau pada layar ponselnya, setelah itu ia dekatnya ponsel tersebut pada telinga kanannya. "Halo?" sapanya dengan nada datar.
[Kamu belom mau pulang?! Kapan kamu pulang?! Dari kemarin gak angkat telepon lagi!! Kamu dari mana aja?! Gak jalan bareng cowok kan?! Heh! Natasya! Jawa...] Sambungan terputus begitu Natasya memutus sambungan teleponnya. Ia mematikan ponselnya.

"Ah, pagi-pagi gini dah diomelin! Mau apa sih nenek jelek itu?!" umpatnya kesal sambil mendudukkan dirinya pada sofa yang tak jauh darinya. Natasya mengambil sebatang rokok yang tergeletak di atas meja dihadapannya dan menyalakan korek api agar membuat rokoknya menyala. Gadis itu menghisapnya dengan nikmat dan mengeluarkannya dengan perlahan. "Ah, baru gini aja dah rewel banget," ucapnya.

Ia ambil lagi ponselnya yang tadi ia matikan. Ia lalu menghidupkannya kembali. Setelah menunggu beberapa saat, terdapat pesan dari Kiran yang belum sempat ia baca tadi malam akibat lelah minum alkohol.

Pesan tersebut berisi:
[Nat, makasih ya udah nemenin gue. Sebenarnya, gue suka sama Lo. Mau gak jadi pacar gue?]

"Apaan sih?!" Natasya melempar ponselnya sampai membentur dinding kamar setelah membaca pesan dari Kiran. Ia tidak suka tipe cowok seperti Kiran. Ia harus bisa mendapatkan hati Yudith agar ia tidak sendirian lagi. Ia tahu betul Kiran tulus mencintainya, namun hanya Yudith seorang yang mampu menjadi senjatanya agar dia selalu dikelilingi oleh banyak orang.

...

Jam menunjukkan pukul 08.10 menit. Namun panas matahari pagi ini sudah seperti siang hari. "Ah panas banget! Sumpek lagi!" umpat Tati yang duduk di samping Zahra. "Ya iyalah sumpek, namanya juga di pasar bukan di mall," sahut Zahra yang tengah membeli sayuran. Zahra sengaja memanggil Tati untuk menemaninya ke pasar karena ia takut sendirian. Bi Sarah kini sedang tak ada di rumah karena anaknya sedang sakit.

"Udah belom panas nih!" rengek Tati sambil mengusap keringat yang bercucuran di dahinya. "Iya, bentar lagi kok," jawab Zahra. "Dah yuk!" ajak Zahra. Tati pun segera berdiri dari duduknya dan mengikuti langkah Zahra. Tanpa sengaja, bahu Zahra tertabrak seseorang gadis yang berteriak mengaduh. "Ah!" desahnya.

"Maaf! Eh?! Natasya?!" seru Zahra. Tati pun ikut menoleh pada gadis yang bertabrakan dengan sahabatnya itu. "Lah kok Lo di sini?" tanya Tati. "Ah... Ini... Gue..." Natasya tampak ragu dengan jawaban apa yang akan diberikannya pada dua gadis ini. "Oh, gue abis nemenin nyokap belanja! Ya! Dia bilang gak bisa bawa sendiri jadi gue bawain, terus tiba-tiba ngilang aja tuh orang, he he..." jawabnya.

"Masa?!" tanya Tati curiga. "Iya lah," jawab Natasya. "Emmm.... Duluan ya," ucap Natasya sembari berjalan pergi menjauhi keduanya. "Ada yang aneh deh," ucap Zahra pelan. "Udah yuk! Gue mau ngadem! Panas Bung!!" Tati kembali merengek seperti anak kecil. Akhirnya Zahra terpaksa menurut.

...

"Huh untung bisa menghindar dari mereka," ucap Natasya yang kini sudah berjalan menuju rumahnya. "Eh, Natasya!" Gadis itu menoleh pada sumber suara. Dilihatnya Kiran yang berlari ke arahnya.

Ah cowok brengsek ini lagi! Umpatnya.

Cepat-cepat Natasya memasang senyum hangat pada Kiran. "Kenapa, Ran?" tanyanya. "Oh, enggak. Kayaknya Lo belum jawab LINE dari gue ya? Mmm.... Tentang itu tuh," ucap Kiran ragu. "Oh maaf gue gak baca LINE dari Lo. Kayaknya kemaren yang baca sodara gue deh hehe maaf ya," jawab Natasya cepat. "Oh gitu ya..." Kiran nampak kecewa.

Natasya memandang Kiran yang kini tertunduk dengan tatapan bengis. Cowok labil, batinnya. "Kalo gitu.... Gue bilang langsung aja kali ya?" Mata Natasya membulat. Apa-apaan nih cowok?! Gak malu apa Lo?! Dasar gile! Umpatnya dalam hati.

"Eh, Ran. Gue masuk dulu ya, bye!" Natasya langsung berjalan cepat menuju pagar rumahnya tanpa menoleh pada Kiran yang melihatnya dengan kecewa. Pintu rumah ditutup rapat-rapat oleh Natasya. Kiran mengeluarkan ponselnya yang bergetar.

"Halo?" Jawabnya pada orang yang menelponnya.

[Kiran, Lo dimana? Katanya mau jalan bareng gue?!]

"Maaf, Sa. Kita lanjut lain kali aja ya?" ucap Kiran sebelum memutus teleponnya. Kiran berjalan menuju rumahnya. Hatinya nampak kecewa. Kok galau ya? Batinnya.

...

Tati mengunyah makanan yang baru dimasaknya untuk makan siang hari ini. Disampingnya terdapat dua pasangan yang sedang bermesraan. "Terus aja Lo jadiin gue nyamuk, Ra!" akhirnya Tati berucap. "Ye... Apaan sih, Ti? Makanya biar gak jadi nyamuk terus, Lo cari cowok kek!" sahut Zahra yang diiringi tawa oleh Yudith yang duduk disampingnya.

Tati kembali mengunyah makanannya tanpa menyahuti perkataan Zahra. Tiba-tiba ia merasa sebuah ponsel milik Zahra yang tergeletak tak jauh darinya itu berdering. "Ra! Telpon tuh!" seru Tati. Segera Zahra mengangkat telepon yang ternyata dari Sahira itu.

"Kenapa, Sa?" tanya Zahra.

[Ra, Lo dimana? Hiks...]

"Di rumah lah... Lo nangis? Kenapa? Kiran lagi?" tebak Zahra.

[Di rumah Lo ada orang gak? Hiks...]

"Emm... Ada sih Tati sama...Bang Yudith," ucap Zahra dengan nada pelan agar tak didengar oleh Tati maupun Yudith.

[Ya udah deh nanti aja....]

Zahra bingung dengan Sahira yang tadi sepertinya sedang menangis terisak-isak. Sambungan diputus oleh Sahira diseberang sana.

"Siapa?" tanya Yudith curiga.

"Sahira, dia nangis lagi," jawab Zahra sambil menoleh pada Tati yang juga menyimak.

"Kiran lagi?" tanya Tati.

"Kayaknya gitu," balas Zahra.

"Temen kalian?" tanya Yudith. Kedua gadis itu mengangguk bersamaan.

"Oh, ya Bang! Kenal Natasya gak?" tanya Zahra. "Oh, iya kenal. Kenapa emang," Yudith balik bertanya. "Gara-gara Natasya deketin si Kiran itu, Sahira nangis tauk!" ucap Tati sebelum Zahra sempat menjawab. "Emang gitu si Natasya," jawab Yudith. Kedua gadis di hadapannya itu kini nampak bingung. "Maksudnya?" Yudith menatap mereka bergantian. "Nanti Lo berdua juga tau sendiri," jawab Yudith sebelum kembali menatap layar ponselnya.

ZAHRA✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang