TIGA BELAS

681 24 0
                                    

Sebuah pasangan yang baru saja keluar dari sekolah mereka kini berjalan menuju parkiran tempat Yudith memarkir motor merahnya diikuti oleh Zahra yang mencoba menyamakan langkahnya dengan langkah kaki Yudith namun tak berhasil. Kaki Yudith terlalu panjang, sedangkan kakinya terlalu pendek. "Abis ini mau langsung pulang apa mampir dulu?" tanya Yudith. "Emmm... Mampir dulu deh ke kedai kopi hehe..." ujar Zahra. "Ye.... Cewek kok ngopi?" cibir Yudith sembari memakai helmnya. "Biarin aja," sahut Zahra yang juga melakukan hal yang sama seperti Yudith.

Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk beranjak pergi dari sekolah ini dan sampai di kedai kopi yang letaknya tak jauh dari sekolah mereka. Setelah turun dari motor Yudith, Zahra segera berlari kecil menuju kedai kopi dan segera masuk untuk mencari tempat duduknya. Ia menunggu Yudith yang masih sibuk memarkir sepeda motornya.

"Zahra?" ucap seorang pria sambil menatap ragu wajah Zahra. Segera gadis itu menoleh pada pria yang baru saja memanggil namanya itu. "Ya?" jawabnya. Pria itu lantas terkejut. "Jadi Lo beneran Zahra? OMG! Lama gak jumpa! Lo inget gue kan?" ucapnya. Zahra menyipitkan matanya sambil menatap pria itu lekat-lekat, mencoba mengingat-ingat siapa pria yang tengah bicara dengannya itu. "Oalah Doni! Gak nyangka gue!" ucap Zahra yang kini juga terlihat terkejut akan pertemuannya dengan teman satu SD nya itu.

Kini Zahra dan Doni tengah asyik membicarakan kenangan mereka di SD. Sampai akhirnya seseorang masuk ke dalam kedai kopi dan menghampiri keduanya sambil berdehem. Zahra dan Doni menoleh pada pria di samping mereka. "Oh, Doni! Ini pacar gue, Yudith. Bang Yudith, ini temen Zahra, Doni," jelas Zahra memperkenalkan keduanya.

Doni lantas terkejut mendengar Zahra yang kini sudah punya pacar. "Lo dah ada pacar? Wuih keren tuh! Hahahaha..." ledek Doni. "Ish Doni apaan sih?" tutur Zahra sambil mencubit pinggang Doni sampai pria itu mengaduh kesakitan, "Aw!"

Yudith yang menatap mereka dengan tatapan tidak suka menarik tangan Zahra dan segera keluar dari kedai. "Ih, Bang! Kita belum mesen kopinya! Bang! Bang Yudith! Ih!" rengek Zahra. Yudith berhenti menarik lengan gadisnya itu dan segera berbalik menatap Zahra yang kini mengerucutkan bibirnya kesal. "Gue gak suka Lo deket-deket sama cowok lain," jelas Yudith.

Zahra melotot tak percaya. Yudith yang dingin ini ternyata bisa cemburu juga ya? "Kenapa gak suka diakan temen gue?" tanya Zahra. "Pokoknya gue gak suka aja! Yang penting dia itu cowok. Dan gue ga suka Lo deket-deket sama cowok lain yang gak kenal deket sama gue," jelas Yudith. "Ya udah iya," ucap Zahra.

...

Di sisi lain, "Lo suka yang mana?" tanya Kiran pada Natasya sambil menyuguhkan dua boneka beruang manis. "Yang putih lucu," ucap Natasya. "Kalo gitu yang ini aja," sahut Kiran sambil berjalan menuju meja kasir dan membayar boneka yang dipilih oleh Natasya. "Ini buat Lo," papar Kiran sambil memberikan boneka tadi pada Natasya. "Eh? Buat gue nih? Gak pa pa?" tanya Natasya gugup. Kiran mengangguk sambil tersenyum. Mau tak mau Natasya menerima boneka pemberian Kiran. "Makasih," ucap Natasya. Seketika itu pipi Kiran memerah.

Lebay banget ngasih beginian, batin Natasya dalam hati.

"Abis ini Lo mau kemana?" tanya Kiran. "Kemana aja deh. Serah Lo," papar gadis itu. "Kalo gitu... Kita makan-makan, mau?" tanya Kiran ragu. Matanya tak berani menatap mata Natasya. "Boleh," jawab gadis itu. Dengan segera mereka keluar dari toko boneka dan menuju tempat untuk makan malam.

...

Angin malam berhembus saat Zahra dan Yudith baru saja tiba di depan rumah Zahra. "Makasih buat hari ini," ucap Zahra. "Gak. Gue yang harusnya bilang gitu. Kan gue yang ngajak Lo jalan," sahut Yudith. Zahra tersenyum lebar yang membuat Yudith juga ikut tersenyum. Kemudian.... Hening. Hanya angin yang dapat memecah keheningan malam diantara mereka.

"Gak masuk? Dingin nih," akhirnya Yudith berucap setelah berpikir ulang. "Mau sih, tapi masih mau lama-lama sama Bang Yudith hehe..." papar Zahra yang langsung membuat keduanya tertawa bersama. "Bisa aja Lo. Gih, masuk! Dah malem tauk!" suruh Yudith. Zahra mengangguk, kemudian berjalan menuju pintu rumahnya sebelum akhirnya menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Yudith seraya berkata, "Bang, makasih dah jadiin gue pacar Lo."

Yudith melongo tak percaya. Baru kali ini Zahra mengatakan itu. Jantungnya berdebar-debar. Mau tak mau Yudith tersenyum lebar. Pintu rumah Zahra tertutup setelah gadis itu masuk ke dalam. Yudith masih diam mematung dengan motornya menatap rumah Zahra. Angin malam hari itu kembali berhembus. Meniup tubuh Yudith yang hanya dilapisi oleh seragam dan jaket birunya, tak lupa dengan tas hitam yang menempel pada punggungnya. Dingin. Itulah yang dirasakan Yudith.

Tak mau lama-lama di sana, Yudith segera memakai helmnya dan menyalakan mesin motornya untuk segera beranjak pulang ke rumahnya. Deru motor Yudith masih dapat didengar oleh Zahra yang diam-diam memerhatikan cowok itu dari jendela kamarnya. Zahra tersenyum. Kini ia tak mau lagi menyangkal bahwa ia, sudah terlanjur cinta pada seorang Yudith.

...

Makan malam yang diselimuti oleh keheningan itu masih berlanjut walaupun makanan yang disantap keduanya sudah habis. Natasya asyik mengotak-atik ponselnya, sedangkan Kiran diam-diam mencuri pandang pada paras cantik Natasya, gadis yang disukainya itu. Menyadari Kiran menatapnya, Natasya segera berkata, "Ran, gue balik dulu ya. Di rumah gak ada yang jagain soalnya," ucap Natasya bohong. Sebenarnya memang dari dulu dia tinggal sendirian. "Oh oke. Perlu gue anterin?" tanya Kiran. "Gak. Gue bisa jalan sendiri kok hehe..." sahut Natasya. "Tapi kan gak aman cewek jalan sendirian malem-malem gini," papar Kiran. "Gue bisa jaga diri kok," Natasya meyakinkan cowok di depannya itu dengan senyum yang membahana. Kiran mengangguk pasrah. Segera Natasya pergi meninggalkan Kiran tanpa sepatah kata pun.

...

"Dasar cowok labil! Masa gak tau malu banget jalan bareng gue!" umpat Natasya saat masih berada di jalan yang masih ramai orang berlalu lalang. Tangannya merogoh isi tas di dalamnya dan mengeluarkan sebuah boneka putih pemberian Kiran tadi. Dilihatnya tong sampah yang tak jauh darinya. Dengan cepat gadis itu melempar boneka tadi pada tong sampah itu dan tersenyum miris.

...

Sahira membelokkan mobilnya pada persimpangan jalan dan melihat Kiran yang baru saja keluar dari restoran. Sontak Sahira langsung membuat jendela mobilnya dan berteriak memanggil Kiran. "Kiran!!!" Pria itu menoleh setelah mendengar suara Sahira. Sahira turun dari mobil dan segera menghampiri Kiran yang masih diam mematung.

"Abis makan malam ya?" tebak Sahira. "Iya, bareng Natasya tadi. Tapi dianya dah pulang duluan," jawab Kiran sambil menggaruk-garuk kepalanya. Mendengar itu, Sahira langsung memasang ekspresi tidak suka. "Oh," ucap gadis itu. "Eh, Sa! Gue boleh nebeng gak?" tanya Kiran. "Oh, mau pulang?" "Gak. Mau ke rumah Natasya. Kalo Lo gak tau jalannya nanti gue pandu. Ada yang mau gue omongin soalnya," jawab Kiran sambil cengar-cengir. Sahira langsung membalikkan badannya dan berjalan menuju mobilnya diikuti oleh Kiran dibelakangnya.

Sahira menutup pintu mobil setelah ia sudah berada di dalamnya dan segera menyalakan mesin dan melaju tanpa menghiraukan Kiran yang belum memasuki mobilnya. "Eh, Sahira! Tunggu! Gue belum naik! Sa!" teriak Kiran sambil mengejar laju mobil Sahira. Namun percuma, dia jauh tertinggal.

...

Di dalam mobilnya, Sahira menangis tanpa suara. Air matanya keluar menuruni pipinya. Matanya memerah. Sambil fokus menyetir, Sahira berkata dalam hati, Apa sih yang Lo liat dari cewek keak dia, Nan?

ZAHRA✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang