TIGA PULUH TIGA

486 24 0
                                    

Perjalanan ke Bali sudah berakhir dua hari yang lalu, serta kembalinya cinta sepasang kekasih yang kini sedang kencan di sebuah kafe di pusat kota. Siapa lagi kalau bukan Yudith dan Zahra?

"Gimana? Enak, kan kopinya?" tanya Yudith setelah melihat Zahra meletakkan kembali cangkir kopi yang baru diminumnya.

"Emmm... Lumayanlah..." ucapnya seraya mengelap bibirnya dengan tisu.
"Kok lumayan, sih? Gak enak ya?" tanya Yudith.
"Aku, kan udah bilang ini lumayan. Lumayan berarti bukan gak enak."
"Terus kenapa kamu bilangnya lumayan? Nama aku, kan bukan Mayan..."
"Ish apaan, sih? Kata siapa iya?"
"Hehe bercanda..."

Zahra memajukan bibirnya, cemberut. Tiba-tiba, handphone Yudith bergetar, panggilan masuk dengan nama 'Lisa' di layar handphone. "Lisa? Ngapain dia telpon?" gumamnya. "Angkat aja, paling lagi susah dia," ucap Zahra. Yudith mengangguk.

"Halo? Ngapain Lo telpon gue?"
[Yudith~aku kangen~ kamu kok judes banget sih sama aku?~]

Yudith mengernyit, langsung ia akhiri telpon dari Lisa. "Kenapa?" tanya Zahra. "Cewek itu masih mau sama aku, geli denger dia ngomong tadi," jawab Yudith yang membuat Zahra tertawa terpingkal-pingkal.

"Yudith," panggil Zahra. Yudith menoleh dan mendapati Zahra sedang menatapnya serius. "Kenapa? Mau pulang?" tanyanya. "Aku minta maaf... Aku selalu gak tahan kalau kamu deketin cewek lain, akhirnya aku jadi jealous sama kamu," Yudith masih setia menatap Zahra. "Aku ngerasa aku egois banget jadi cewek, soalnya aku gak mau dengerin penjelasan kamu dulu, dan akhirnya kita putus..." ucap Zahra.

Zahra menetap Yudith. "Jadi?"
"Jadi, aku mau berubah. Tapi aku gak bisa ubah diri aku sendiri, dan itu butuh bantuan kamu. Aku mau jadi cewek yang baik buat kamu kedepannya nanti, aku mau kamu tahan lama sama aku, aku mau hubungan kita awet sampai... Sampai..." Zahra terdiam, otaknya mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk mengakhiri kalimatnya.

Yudith tersenyum, "Sampai hari kiamat?" tanyanya. Zahra menetap Yudith, "Ya, bisa jadi. Pokoknya itu intinya!" Yudith tertawa.

"Ish! Kenapa sih?" tanya Zahra sambil mencubit pinggang Yudith dengan gemas. "Gak kenapa-kenapa, kamu aja yang lucu, bikin aku ngakak terus..." ucap Yudith yang membuat Zahra tersipu.

Yudith kini menggenggam tangan Zahra sambil berganti menatapnya serius. "Zahra, aku juga mau janji sama kamu, aku bakal setia sama kamu sampai mati, aku bakal berusaha buat ingat kamu tiap saat, aku gak mau selingkuh dari kamu, aku janji dan akan pegang janji aku ini. Aku juga butuh kamu buat ada di samping aku. Kamu itu masa depan dan tanggung jawab aku nanti..."

"Nanti itu kapan?" tanya Zahra. "Nanti, ya gak tau... Pokoknya nanti hehe..."

Zahra dan Yudith tersenyum. Merekapun kembali menikmati kencan yang indah sampai sore.

.
.
.

Di sisi lain, Lisa menggurutu teleponnya diputus oleh Yudith. "Argh!!! Kenapa, sih Yudith susah banget diajak balikan sama aku?! Emang apa yang kurang dari aku?! Cantik udah... Putih udah... Tinggi udah... Pinter... Emmm, lumayan... Kaya juga udah, apa lagi coba yang kurang?!" tanyanya pada cermin full body  di depannya.

"Gue tahu apa yang kurang!" sahut Adith. Ya, kini Lisa kembali lagi ke rumah keluarga Yudith. Ia berencana mengajak Yudith kencan hati ini, tapi sayang sudah keduluan Zahra.

"Apa yang kurang, Bang?" tanyanya. "Lo, kurang kaya hati, harus kayak Zahra!" jawab Adith sambil menunjuk Lisa dengan telunjuknya.

Lisa memutar bola matanya malas. "Zahra lagi, Zahra lagi! Emang apa, sih yang hebat dari dia?!" serunya pada Adith.

Adith menatap Lisa dengan tatapan serius. Sorot matanya menandakan omongannya bukan main-main. "Lo jangan ganggu hubungan mereka! Zahra itu cewek yang Yudith pilih! Bukan Lo! Jadi Lo harus bisa terima apa adanya! Lo gak boleh maksa mereka. Mereka udah dijodohkan!" jelas Adith.

ZAHRA✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang