Note : terdapat kata-kata kasar/makian, dimohon sekali agar kalian bisa bijak dalam membacanya. Jangan disalahgunakan ya, apalagi ditiru.
Tiru yg baik-baiknya saja, hehe 'aku sayang kamu'
Happy reading...
°°°
36 | 'Biar orang tau kalo lo sayang sama gue' ✓
Dipagi hari yang terik ini, sorak sorai suara para siswa menggema di setiap penjuru kelas. Para siswa sampai berlarian keluar dari setiap kelasnya. Bahkan, sampai ada yang terjatuh di tangga karena saking semangatnya. Jam setengah delapan pagi ini, sekolah memang memutuskan untuk membubarkan para siswa-siswi karena mereka akan mengadakan rapat penting dengan setiap guru di tiap sekolah.
Pulang cepat memang menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi para pelajar. Walau ada juga beberapa orang yang menggerutu, beralasan; kenapa tidak diberitahu sejak awal.
Reffal berjalan seraya mengenakan jas osisnya karena osis akan mengadakan rapat dulu sebelum pulang. Disamping Reffal, ada Amira yang berjalan beriringan dengannya. Nampak asing. Amira merasa mereka seperti dua orang yang baru saja mengenal. Tak ada obrolan yang berlangsung. Hening. Bagai berdiri sendiri ditengah lapang saat larut malam.
Amira memejamkan mata sesaat, menarik nafas dalam, kemudian menoleh pada Reffal disampingnya. Gadis itu terdiam saat melihat Reffal mengeluarkan handphone dari saku dan agak menjauh untuk mengangkat telpon. Amira hanya bisa menghembuskan nafas pasrah melihat itu.
Padahal, dia sudah punya niat untuk memulai semuanya kembali. Mencoba mengatakan keinginannya dengan pemuda itu. Bukan bermaksud egois. Amira hanya ingin Reffal juga punya waktu untuknya.
Amira berhenti melangkahkan, menunggu Reffal yang tengah menelpon seraya memperhatikan pemuda itu lekat. Setiap hari bersama, merasa dekat, lalu menghilang begitu saja tanpa alasan. Siapa yang mau merasakan hal seperti ini? Bahkan seorang anak kecil pun tak mau tiba-tiba ditinggal begitu saja oleh orang yang dia sayang (orang tuanya) bukan?
Walaupun ingin terus egois dengan perasaannya. Amira tak bisa berbuat banyak. Dia marah saat Reffal punya lebih banyak waktu untuk wanita lain. Tapi, dia juga hanya bisa diam. Terus terang bukan hal mudah baginya.
Amira agak tertunduk. Kini dirinya hanya bisa pasrah pada keadaan. Bukan bermaksud untuk putus asa ditengah jalan. Tapi, memaksakan suatu kehendak bukan hal yang baik. Dan lagi-lagi, cinta tak bisa dipaksakan.
Reffal kembali menghampiri Amira. Dilihatnya gadis itu sejenak kemudian tersenyum sekilas seraya tangannya meraih puncak kelapa gadis itu dan mengelusnya pelan.
Amira balas tersenyum─walau terasa menyakitkan, "siapa?" tanyanya sambil menatap.
"Agam," jawab Reffal seraya melangkahkan kakinya.
Amira menggeleng mengalihkan. Dirinya mencoba tersenyum walau berat. Kini melangkahkan kaki, seraya meyakinkan diri, "dia bukan untukmu," batinnya.
"Tangan lo beneran udah sembuh?" tanya Amira kini seraya berjalan beriringan menuju ruang osis.
Reffal menoleh, tersenyum seraya mengangkat alis. Tangan kirinya kini meraih bahu Amira. Dirangkulnya gadis itu dengan erat oleh Reffal. Amira tersentak. Dia melihat sekilas tangan Reffal di bahunya kemudian menoleh pada Reffal yang tersenyum kepadanya.
"Kalo udah bisa rangkul elo, berarti udah sembuh," ucap Reffal seraya tersenyum sambil memainkan alis.
Amira menepis rangkulan itu, "cewe lo bisa marah," ucapnya membuat Reffal terdiam begitu saja.