ENAM BELAS

574 23 0
                                    

Kiran berjalan dengan perasaan tegang sambil membawa sebuah bingkisan yang dibalut kertas kado bermotif hati berwarna merah terang dihiasi dengan sebuah pita yang berwarna merah muda cerah yang imut. Hari ini harus siap! batinnya. Dilihatnya gadis yang duduk di bangku taman menunggu kedatangannya. Rambut gadis itu berwarna hitam dengan panjang yang mencapai punggung. Didekatinya gadis itu. "Natasya!" panggilnya.

...

Natasya duduk di sebuah bangku taman seorang diri mengakan permintaan Kiran yang sedari tadi terus membujuknya. "Ish! Tuh anak mana sih?! Lama banget, katanya suruh ketemuan!" umpatnya. Natasya mengibaskan rambutnya agar menjauh dari wajahnya. Dia memandang jam pada ponselnya. 16.45, angka tersebutlah yang dilihatnya pada jam di ponselnya itu. Langit yang tadinya berwarna biru cerah berganti menjadi orange dengan campuran warna ungu dan kuning disertai oleh bintang-bintang kecil yang sudah mulai menghiasi langit tersebut. "Natasya!" panggil seseorang dari belakangnya.

Natasya pun menoleh dan mendapati Kiran yang berdiri di belakangnya sambil tersenyum manis. Tangan cowok itu disembunyikan ke belakang sehingga tak nampak jemarinya yang panjang itu. "Kok lama banget sih?! Dah kusut nih muka gue! Bilang kek kalo telat!" seru gadis itu. "Hehe... Iya maaf. Tapi gue ada sesuatu buat Lo!" sahut Kiran sambil memperlihatkan bingkisan yang tadi disembunyikannya dari gadis itu.

Mata Natasya membulat. Bibirnya terangkat, hendak mengucapkan sesuatu namun tak bisa ia keluarkan. Kiran berjalan agar lebih dekat pada Natasya, lalu menekuk sebelah kakinya masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. "Natasya Putri Adinda! Dari dulu gue selalu merhatiin Lo. Gerak-gerik Lo dan segala macem. Lama-lama gue jadi suka sama Lo. Lo mau kan jadi pacar gue?"

...

"Iya, Mah. Aku lagi jalan nih. Iya! Nanti kalo dah nyampe aku kabarin. Bye, Mah!" selesai bercakap dengan Ibunya, Sahira melangkahkan kakinya menuju jalan yang selalu membawanya ketempat ia tinggal. Tak sengaja matanya menangkap sosok Kiran yang tengah bersama Natasya. Penasaran, gadis itu lantas bersembunyi di balik semak dan mulai memasang telinganya agar bisa mendengar topik perbincangan mereka. "Natasya Putri Adinda! Dari dulu gue selalu merhatiin Lo. Gerak-gerik Lo dan segala macem. Lama-lama gue jadi suka sama Lo. Lo mau kan jadi pacar gue?" ucap Kiran. Mata Sahira membulat dan langsung menatap Kiran dengan masih ditempat persembunyiannya.

"Apa?" ucap Natasya. "Perlu gue ulang?" goda Kiran. Natasya mengerjapkan kedua matanya tak percaya. "Kiran, ini... Beneran?" Kiran mengangguk. "Buat apa gue boong?" ucapnya. "Kiran, gue gak tau harus gimana..." ucap Natasya bingung. "Jawab aja. 'Ya' atau 'Enggak'?" sahut Kiran. Sekali lagi Sahira membulatkan matanya. Air matanya kini sudah diujung, tinggal menunggu jatuh saja. Sebelum sempat mendengar jawaban dari Natasya, Sahira langsung berlari pergi menuju mobilnya yang masih terparkir di halaman sekolah. Kini air mata tak bisa lagi ia bendung. Ia biarkan jatuh sampai membasahi kedua pipinya, lebih tepatnya lagi, membasahi hampir sekujur wajahnya.

"Padahal Lo harusnya milih gue, Ran! Cinta gue lebih besar dari pada jalang keak dia!" ucapnya di tengah Isak tangisnya.

...

Di tengah gelapnya isi dunia, seorang gadis SMA berjalan termenung menuju rumahnya. Sengaja ia pulang terlambat supaya bisa menghindari pertemuan antara dirinya dengan Yudith. Hatinya sesak walaupun cowok itu sudah meyakinkannya bahwa apa yang dikatakan oleh Rifa itu tidak benar. Air matanya mengering di kedua pipinya. Sejak tadi tak ia hiraukan dinginnya angin malam yang berhembus, bisingnya deru mesin kendaraan yang melaju dan seramnya dunia malam yang gelap gulita ini.

Masih dengan berjalan gontai, Zahra mendengar deru motor yang sudah tak asing lagi di telinganya itu perlahan mendekatinya. "Zahra!" panggil seseorang yang tentu saja pemilik motor tersebut. Zahra menoleh. "Zahra!" Cowok dihadapannya itu kini turun dari motornya dan mendekati Zahra sebelum akhirnya ia tarik gadis itu kedalam pelukannya.

Sesaat Zahra merasa hangat. "Ra, maafin gue ya?" pinta Yudith. "Bang, gue mau pulang..." Segera Yudith melepaskan pelukannya dan mengamati wajah cantik Zahra. "Iya Sayang, kita pulang," ucapnya kemudian dan berjalan menuju motornya dengan Zahra yang juga melakukan hal yang sama.

Setelah keduanya sudah menaiki motor merah Yudith, dengan segera Yudith menyalakan mesin motornya untuk segera melaju menuju rumah Zahra dengan kecepatan yang tak seperti biasanya, agak lambat. Biasa, modus biar bikin si cewek bisa lama-lama sama dia😎.

Zahra memeluk pinggang Yudith yang langsing dan keras. Bisa ditebak Yudith memiliki otot diperutnya. Tapi tak ia hiraukan, gadis itu kini menyenderkan kepalanya pada punggung Yudith yang kokoh sambil merasakan sejuknya angin yang menabraknya. "Suka," ucapnya pelan. Tentu saja Yudith tak mendengarkan. Motor merah Yudith masih melaju dengan kecepatan yang sama. Makin lama menjauh dari tempatnya bertemu Zahra tadi. Tanpa sadar Yudith tersenyum simpul.

ZAHRA✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang