TUJUH

958 39 0
                                    

Lima hari setelah orang tuanya pergi ke Swiss, Zahra tengah berbaring di ranjangnya sambil mendengarkan musik di kamarnya. Hari ini dia bolos sekolah karena bosan dengan suasana sekolah. Entah mengapa tapi hanya itu alasannya.

"Non, sarapannya nanti dingin kalo gak dimakan..." Ucap Bi Sarah yang membuka pintu kamar Zahra.

"Aduh, Bi... Zahra gak nafsu makan nanti aja deh. Ga pa pa kalo dah dingin..." Ucap Zahra sambil mendekap sebuah guling di sampingnya.

Setelah Bi Sarah keluar, Zahra menjadi semakin bete. Kondisi rumahnya kini sepi sekali. Ia sangat merindukan kedua orangtuanya, namun ia tahu mereka sedang sibuk.

Tak lama kemudian ia memilih untuk pergi keluar mencari angin. Ia berpesan pada Bi Sarah sebelum akhirnya menghilang di balik pintu. Hari ini masih pukul setengah delapan pagi. Jadi udara masih terasa sejuk saat hidung pesek Zahra menghirupnya.

Setelah berkeliling komplek, tibalah Zahra di sebuah taman yang kini membuatnya teringat akan kenangan bersama Mama. Dulu, Zahra dan Zhifa sering sekali bermain di sini, namun sekarang tempat ini sudah menjadi kenangan mereka.

Zahra duduk di salah satu bangku ayunan yang didirikan di taman tersebut. Ia merenungkan kembali kenangan manis bersama Zhifa sampai dua buah tangan melingkar di pinggang nya. Sontak Zahra terkejut dan segera menoleh ke belakang.

"Eh, ngapain Lo di sini?!" Pekik Zahra.

"Emang gak boleh? Kan gue juga tinggal deket sini..." Ucap Yudith sambil menyunggingkan senyumnya.

"Oh ya udah gue mau pulang aja deh! Males ketemu Lo!" Ucap Zahra yang beranjak dari duduknya dan segera berjalan pulang.

"Et! Tunggu dulu! Ngomong apa kek... Masa baru ketemu dah mau pulang gak kangen Lo ama gue?" Kata Yudith yang menggenggam tangan Zahra.

"Ih, apaan sih?! Buat apa gue kangen sama orang yang bego keak Lo?!" Kata Zahra mencoba untuk memberontak.

Yudith segera menarik Zahra kepelukannya yang seketika itu membuat jantung Zahra berdegup kencang. Yudith yang melihat Zahra tanpa perlawanan nyengir kegirangan.

Yudith semakin mengeratkan pelukannya pada Zahra. Tak butuh waktu lama, Zahra tangan mungil melingkari pinggang cowok itu. Zahra merasa nyaman sekali berada dipelukan Yudith.

...

"Zahra?" Ucap seorang gadis yang membuat Zahra dan Yudith segera melepaskan pelukan mereka dan menoleh pada sumber suara.

Gadis yang ditatap keduanya kini diam membeku dengan ekspresi iri bercampur tidak percaya. Matanya menatap tajam ke arah Zahra.

"Fa, gue bisa ceritain, ini gak seperti_" belum selesai bicara, Rifa yang berjalan ke arah Zahra langsung menampar pipinya dan berhasil membuat tangan Yudith menahannya agar tidak mendaratkan serangannya lagi.

Seakan tak percaya, Zahra mengelus pipinya yang tadi ditampar oleh Rifa dan memandang nya dengan penuh penyesalan.

"Lo mau apa sama cowok gue?!" Tanya Rifa pada Zahra dengan mata yang sudah sembab.

"Fa, ini gak seperti yang Lo bayangin... Gue cuma dihibur sama_"

"Udahlah gak usah pura-pura!" Ucap Yudith yang kini sudah merangkul Zahra disampingnya dan menatap Rifa dengan tatapan risih.

"Gue sama Zahra sebenarnya udah pacaran sebelum Lo nembak gue. Tapi gue terima karena gue cuma gak tega aja sama Lo. Tapi ternyata setelah pacaran sama Lo gue nyesel... Kita putus aja ya..."

...

Tak bisa mempercayai apa yang terjadi, bahwa, Yudith memutuskan hubungan dengan Rifa. Kecewa pasti ada di hati kecil gadis itu, namun rasa sakitnya yang paling banyak.

"Lo kenapa ngomong gitu ke Rifa? Dia serius suka Lo, Dith! Masa Lo gak mau sih kasih dia kesempatan buat deket sama Lo? Minimal satu tahun aja pasti cukup buat dia!" omel Zahra pada cowok menyebalkan dihadapannya itu yang kini tengah asyik bermain ayunan taman.

"Dith, Lo denger gak sih?!" Ucap Zahra sambil menatap Yudith tajam, namun cowok itu malah sebaliknya, santai-santai saja.

"Iya gue denger kok. Tapi kan gue gak suka sama dia. Kalo gak suka kan lebih baik putus aja kan?" Ucap Yudith.

Zahra ingin sekali berteriak, namun sebelum itu Yudith sudah menyela.

"Kalo gue lanjutin pacaran tanpa sepengetahuan dia kalo gue gak suka, sama aja gue nipu dia dong?" Lanjutnya.

Zahra tercengang.

Kata-kata Yudith ada benarnya juga. Tapi tetap saja, Rifa itu sahabatnya, dan kini ia pasti sedang berpikir bahwa penyebab putusnya ia dengan Yudith dikarenakan oleh, "Gue..." Ucap Zahra tanpa sadar.

Yudith mengernyitkan dahinya tak paham.
"Gue..ya.. karena gue... Dia pasti lagi marah banget kan sama gue? Karena gue deket-deket sama cowok yang dia suka kan?" Ucapnya sambil terbata-bata.

"Ra, Lo gak perlu mikirin keak gitu... Lo itu-"

"Gue perusak hubungan orang!"

"Gak Ra, nyadar dong... Ini bukan-"

"Gara-gara gue, Lo pindah hati ke gue kan?!" Ucap Zahra yang kini sudah mengeluarkan air matanya.

"Gue, gue... Sahabat macam apa? Bukannya bikin bahagia malah bikin rusak hubungan orang..." Lanjutnya sambil masih terisak.

"Ra, bukan Lo yang salah! Ini karena gue yang deketin Lo! Gue yang mutusin dia, bukan karena LO!! Jujur gue emang gak ada rasa sama Rifa semenjak dia jadi pacar gue!!! Gue cuma mau deket sama Lo doang, Ra!" Ucap Yudith sambil memegang pundak Zahra erat-erat.

Zahra memandang Yudith heran. Matanya masih berkaca-kaca. Ia benar-benar tidak tahu apa yang Yudith pikirkan tentang Rifa.

"Dengan alasan apa Lo deket-deket sama gue?" Zahra mulai memandang serius kepada Yudith.

"Gue, udah terlanjur cinta sama Lo,Ra..."

ZAHRA✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang