DELAPAN BELAS

576 18 0
                                    

Pagi yang cerah di hari Senin, namun para murid kini memasang ekspresi murung dikarenakan pagi ini, di lapangan sekolah mereka, akan diadakan, upacara bendera seperti biasa yang langsung merubah mood para murid di sini. "Ah, mager banget gue sumpah dah! Anjir mana laper lagi!" Tati berucap sambil memegangi perutnya yang sudah berbunyi. "Salah sendiri gak makan dulu!" sahut Zahra. "Nanti kalo makan dulu yang ada gue telat." "Kok bisa telat?" "Gue kesiangan." "Kok bisa kesiangan?" "Njir nanya Mulu Lo! Kasih makanan kek temen Lo ini!" "Mau ngasih duit berapa buat sesendok nasi putih?" "Njir sesendok doang mah mana cukup?" "Udah ah yuk capcuss ke lapangan!" "Anjir, gak setia kawan Lo! Aduh mau eek!" "Sono gih ke toilet!" "Tauk!" Tati pun berlari menuju toilet. "Awas ati-ati, jangan ampe BAB di celana!" tutur Zahra.

"Mau kemana si Monyet tadi?" tanya Yani yang sudah berdiri di belakang Zahra. "Mau eek katanya haha..." ucap Zahra pelan. "Hahahaha... Anjir gila tuh anak," Yani ikut tertawa. "Kuy ke lapangan!" ajak Zahra. Yani pun mengikuti langkah sahabatnya itu untuk berjalan menuju lapangan.

...

Natasya sedang berada di ruang UKS karena hari ini dia malas sekali untuk mengikuti kegiatan upacara bendera. Dia memberi alasan sakit perut pada anggota PMR yang berjaga di UKS. Natasya pun membaringkan tubuhnya pada ranjang yang terdapat di dalam UKS. "Dasar Kiran, tuh cowok gak malu apa? Gak nyadar diri banget!" umpatnya pelan.

Flashback On
"Natasya Putri Adinda! Dari dulu gue selalu merhatiin Lo. Gerak-gerik Lo dan segala macem. Lama-lama gue jadi suka sama Lo. Lo mau kan jadi pacar gue?" ucap Kiran. Mata Sahira membulat dan langsung menatap Kiran dengan masih ditempat persembunyiannya.

"Apa?" ucap Natasya. "Perlu gue ulang?" goda Kiran. Natasya mengerjapkan kedua matanya tak percaya. "Kiran, ini... Beneran?" Kiran mengangguk. "Buat apa gue boong?" ucapnya. "Kiran, gue gak tau harus gimana..." ucap Natasya bingung. "Jawab aja. 'Ya' atau 'Enggak'?" sahut Kiran. "Maaf Kiran, gue gak bisa jadi pacar Lo!" jawab Zahra. Wajah Kiran berubah pucat.

"Kenapa? Ada orang yang Lo suka? Atau Lo belom siap buat pacaran?" tanya Kiran.

"Iya, ada orang yang gue suka," jawab Natasya.

"Siapa?"

"Lo perlu tau? Gak kan? Udah ya bye!" Natasya langsung melengos pergi setelah itu tanpa peduli pada Kiran yang kini hatinya sudah sakit setengah mati.
Flashback Off

"Dasar cowok gak tau malu!" lagi-lagi Natasya mengumpat. Pastinya kalian sudah tahu kata apa yang akan Natasya keluarkan untuk Kiran, yaitu, "dasar cowok gak tau malu".

...

Upacara bendera selesai. Para murid langsung memasuki kelasnya masing-masing. Tak sengaja bahu Zahra menyenggol lengan Rifa agak keras sehingga membuat Rifa hampir terjatuh. Untung Zahra segera menarik tangan Rifa sebelum tangan gadis itu menyentuh aspal.

"Eh, sorry, Rif. Gue gak sengaja," jelas Zahra.

Rifa nampak memandang rendah Zahra dan segera melengos pergi. Dari sudut matanya ia menatap Zahra dengan sinis. Zahra masih tidak mengerti dengan gadis itu. "Ah, biarin aja lah!" ucapnya.

...

Beberapa saat setelah bel istirahat berbunyi, Tati yang tengah lahapnya menyantap sepiring nasi goreng yang baru saja dibelinya sambil mendengarkan curhatan sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Zahra? Kali ini disampaikannya ada Yani yang menemani keduanya.

"Padahalkan gue udah minta maaf sama dia, tapi dia kayak benci banget gitu SMA gue. Gue tau gue salah, tapi kan aturan dia ngomong langsung sama Bang Yudith kan?"

Yani mengangguk. Ia sangat mendalami apa yang dimaksud Zahra. "Iya juga sih..." tuturnya.

"Tati! Lo denger gak sih?!" "Iya denger kok. Gue kan punya kuping," jawab Tati yang kini sudah menghabiskan nasi gorengnya dan beralih pada ponselnya. "Awww... Doi ngecaht gue!! Awalnya bahagianya gue!" ucap Tati girang.

"Doi? Siapa?" Yani mengerutkan keningnya, tak tahu siapa yang dimaksud Tati. "Ada deh hehe..." "Ih Lo berdua mah jahat! Mainnya rahasiaan mulu dari kemarin. Gue gak dianggap!" gerutu Yani. "Kapan-kapan gue ceritain deh," papar Zahra. "Janji lho ya!" ancam Yani. "Iya, Yani," ucap Zahra.

Tak lama kemudian datanglah si Yudith bersama dengan temannya yang bernama Ansel. "Hai Sayangku!" ucap Zahra sambil merangkul pundak Zahra. "Ish, apaan sih, Bang? Malu tauk!" tutur Zahra sambil bersemu merah. "Hahahaha... Tauk nih Yudith!" sahut Ansel. "Oh, temennya Bang Yudith ya?" tanya Zahra. "Iya, nama gue Muhammad Ansel. Sekelas sama Yudith. Gak jauh ganteng juga kan?" "Iya ganteng banget!" seru Yani. Yang lain pun menoleh pada gadis itu.

"Cieee... Yang gak mau jomblo nih ye..." goda Tati. "Ih apaan sih? Maaf Bang, keceplosan hehe..." ucap Yani sambil cengengesan gak jelas. "Gak pa pa kok. Gue malah seneng diakuin hehe..." sahut Ansel. Yani pun langsung merona.

Aduh Bang! Ganteng banget sih Lo! Batin Yani dalam hati.

"Dek, nanti Abang pulang ya? Tapi mampir dulu hehe..." "Iya. Asal jangan lama lho ya!" "Sip Bossku!" Si Yudith dan Ansel pun pamit untuk kembali ke kelas mereka. "Uhhh enak banget ya?! Dimanjain sama pacarnya..." cibir Tati. Zahra memandang sinis si Tati Sumiati ini.

"Ye... Lo ngiri nih ceritanya?" "Ih gak lah, dah ada Doi kok." "Yani, suka sama Kak Ansel ya?" goda Zahra. "Iya nih hehe..." jawabnya, "Eh keceplosan lagi!" Ketiganya pun tertawa karena Yani.

...

Dua pasang kaki melangkah menuju kelas bertuliskan IPA 11-A. "Eh, yang tadi lumayan juga ya? Cantik hehe.." papar Ansel yang berjalan di samping Yudith.
"Yang mana? Awas Lu kalo diem-diem ketahuan suka ama my darling!" ancam Yudith.
"Ih, enggak lah. Maksud gue yang tadi bilang gue 'ganteng'."
"Oh, si..."
"Lu tau namanya?"
"Tau lah."
"Oke, siapa Cuy?" tanya Ansel dengan penuh harap.
"Si Cewek!"
"Anjir seriusan!"
"Tau deh. Sempet ketemu dua kali tapi gak tau namanya," jelas Yudith.
"Fix, pulang sekolah nanti Lo gue tonjokin aja ya?" ucap Ansel sambil menunjukkan tinjunya.
"Lo berani nonjok gue?"
"Gak lah hehe..."

Beberapa saat kemudian sampailah dia orang tadi di sebuah pintu kelas mereka.

"Kak Yudith!!!" panggil Zahra yang membuat Yudith maupun ans l ikut menoleh pada gadis yang kini berlari menghampiri keduanya. "Kak, nanti gue mau mampir ke toko buku dulu, anterin ya?" Natasya memohon.
"Wih, Yudith nih, udah punya pacar masih aja digandengin cewek haha... Si Zahra buat gue aja deh," ucap Ansel.
"Ih enggak! Gak rela gue Zahra buat Lo!" tegas Yudith.
"Emmmm... Jadi mau anterin gak, Kak?" tanya Natasya.

Yudith memandang gadis itu sebelum berucap, "Gak! Gue gak mau nganterin cewek yang bukan siapa-siapa gue! Suruh yang lain aja lah! Kenapa harus gue? Biar disangka gue selingkuh gitu sama Lo? Biar Lo bisa ngerusak hubungan gue sama Zahra, kan? Iya, kan?!" "Yudith, udah ih! Lo gak boleh kasar sama cewek, apa lagi dia dekel," ujar Ansel yang merasa iba pada Natasya yang kini sudah berlinang air mata. "Bodo amat dia mau dekel kek mau kakel. Serah gue!" papar Yudith sebelum masuk ke dalam kelas.

"Emmmm... Maafin sikap Yudith ya, Dek... Dia emang gitu hehe..." Natasya mengusap air matanya dan kembali tersenyum pada Ansel. "Gak pa pa kok, Kak. Aku emang salah, padahal udah tau kalo Kak Yudith udah punya pacar... Balik dulu ya Kak!" Ans l mengangguk s belum gadis di depannya itu kini berbalik badan dan segera pergi menuju kelasnya. "Kasian..." ucap Ansel. Setelah itu diapun masuk ke dalam kelas dikarenakan Bu Harti__Wali kelas IPA 11_A__ sudah berada tak jauh darinya. "Masuk kamu!" ujar Bu Harti. "Iya Bu!" jawab Ansel.

ZAHRA✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang