6 | Tanggung jawab; hamil ✓
Pagi yang cerah bagus dilakukan untuk melakukan kegiatan semacam olahraga pagi. Walau memang bangun tidur, tidur lagi merupakan hal terbaik di dunia ini.
Setelah sampai di taman kota yang berjarak satu kilo dari komplek Sisil. Keenam orang ini duduk sebentar di bangku taman sebelum mereka kembali berjalan untuk mencari pedagang minuman.
Kini Juan, Sisil dan tiga temannya berjalan kembali menemui Alya yang tadi menolak untuk ikut mereka membeli minuman. Ke-lima orang ini berjalan berjejer seakan jalanan adalah miliknya. Bahkan Vano dengan tampang sok polos tak jarang sengaja menghalangi jalan orang. Sampai orang yang dia halangi menggerutu, kemudian karena katanya dia adalah lelaki bertanggungjawab, jadi dia meminta maaf setelah melakukan semua hal itu.
Mereka yang disekolah nya tak pernah benar, atau sering jadi cibiran orang sampai mendapat julukan brandal pun, nyatanya punya jiwa lain ketika diluar sekolah. Orang-orang ini bahkan bisa jadi baik, receh, bego, jail, dalam tenggang waktu yang tak jauh. Bahkan dibeberapa saat mereka bisa jadi orang-orang yang bertanggung jawab juga atas perilakunya.
"Kalian aneh gak sih? Masa ada yang ngajak jogging hari senin gini." Fajar menautkan alis bingung.
Vano menoleh cepat, "aneh banget njir. Masa badgirl-nya sekolah tadi pagi nyepam grup ngajak jogging," sahut Vano yang juga merasa aneh.
"Iya, biasanya juga siders doang," imbuh Deni jadi ikut-ikutan.
Sisil tampak memainkan bibir, kemudian ia ikut bersuara, "dulu, setiap hari sabtu gue sering banget jogging sama dia. Jadi, gak ada yang aneh menurut gue." sahutnya sembari membuka tutup botol minuman miliknya.
"Tapi kan ini senin, Sil, waktunya kita malas-malasan ditanggal merah." protes Vano heboh.
"Lha, lo bukannya sering jogging ya tiap hari senin?" Deni mengangkat alus pelan melihat Vano. "Dilapang sambil diliatin Pak Ibnu." Ia mengimbuhkan kemudian tertawa puas.
Vano melirik sinis kemudian berlari ke belakang Deni dan menoyor kepala pemuda itu keras dari belakang, kemudian dia berlari lagi dan bersembunyi dibalik Sisil.
Deni berbalik, mendelik sinis melihat Vano yang kini bersembunyi dibalik Sisil. Bagus sekali strateginya. Tapi, Deni tak mau diam saja. Pemuda itu berlari meraih Vano untuk ia balas..
"Diem, gila." Sisil yang geram ikut menoyor kepala Deni dengan kasar yang kini berada dihadapannya, membuat pemuda itu meringis dan mengusap-usap kepalanya.
"Kasian..." ledek Vano sok berani, padahal dirinya kini tengah bersembunyi dibalik badan Sisil.
Sisil berbalik kemudian meraih kepala Vano dan menjitaknya. Deni yang sibuk mengusap kepala pun langsung tertawa puas.
"Ngalah aja sama bocah, kenapa sih, Den. Gue aduin Fany nih lama-lama." ujar Fajar menyebut nama pacar Deni.
Deni tak peduli dengan ucapan Fajar. Pemuda itu lebih memilih mengincar Vano yang masih setia bersembunyi dibalik Sisil. Deni berlari mendekat kemudian tangannya bersiap meraih Vano. Namun tak berhasil. Vano terlanjur berlari dan kini berhenti dibalik Juan. Deni tak tinggal diam, pemuda itu berlari lagi menghampiri Vano. Kini jadi kejar-kejaran layaknya film India.
"Ini pada ngapain sih?!" tanya Juan kesal.
"Udahan dulu. Udahan main film India nya," titah Sisil membuat kedua pemuda yang tadi ribut kejar-kejaran kini diam memperhatikan gadis itu, "liat ke sana," pintanya sambil mengarahkan jarinya ke arah kursi taman.