LIMA BELAS

595 22 0
                                    

Natasya melangkahkan kakinya menuju ruangan yang biasa digunakan untuk tempat bertemunya ia dengan Rifa. Tapi kini berbeda, karena yang ingin bertemu dengannya bukan lagi Rifa, namun Yudith. Natasya pun melangkah lebih cepat menuju gudang dengan perasaan senang plus waspada.

"Yudith!" sapa gadis itu setelah tiba di depan gudang. Yudith menoleh lalu berjalan mendekati Natasya. "Lo mau apa lagi sih?" tanya Yudith. "Lho, kan Elo yang mau ketemuan sama gue," balas Natasya. Yudith mengelak napas, "Gue kan kemaren dah bilang ke Elo buat gak ganggu gue sama Zahra. Tapi sekarang Lo malah bikin rencana gak jelas biar gue jauh dari Zahra kan?" Natasya menggeleng. "Yudith, gue tuh cinta mati sama Lo. Apapun akan gue lakukan biar bisa di sisi Lo. Gue cuma gak suka sama Zahra. Lagi pula gue juga gak ngapa-ngapain cewek itu kok," jelasnya. "Lo masih belom ngapa-ngapain dia, Nat. Tapi kalau gue denger Lo bikin celaka cewek gue, awas Lo ya!" ancam Yudith. Natasya membulatkan matanya. Bibirnya terangkat.

Yudith berjalan melewati Natasya agar dapat kembali ke kelasnya. Merasa tak terima Natasya lantas meneriakkan kata-kata, "APA-APAAN LO?! GUE TUH CINTA SAMA LO, DITH! KOK LO KEAK GITU SIH SAMA GUE?! YUDITH!!!" Namun Yudith tak menghiraukan gadis itu dan segera menghilang dari pandangan Natasya. Natasya kesal dibuatnya, tangan gadis itu mengepal kuat. Dalam hati gadis itu bertekad, Awas aja Lo Zahra! Gue bakal rebut Yudith dari Lo!

...

Seorang gadis berjalan gontai menuju gudang, kedua tangannya tengah membawa kardus berisi buku-buku tak terpakai yang nantinya akan dijual oleh pihak sekolahnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti begitu melihat Yudith yang berjalan berlawanan arah dengannya. "Kak Yudith," gumamnya. Jantung gadis itu berdegup kencang.

Yudith mendongakkan kepalanya saat melihat seorang gadis menatapnya dengan tatapan aneh sambil membawa sekotak kardus. "Rifa?" panggilnya. "Lo mau kemana?" tanyanya. "Oh, emmm.... Mau ke gudang, Kak," jawab gadis itu. "Oh. Mau gue bantu kayaknya berat tuh," tawar Yudith. Seakan tak percaya, Rifa mengangkat bibirnya terkejut. "Oh, boleh nih?" tanyanya memastikan. Yudith segera mengangguk. Rifa menyerahkan kardus di tangannya pada Yudith. Mereka pun berjalan bersama menuju gudang.

...

"Duh kebelet gue! Yani! Anterin kencing!" pinta Tati. "Gak ah gue lagi ngerjain soal nih!" ucap Yani. "Ish gue tau kali!" "Disini bukan kali Tati!" canda Zahra. "Ih Lo berdua gak setia kawan nih!" "Iya deh iya! Gue anterin," ucap Zahra. Namun Tati sudah berlari terbirit-birit menuju toilet. "Eh, Ti! Tunggu!" Zahra segera mengejar temannya itu yang seperti sedang kesetanan.

Beberapa saat setelah sampai di toilet, tak sengaja mata Zahra menangkap dua sosok yang tengah berjalan bersama. "Bang Yudith? Sama siapa dia?" tanyanya pada diri sendiri. Ia perhatikan lekat-lekat perempuan yang berada di samping Yudith. Matanya membulat, "Rifa?" ucapnya.

...

Beberapa saat sebelumnya, "Kak makasih ya, udah bantuin gue." "Hmmm..." balas Yudith dengan anggukan. "Emmmm... Perlu gue traktir gak?" tanya Rifa. "Gak usah," jawab Yudith dengan ekspresi dingin. "Gak pa pa kok, Kak! Harusnya gue traktir Lo karena dah nolongin gue!" Rifa memohon pada Yudith sambil menggandeng tangan cowok itu.

"Rifa?" Keduanya lantas menoleh pada suara yang berasal dari mulut Zahra. Mata gadis itu membulat melihat pacarnya jalan dengan sahabatnya__Ekhm! Mantan sahabat. Sorry__. Segera Yudith melepaskan tangan Rifa. "Emmmm... Zahra, ini gak seperti yang Lo bayangin. Gue sama Rifa gak ada hubungan apa-apa kok," ucap ya cepat sebelum gadisnya itu mengambil kesimpulan.

"Ih, Kak kok gitu sih? Bilang aja sama dia gue sama Lo itu beneran pacaran!" seru Rifa yang langsung membuat Yudith dan Zahra terkejut mendengarnya. "Lo ngomongin apa sih, Fa?! Udah bagus gue bantuin!" ucap Yudith. "Iya, kamu bantuin aku bikin anak di sini," papar Rifa sambil mengelus perutnya. Zahra lantas melotot pada keduanya.

"Bantuin ngapain?!" sahut Zahra. "Ra, dia boong! Jangan mau percaya!" pinta Yudith.
"Bodo!" tegas Zahra sambil meninggalkan keduanya.

Yudith menatap haram ke arah Rifa yang semula tersenyum.
"Maksud Lo apa bilang gitu ke Zahra?!" tanya Yudith dengan wajah memerah penuh amarah. "Kak, gue cuma mau balikan sama Lo. Lo kan tau gue tuh cinta mati sama Lo. Gak akan gue biarin hati Lo diambil sama yang lain, entah itu dari keluarga gue ataupun sahabat gue sendiri! Gue sayang tulus! Sama Lo!" jelas Rifa yang juga sama emosionalnya. Yudith mendengus kesal sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan gadis itu yang kini memanggil-manggil namanya.

...

Zahra berjalan cepat menuju kelas dan mendudukkan tubuhnya pada kursinya. Yani yang melihat teman sebangkunya itu menatapnya dengan tatapan aneh. Zahra membenamkan wajahnya pada kedua tangan yang sudah dilipat di atas mejanya. "Lo kenapa?" tanya Yani ragu. Zahra tak menjawab. "Zahra?" "Zahra!" panggil seseorang dari pintu kelas. Lantas semua murid yang berada di dalamnya pun menoleh pada cowok itu yang tak lain ialah Yudith.

Segera Yudith melangkahkan kakinya menuju meja gadisnya itu. "Zahra, sayang, maafin gue ya. Itu gak seperti yang ada di otak Lo. Dia beneran boong sama Lo. Zahra, percaya sama gue ya," pinta Yudith. Namun tak terdengar jawaban dari Zahra. Tak ada juga jawaban dari gerak tubuhnya. Zahra seakan berubah menjadi patung. Hanya gerak naik turun di punggungnya yang terlihat__sedang bernapas.

"Lo apapun Anka orang, Bang?" tanya Yani pada Yudith. "Panjang," jawab Yudith singkat, padat dan jelas. "Bang, keaknya Lo biarin Zahra sendiri dulu deh. Biar dia bisa tenang," usul Yani__pinter ternyata kau, Nak. Yudith setuju dengan saran Yani. Diapun membisikkan sesuatu pada telinga Zahra sebelum akhirnya pergi, "Kalo Lo dah mau ngomong sama gue, kabarin ya. Gue sayang sama Lo."

...

Rifa berjalan sambil menghentakkan kakinya kesal pada ubin di koridor sekolah. Air mata yang keluar tak banyak, seperti keringat, namun sudah bisa dipastikan bahwa gadis satu ini benar-benar patah hati. "Dasar Jalang!" umpatnya kesal. "Siapa yang jalang?" Rifa menoleh pada sumber suara. Dilihatnya Natasya yang berdiri dengan bersenderkan pada tembok di belakangnya. "Lo!" jawab Rifa sambil meneruskan langkahnya.

"Abis mulai rencana baru dah gagal aja Lo!" sindir Natasya. Lantas Rifa menghentikan langkahnya. "Ini urusan gue. Lagi pula kalo semua orang di sini tau bahwa Natasya yang dari luar itu cantik, tapi ternyata hatinya busuk, Lo mau ngapain?" balas Rifa. "Heh, gak tau deh. Itu juga urusan gue," sahut Natasya sebelum melenggang pergi. Rifa makin kesal dibuatnya. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat dan meninju tembok disampingnya. "Keparat!" umpatnya__Dah kayak cowok putus cinta gak sih? Tapi ini versi ceweknya hehe.

ZAHRA✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang