21 | HOT NEWS; ‛Julaeha telah dikhianati oleh Mamat’ ✓
Alya duduk menopang dagu, menatap ke arah depan. Kini gadis itu duduk sendiri di kelasnya karena Sisil dipanggil Bu Erna─guru seni budaya. Tidak tahu untuk apa. Untungnya kelasnya sedang tak ada guru walaupun memang sedang diberi tugas oleh si bapak dengan julukan rajin itu, siapa lagi kalo bukan Pak Arif.
Berbeda dengan yang lain yang sibuk mengerjakan tugas, Alya malah melamun menatap kosong arah depan. Ucapan Juan masih membekas dan jadi tanda tanya untuk dirinya.
"Palingan juga lo yang ninggalin kita."
Mungkinkah Juan menyindirnya? Ya... perihal dia yang perlahan mulai mengurangi aktivitasnya yang dulu─nongkrong di warung Bi Icah, misal? Ia sudah cukup lama tak mengunjungi tempat itu lagi.
Atau jangan-jangan ucapan Pak Ibnu ketika itu jadi doa? Sisil juga mungkin benar. Alya mulai berubah sejak bertemu dengan manusia yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolahnya. Ah, tapi benarkah dia penyebabnya? Sungguh? Tidak adakah yang lain???
Oke, tenang. Alya menghembuskan nafas. Ia berdiri lalu berjalan tanpa mempedulikan teman-temannya yang menatapnya sinis, bingung, dan banyak lagi tatapan aneh untuk Alya. Dia tidak peduli. Langkahnya masih berjalan menuju kantin sambil terus mengumpat sepanjang jalan dan bertanya-tanya pada diri sendiri; apa yang sebenarnya mau Alya lakukan???
Sepertinya mulai hari ini Alya tidak hanya lelah batin, tapi juga lelah fisik.
Pandangan Alya menyapu sekeliling. Hanya ada beberapa orang. Mereka dominan laki-laki yang pastinya masuk jajaran anak bandel (jika tidak, untuk apa di jam belajar seperti ini mereka berada di kantin). Alya duduk membawa sebotol mineral yang tadi ia beli. Ia tak sempat meneguknya karena tiba-tiba bel istirahat ternyata berbunyi dan di meja depannya kini sudah ada Amira yang akan duduk dan menitip makanan pada temannya.
Sebentar...
Berarti Amira juga ternyata keluar kelas bersamaan dengan Alya ketika dirinya keluar? Atau memang sudah di luar untuk barjaga takut-takut ada yang membolos? Karenakan dia OSIS. Jadi, harus rajin. Tapi, apapun alasannya Alya tetap tak suka melihat Amira berada tak jauh dari pandangannya. Bukan karena alasan yang jahat seperti; benci, iri atau dendam. Dia hanya tak suka. Tanda kutip, 't-i-d-a-k s-u-k-a' melihat wajah gadis itu berada di dekatnya.
"Sendirian aja Julaeha supirman."
Suara itu mengagetkan Alya. Ia menoleh cepat dan langsung menemukan pemuda jangkung yang sering jadi asistennya Bi Icah tengah berdiri sambil senyum-senyum tidak jelas, ditambah dia juga memainkan alis, membuat Alya bergidik jijik.
Pemuda jangkung dengan nama Adnan itu duduk di depan Alya. Ia memajukan wajah kemudian menopang dagu─menatap sok serius mata Alya seakan pemuda itu disuruh mendengarkan cerita Alya dengan baik kemudian memberi solusi terbaik yang ia punya.
Alya tak tak diam, ia membalas tatapan Adnan, mengikuti hal yang sama yang dilakukan Adnan. Kemudian gadis itu menghembuskan nafasnya berat. Berraaat sekali, seperti ingin mengeluarkan beban hidupnya. "Iya... gue kemaren liat si Mamat selingkuh," katanya tanpa ekspresi.
Adnan mengubah posisinya cepat dengan ekspresi kaget. Alya yang menatapnya pun jadi ikut kaget. Sepertinya pemuda itu akan memulai pentas dramanya pagi ini, di kantin yang kini ramai penuh makhluk.
"HEY!"
Alya mendongkak, Adnan ikut menoleh ke belakang. Kini mereka melihat Amira yang sejak tadi duduk di meja depannya tengah melambai tangan─tepatnya menyapa seseorang dan seperti menyuruh dia untuk menghampirinya.