TIGA PULUH

499 21 0
                                    

Zahra menghela nafas berat begitu ia selesai packing. "Ah~ Akhirnya selesai! Lo berdua gimana?! Malah tidur-tiduran di kasur orang!" bentak Zahra pada Tati dan Yani yang fokus pada ponsel masing-masing.

"Udah gue mang!" jawab Tati.
"Me too!" sahut Yani.

"Eh, Ra? Gue boleh nanya gak?" tanya Tati yang sebelumnya sempat melirik Yani. "Nanya apa?" jawab Zahra datar.

"Sebelum cus ke Bali, Lo gak mau perbaiki dulu hubungan Lo sama Yudith? Gak seharusnya Lo marahan sama dia kayak gini... Lo kan bisa-". "Udah deh, Ti! Gue juga tau gue gak boleh kayak gini sama dia! Tapi gue belum siap! Gak tau nanti, gak tau besok, atau tahun depan! Lo gak usah ikut campur dulu urusan gue sama Yudith!" potong Zahra dengan nada tinggi.

"Ya kan gue cuma nanya, Ra..."
"Iya, Ra! Kita tau Lo butuh waktu, tapi kapan? Sampai nanti dia punya cewek baru? Sampai dia udah gak ada di sini lagi? Kapan, Ra? Lebih cepat lebih bagus!" sela Yani.

"Iya, sih... Tapi, ah tauk ah! Pusing! Nanti aja mikirinnya!" sergah Zahra sambil mengacak-acak rambutnya.

.
.
.

"Hoi!" seru Adith kepada adiknya yang sedang bermain game di laptop. "Apaan, Bang?" sahut Yudith.

"Kemaren saya ketemu Zahra, saya udah bilang buat mikirin lagi keputusannya buat kamu, Alhamdulillah sih dia agak ngerti... Sahabatnya juga pasti bantuin dia, jadi sekarang, kamu gak usah lesu gitu dong!" hibur Adith.

"Oh, iya makasih! Tapi gue gak yakin, Bang..." Adith mengerutkan keningnya. "Kenapa sih? Kamu harusnya berharap yang baik dong! Walaupun ada kemungkinan dia bakalan bilang gak mau sama kamu, kamu harus tetep sportif!"

"E... Bang! Bisa gak jangan pake kata "aku-kamu" geli gue dengernya..." ucap Yudith. Adith menggeram dan segera melempar bantal yang berada di sampingnya.

"Makasih ya Bang..." ucap Yudith sambil tersenyum kecil. Kecil namun hangat. Itu yang membuat Adith ikut tersenyum. "Sama-sama."

.
.
.

Rizky memandang sebuah buku yang masih dibalut plastik. Ia baru saja membeli buku itu. Seperti biasa, ia membeli buku soal-soal ujian untuk kegiatan belajarnya. Ia tak mau nilainya selalu berada di bawah Yudith.

Tiba-tiba tubuhnya bertubrukan dengan seorang wanita.

"Aduh! Ah sorry Kak!" ucap wanita itu. "Eh iya? Eh? Lo?" wanita itu menatap Rizky. "Kak Rizky?" "Lo yang selalu sama si Zahra itu ya?" tanya Rizky sambil telunjuknya dihadapkan pada Yani__gadis yang ditubruknya.

"Lho? Kok Kak Rizky tau?"  tanya Yani. "Ya tau lahh! Nama Zahra tuh sekarang udah terkenal di sekolah ini! Kan pacarnya Yudith! Eh, maksud gue, mantan," jelas Rizky dengan mengecilkan suara ketika mengatakan kata "mantan".

"Ish! Kak Rizky ngapain di sini? Beli buku?" tanya Yani sambil menatap buku tebal di tangan Rizky. "Ciee yang udah siap ulangan hehe..." ledeknya kemudian. "Eh?! Songong ya Lo?! Gini-gini gue pinter tau gak? Selalu ranking 2 dari depan!" sombong Rizky.

"Kok gak dapet ranking 1, Kak?" lagi-lagi Yani bertanya. "Ya karena yang ranking 1 selalu Yudith lah... Dari dulu gue selalu jadi nomor 2, sedih tau gak? Huhuhu..." jelas Rizky sambil pura-pura menangis.

" Haha... Lebay Lo kak! Oh iya, gue balik dulu, ya kak! Bye!" pamit Yani begitu ia melirik arloji ungunya.

Rizky mengangguk. Mereka lalu melempar senyum sebelum berpisah.

.
.
.

Pagi hari tiba. Mentari muncul dari ubuk Timur. Bersinar terang menerangi dunia. Menerobos masuk ke jendela kamar Zahra yang masih tertutup gorden biru.

ZAHRA✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang