TIGA PULUH LIMA

416 16 0
                                    

Sehabis pulang dari kencannya bersama Zahra. Yudith mendaratkan pantatnya pada sofa di rumahnya. Tak lama kemudian, Adith datang dengan membawa segelas teh hangat dan duduk di depan Yudith.

"Abis darimana kamu, Dhit?" tanyanya setelah menyeruput tehnya. "Date with Zahra..." jawabnya singkat. Adith mengeluarkan brosur dari tasnya dan dilemparkan ke Yudith.

"Apaan, nih?" tanya adiknya. "Waktu itu kamu bilang, kan, mau kuliah di luar negeri. Tante Mella bilang, kamu bisa masuk situ, nanti Tante Mella yang bayarin sampai kamu lulus," jelas Adith.

Yudith menatap lekat-lekat isi brosur tersebut. "Iya, sih gue mau. Tapi, hubungan gue sama Zahra gimana?" tanyanya cemas. Adith menatap Yudith. "Dek, kamu itu, kan pinter. Setelah kamu lulus dari sini kamu bisa selesaikan kuliah kamu dalam dua atau tiga tahun, kan?"

Yudith tak menjawab. Ia diam di tempatnya. Sedang berpikir keras. "Mama sama Papa mau kamu jadi arsitek yang terkenal di luar negeri. Makanya kamu perlu pendidikan tinggi di sana. Aku tahu kamu cemas soal Zahra. Tapi kalau kamu percaya sama dia, aku yakin, dia nggak akan berpaling dari kamu!"

Yudith masih tak bergeming. Adith memang benar. Pendidikan lebih penting. Yudith memang bercita-cita untuk sekolah di luar negeri. "Oke! Gue udah memutuskan! Gue akan kuliah di sini!" ucap Yudith sambil menunjuk brosur tersebut. Adith tersenyum. Mengangguk. "Sekarang! Tugas kamu adalah, kasih tahu ke Zahra dengan baik!" katanya. "Oke! Makasih ya, bro!" Adith kembali tersenyum.

...

Mata Zahra terbuka lebar ketika menerima pesan panjang dari Yudith. Cowoknya akan pergi ke Amerika?

You
Beneran ini?

Yudith Tukang Gombal
Iya bener. Maaf, ya... Tapi ini keputusan aku.

You
Sebenernya aku agak ragu kalau kita LDR tauk...

Yudith Tukang Gombal
Aku juga kali...
Tapi mau gimana? Mama, Papaku mau aku jadi yang terbaik buat mereka...

Zahra diam. Orangtua Yudith memang ingin anaknya jadi yang terbaik dari seluruh anak yang ada di dunia. Tapi tiga tahun lamanya ia harus berpisah dengan sang Kekasih. Sesek banget...

Yudith Tukang Gombal
Zahra...
Kok diem aja?

You
Terus kamu mau aku gimana?
Gelantungan kayak monyet di hutan?!

Yudith Tukang Gombal
Ya nggak.
Bilang "jangan pergi" kek, atau apa kek!
Masa mau LDR-an diem-diem baek?

You
Pengen banget kepergian kamu aku tahan.

Yudith Tukang Gombal
Nggak seru ah!

You
LDR masa seru?!

Yudith Tukang Gombal
Bukan itu maksudku...
Aku mau kita romantis gitu kayak di film. Jadi kamu harus nahan kepergian aku. Mau nangis kek mau apa kek terserah.

You
Ogah bangetz!

Yudith Tukang Gombal
Jangan gitu dong...
Entar kangen lagi cihuy!
Lope
Lope
Lope

You
Dih! Nape lu?!

Yudith Tukang Gombal
Kok pake 'gue-lo'?

You
Biarin!

Yudith Tukang Gombal
Hih!

You
Kamu... Kapan berangkatnya?

Yudith Tukang Gombal
Masih lama kok, nunggu kita selesai ulangan semester dua tahun ini.

You
Padahal kamu kan masih kelas 2 SMA, udah mau kuliah aja!

Yudith Tukang Gombal
Hahaha..
Dari dulu aku pinter jadi gampang soal pendidikan mah...

You
Ya-in!

Yudith Tukang Gombal
Takut kangen ya?
A cie
Cie!

You
Bocah napa yak?

Yudith Tukang Gombal
Jangan kangen...
Kalau kangen, telepon aja...

You
Iya

Yudith Tukang Gombal
Aku tidur ya... Udah ngantuk nih

You
Iya
Met malem...

Yudith Tukang Gombal
Malem...

Zahra meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia telentang di kasurnya. Apa yang akan terjadi jika Yudith benar-benar pergi ke Amerika? Apakah hubungan mereka baik-baik saja?

...

"WHAT?! YUDITH MAU KULIAH DI AMERIKA AVIS ULANGAN SEMESTER DUA?!" teriak Tati ketika mendengar cerita Zahra.

"Gak usah teriak kali!" geram Yani sambil menabok lengan Tati. "Ye maaf..."

"Beneran ini?" tanya Rifa sekedar memastikan. Zahra mengangguk lesu. "Ya ampun, kenapa gak kuliah di sini aja, sih?! Pake jauh-jauh ke Amerika segala!" sewot Tati.

"Suka-suka orang napa! Sewot banget lu kayaknya!" omel Yani. Tati cengengesan. "Terus, kalian LDR gitu?" tanya Rifa. Zahra kembali mengangguk.

"Duh! Paling gak suka deh sama yang namanya LDR! Pacaran beda tempat, itupun jauuuuuh banget! Belum tentu pacar kita setia, kan?!" protes Tati. Yani kembali menabok lengannya. "Jangan ngerocos mulu!" ucapnya.

Rifa kembali bertanya, "Berapa lama perginya?"
"Tiga tahun..."
"APA?! TIGA TAHUN?!" Yani dan Tati sama-sama berteriak.
"Cari pendidikan memang lama kali! Gak usah syok deh..."
"Tapi itu lama banget, Rifa..."
"Iya! Kasian Zahra..."
"Iya-iya!"

"Yahhh... Kalau kangen gimana dong?!" tanya Tati. "Tinggal telepon, lah!" sahut Yani. "Telepon ke luar negeri bukannya mahal?" kata Rifa. "Iya juga, sih," ucap Yani. "Sabar, ya, Ra..." Tati mengusap punggung sahabatnya. Zahra mengangguk. "LDR susah lho, belum rindunya... Kalau kata Dilan, jangan rindu, berat kayak galon..." sahut Yani. "Siapa juga yang mau ngangkat galon pas rindu?" sewot Tati. "Kan rindu sama kayak galon, berat, gimana sih?!" "Ya-in!"

...

"Zahra, kamu belajar ya... Minggu depan sudah mau ulangan lagi, kan?" ucap Zhifa. Zahra mengangguk lemas.

Ia menutup pintu kamarnya. Benar, ulangan kenaikan kelas di semester dua ini sudah dekat. Tinggal seminggu lagi.

"Ulangan udah deket, habis itu ditinggal Yudith deh... Nyesek amat!" gumamnya.

ZAHRA✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang