Tanda jatuh cinta

758 61 6
                                    

29 | Tanda jatuh cinta; “rasa sakit yang kamu rasakan jadi tidak begitu menyiksa saat kamu berada didekatnya”






Alya mengangkat satu kaki, kemudian menopangnya pada satu kaki lainnya. Gadis itu dengan santai duduk di ruang osis. Menunggu si peminjam barang yang ia bawa tadi pagi untuk menemuinya.

Tidak lama dari itu. Alya menurunkan kaki secara reflek lalu duduk dengan tegak. Mata gadis itu tertuju pada pintu ruangan yang mulai terbuka. Namun, jadi memutar bola matanya saat tahu siapa yang masuk. Alya menghiraukan itu. Kini mengambil handphone dan merunduk memainkannya.

"Ngapain disini?" tanya seseorang yang tadi baru saja masuk itu. Dia mengerutkan kening, merasa akan sangat aneh jika Alya berada disini tanpa alasan.

Alya tak menjawab. Sampai seseorang itu menemukan barang tergeletak disamping Alya. "Gitar siapa itu?" tanyanya lagi, kali ini dengan tampang yang datar.

Alya mematikan handphone, langsung mendongkak mendengar suara pintu terbuka kembali. Gadis itu terdiam sejenak hingga kemudian jadi berdiri, "lama gak gue pake. Kalo ada apa-apa benerin sendiri. Kalo nggak, telpon Juan." ujarnya sambil beranjak keluar.

Gadis itu keluar. Membanting pintu keras, kini berjalan dengan wajahnya yang mulai memerah karena geram, "ngapain si njir. Banyak tanya banget jadi orang!"

Perasaan cuma dua pertanyaan.

Tapi... walau cuma dua pertanyaan, jika dari awal mood nya sudah tidak baik. Dua pertanyaan saja akan jadi merugikan untuk dijawab.


















"Mau cari apa?" tanya Reffal melihat Amira berdiri tepat dihadapannya kini.

Gadis itu diam lama. Padahal cuma mau ngambil data OSIS baru, tapi jadi deg-deg-an takut disalahin. Padahal juga kan gak kenapa-napa, "minta data OSIS baru,"

"Ada di rumah, nanti ke rumah aja," jawab Reffal sambil melangkahkan kakinya menuju sofa. Lalu duduk disana.

"Tadi ngapain?" tanya Amira sambil menarik kursi dan langsung duduk.

"Alya?" tanya pemuda itu membuat Amira mengangguk pelan. "Gue pinjem gitarnya buat anak osis," jawabnya.

"Disekolah kan ada."

"Ada, cuma kurang."

Amira menghela nafas kecil. Walau bibirnya selalu berkata 'baik-baik saja' dengan hal-hal tidak biasa yang dilakukan pemuda dihadapannya dengan gadis tadi. Jauh dari itu, hatinya merasakan sakit yang begitu dalam. Karena tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat orang yang kita cinta tengah bersama yang dia cinta.

Hm... rumit sekali sebuah kisah cintanya.






















"Kenapa sih sayang... sini cerita with your prince charming," kata Vano riang sambil membusungkan dada menawarkan diri.

Alya melihat sekeliling sejenak. "Fajar kemana?" tanyanya kemudian duduk dihadapan Vano. Menghiraukan ucapan Vano tadi.

Pemuda itu mengerut kening, ikut menatap sekeliling, mencoba membantu mencari Fajar. Hingga tak lama, mata pemuda itu terpaku. Dia menyipitkan mata kemudian jadi mengerjap beberapa kali. Hanya untuk memastikan bahwa yang dia lihat tidaklah salah.

"Anj—ngedate!" seru pemuda itu heboh, membuat Alya menyerngit tak mengerti.

Alya menoleh pada arah mata Vano, namun dia belum menemukan sesuatu yang membuat Vano tadi terkejut. Kemudian Alya menoleh melihat Vano. "Apaan?!" tanya gadis itu penasaran.

alyailshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang