9 | Spesial; “Alya minta maaf” ✓
°°
"Nih." Vano menyodorkan tas berwarna hitam itu pada Alya.
Mereka kini tengah ada di kantin sekolah. Dengan teman-temannya yang memesan beberapa makanan dan Alya hanya membeli minum karena sudah membawa bekal dari rumah─yang tadi diberikan oleh mamanya. Mungkin alasan mamanya membuat ini adalah sebagai balasan karena selama ini dia terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai Alya tak pernah merasakan masakannya.
"Lha, bawa bekal rupanya!" seru Vano, "gue pikir mau ambil apaan sampe nyuruh bawa tas tas-tasnya segala."
"Bacot banget si," umpat Alya kemudian menatap sinis Vano yang kini jadi menciut.
"Ngapain sih jatuh nangis-nangis kaya tadi? Alay banget lo kaya drama." cibir Vano membuat Alya hampir saja melempar kepala Vano dengan bekal ditangannya.
"Serah gue lah. Kenapa sih emang??? Padahal tadi khawatir kan gue nangis-nangis gitu?" sombong Alya seraya tersenyum bangga.
"Gue khawatir sama ketosnya. Takutnya lo apa-apain sampe berani meluk lo gitu." ujar Juan kemudian menyantap batagornya.
"Ah... ada yang cemburu ternyata." Alya tersenyum menggoda sambil memainkan alisnya.
"Jelas lah," balas Juan lantang, "gue yang lama ada di hidup lo aja gak pernah berani meluk lo gitu. Lha dia, yang baru aja dateng di kehidupan lo udah berani gitu."
"Tahan, Jun, tahan. Sultan Juan tidak boleh emosi," ucap Vano yang kini sibuk menahan tubuh Juan─padahal pemuda itu hanya diam.
"Lo sering gue peluk masih aja protes," ucap Alya jadi mengomel.
"Ya beda lah," kata pemuda itu menentang, "rasanya dipeluk sama meluk itu beda ya, Alya Ailsha. Emang gak ada indra perasanya jadi gak paham." geramnya.
"Ya udah berarti dia spesial," celetuk Alya membuat ketiga temannya melebarkan mata, "becanda, kenapa jadi pada serius banget."
"Lo lebih spesial dari apapun di dunia ini," ucap Alya sambil menatap Juan, "lo semua, Deni sama Fajar, itu jadi hal yang paling spesial yang gue punya. Jadi, gak usah cemburu sama orang lain," katanya sembari menetap teman-temannya bergantian.
Alya tersenyum, "makasih udah selalu ada buat gue," ucapnya membuat Sisil yang berada tepat disamping Alya langsung memeluknya.
"Gue kalo ikutan meluk bakal masuk BK gak sih?" celetuk Vano yang ada disamping Sisil. Sedangkan Juan yang berada tepat dihadapan Alya hanya bisa tersenyum senang melihat sahabatnya itu.
"Pusing lo udah gak kerasa?" tanya Juan membuat Alya dan Sisil melepaskan pelukannya dan Alya langsung menatap Juan.
"Sedikit."
°°
Alya berjalan gontai menuruni tangga untuk menuju dapur, menemui Mama dan Papanya yang hari ini pulang dan mengajaknya makan bersama dengan Omanya juga. Setelah kemarin Alya masih menghindar, kini dirinya mau menemui Mama dan Papahnya. Ya, walau awalnya menolak, apalagi makan malam kali ini ditemani Papahnya juga. Tapi, kesempatan tidak datang dua kali bukan? Setidaknya walaupun dia mereda kecewa dan marah, dia tak boleh terlalu kalut dengan perasaannya itu─nantinya durhaka. Ya sudah lah, intinya sekarang Alya hanya ingin makan bersama dengan perasaan tenang alias ia menyingkirkan sejenak semua amarahnya pada kedua orang tuanya.