TIGA PULUH DUA

493 20 0
                                    

Yani dan Tati melahap santapan makan siang mereka yang super lezat setelah lelah melakukan kegiatan dengan teman-teman sekolahnya. Para murid diberikan waktu istirahat selama tiga jam, dan harus sudah berada di hotel sebelum jam empat sore untuk menyambung kegiatan selanjutnya.

"Yaps! Enak banget Ayam Betutut-nya! Mau nambah lagi gue!" ucap Tati disela makannya. "Abisin dulu yang di piring, baru nambah," timpal Yani yang juga tak kalah lahapnya.

Zahra dan Rifa yang duduk bersebelahan hanya bisa menatap Yani dan Tati yang makan sambil belepotan di depan mereka. Ingin rasanya kedua gadis itu memulai pembicaraan tapi masih canggung.

"Emmm... Ra, Lo beneran udah gak mau lagi sama Yudith?" tanya Rifa pelan, sehingga Tati dan Yani tak dapat mendengarnya. Zahra terkejut. Lalu menoleh pada Rifa, "Emang kenapa? Lo, masih mau sama dia?" tanya Zahra setengah berbisik. Ia memasang tampang acuh.

Sebenarnya dalam hati Zahra merasa tersakiti ketika mendengar nama Yudith dilontarkan, tapi ia bersikap seperti biasa.

"Oh, enggak. Gue cuma nanya aja, gue pikir, Lo berdua gak seharusnya berantem, tapi itu terserah Lo, gue gak mau ikut campur," jelas Rifa yang kemudian segera menyeruput es campurnya.

Zahra hanya mengangguk. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Zahra segera meraih benda itu, dan sebuah nama tertera di layarnya. "Yudith?" gumamnya dalam hati.

"Siapa, Ra? Kok lama banget ngangkatnya?" tanya Tati. Gadis itu terlihat penasaran. Begitu juga Rifa dan Yani.

"Yudith..." Zahra menjawab pelan.

"Oh?! Kenapa gak diangkat? Cepetan angkat!!!" seru Tati seperti orang gila.

"Oh...Oke-oke" ucap Zahra, kemudian menggeser tombol hijau pada layar ponselnya, dan berjalan menjauh dari ketiga temannya.

"Halo?"
[Lama banget ngangkatnya...] Suara Yudith di seberang sana kini terdengar di telinga Zahra.

"Ngapain nelpon?" tanya Zahra dingin.
[Gak kangen sama aku?]
Kangen, ucapnya dalam hati. "Gak! Buat apa?"
[Oh gitu... Maafin aku ya...]
Iya, batinnya, tapi yang keluar, "Susah buat maafin kamu," dengan nada dingin.
[Oh oke. Kalau gitu, kamu mau gimana?]

Zahra mengernyit bingung. "Gimana apaan?" Terdengar hembusan nafas frustasi dari Yudith di ponsel Zahra.

[Mau tetep putus, atau balikan? Terserah kamu.] ucap Yudith dengan nada yang berubah drastis. Kini menjadi lebih serius.

Zahra agak ragu dengan dua pilihan itu. Ia ingin sekali balikan dengan Yudith, tapi masih canggung rasanya kalau secepat ini. Tapi ia juga tak mau pisah lama-lama dengan Yudith. Menyesakkan.

Oh Tuhan, apa yang sebaiknya hamba pilih? Zahra berkata dalam hatinya.

.
.
.

Setelah kejadian siang tadi, malamnya Zahra ceritakan pada ketiga temannya yang kini sedang antusias mendengarkan. Ia masih harus berpikir untuk keputusan penting ini. Ia juga sudah chat Yudith bahwa ia akan segera menemukan jawabannya.

"Jadi gitu, menurut kalian pendapatnya gimana?" tanya Zahra diakhir ceritanya.

"Hmmm... Kalau gue sih mendingan Lo sama Yudith balikan aja, toh biar hati Lo gak sakit ini. Gue tau canggung. Tapi buat apa takut? Lo berdua bisa mulai dari awal," usul Rifa, orang pertama yang memberinya saran.

"Bener tuh! Gue juga dukung kalian balikan lagi. Sebenarnya, gue masih tetep emosi pas Yudith nampar Lo! Tapi kalau demi hati Lo, gue saranin balikan aja," sahut Tati.

Zahra mengangguk. Ia melirik Yani yang sedari tadi diam saja. Seperti mendapat pesan telepati, Yani mengangguk seraya berkata, "Gue setuju sama mereka berdua. Ini memang terlalu cepat, tapi hubungan kalian pasti bakalan membaik dengan sendirinya."

ZAHRA✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang