Anggun itu siapa?

778 62 0
                                    

23 | Anggun itu siapa? Duta sampo lain? ? ? ?

Ruangan yang sejuk, membuat perpustakaan dipilih jadi tempat belajar oleh Bu Nanda. Bu Nanda berjalan dan berhenti tepat dimeja Sisil dan Alya. Ibu guru yang menjabat sebagai guru Bahasa Indonesia itu membuat Sisil yang sibuk mengerjakan tugas jadi berdiri menghadapnya.

"Nanti Kalo ada Reffal suruh tunggu disini aja. Ibu mau ke ruang kepala sekolah dulu," katanya memberitahu, "tugas kalian juga selesaikan. Kumpul hari ini semua, ya," titah Bu Nanda kemudian melenggang pergi mengiyakan.

Bu Nanda tiba-tiba berhenti, seakan teringat sesuatu, "eh, selesai tidak selesai kumpulkan sekarang aja deh," ujarnya cukup keras, membuat bukan hanya Sisil yang mendengar tapi seluruh anak kelas XI Ipa 2.

"Yhaaaaaaaa, Bu, baru no satu."

"Bentaran lah, Bu... ini satu lagi ni, Bu."

"Iya, Bu."

"Baru juga mulai ngisi, Bu, astaghfirullah ya Allah hamba salah apa???"

"Salah lo numpuk masih nanya salah apa??"

"Pr ae, Bu, pr."

"Bener."

"Atau gak kasih lima menit lagi, Bu. Please lahhhh."

"PR AJA BU, BESOK KUMPULIN YA BU YA, YA YA YAAAA PELIISSS BU."

"Lo ngegas anjir, Ibu mana rela." Raja menoyor Rifka yang duduk disebelah.

"Raja, ambil buku-bukunya," titah Bu Nanda segera.

Satu fakta; Ibu Nanda akan tetap berdiri tegak di ambang pintu sampai apa yang ia suruh terlaksana. "Kalo sampai Ibu ke ruang guru nanti dan bukunya belum ada dimeja Ibu, berarti nama kalian Ibu catat dibuku hitam!" tegas Bu Nanda.

"Covernya doang, Bu, item, dalemnya mah tetep putih. Kaya aku... luarnya aja jelek dalemnya mah baik hati bak malaikat," celetuk Rifka membuat teman temannya bersorak ramai. FYI; Rifka itu laki-laki. Kalian jangan salah kira.

"Iblis gitu ngaku malaikat."

"He, kamu kalo ngomong santai banget tapi nyakitin, ya." Rifka melotot menatap Alya yang santai saja duduk dengan kaki yang dinaikan ke bangku. Padahal Bu Nanda tak jauh darinya─bar-barnya natural.

"Gue suka nih sama Alya. Anaknya gak muna." Raja kini ikut-ikutan.

"HE, PUNTUNG ROKOK! CEPETAN BU NANDA NUNGGUIN!" seru Rizka.

Raja jadi grasak-grusuk membawa buku.  Pake drama jatuh dulu lagi, membuat satu ruangan heboh menyorakinya.

Sedangkan itu Alya masih santai saja duduk ditempatnya. Walau kini yang lain sudah mulai berjalan keluar karena tugasnya pun sudah terkumpulkan.

Alya melirik Sisil. Gadis itu tersenyum menatap temannya. Alya menghela nafas. Alya tahu pasti Sisil menyuruhnya untuk menunggu dulu sama Reffal datang.

"Kenapa gak lo ke kelasnya aja." Alya bersandar pada penyangga bangku.

"Nanti kalo gue ke kelas terus dia kesini, gimana?"

Alya tak menyahut. Gadis itu memutar bola mata kemudian menempelkan sebelah pipinya pada meja─Alya tak peduli dengan meja yang sudah jadi bekas apa saja. Ia bosan. Menunggu adalah hal yang paling membosankan.

Sisil berdiri kemudian berjalan agak menjauh, "tunggu sini aja katanya. Bu Nanda nya ke ruang kepsek dulu bentar."

"Lagi badmood," Sisil melirik Alya─yang masih setia dengan posisinya, "temenin aja. Gue duluan." Sisil kemudian beranjak meninggalkan mereka berdua.

alyailshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang