28 | Perasaan yang sebenarnya ✓
"Bego, beneran deh ini mah," ucap Alya geram sendiri, "ngapain pake diladenin si??? Nyawa lo nambah tiga hah? Sok ide banget nantangin anak SMK," imbuhnya, masih geram dengan pemuda didepannya ini.
"Tapi kita cuma kena skorsing seminggu doang, Al. Gapapa, gue jadi bisa rebahan lebih lama," sahut Deni dengan santainya membuat tatapan sinis ia dapati dari sahabat gadisnya itu.
"Emang lo anak twitter rebahan rebahan!" kata Alya makin geram.
"Ko tahu anak twitter suka rebahan? Wah, jangan-jangan main twitter juga nih diem-diem," ucap Vano menaikkan alis sambil tersenyum menggoda.
"Gak lah. Emang elo, main twitter sampe mabok," tukas Alya, "puas tuh mabok twitter." imbuhnya pedas.
"Udah napa. Lagian kenapa jadi bahas twitter," ucap Fajar mencoba menjadi penengah.
"Terserah lo." Sinis Alya.
Gimana gak frustrasi. Ini dua makhluk baru juga diajak pelatihan kepemimpinan sama OSIS, terus seminggu kemudian alias kemarin malah tawuran sama anak SMK. Udah gitu gir yang dipegang Deni talinya putus, dan mental ngelecetin salah satu mobil yang parkir gak jauh dari area tawuran.
NAH INI.
DISINI AWAL SEBUAH KONFLIKASI DIMULAI.
TAU APA???
MOBIL YANG LECET ITU TERNYATA MOBIL PAK IBNU. BAPAK GURU BK DARI SMA PELITA BANGSA YANG TERCINTA INI.
Dan jam itu juga Deni sama Juan dibawa oleh Pak Ibnu dengan mobil yang kena lecet Deni.Tau gak sih.
Orang-orang yang punya muka ganteng kaya Juan sama Deni (dia ganteng kata sendiri) tuh begonya bisa nyampe ke ubun-ubun, ke tulang rusuk, ke seluruh tubuh, seluruh jiwa, pokoknya gak ada saingan lagi lah.
Kenapa bisa sebego itu sampe tawuran di dekat gedung PGRI yang hari itu ada rapat. Emang punya sejuta nyali kayaknya.
Anggota yang lain yang ikut tawuran juga kena semprot sama masing-masing gurunya yang ngeh kalo ternyata itu muridnya.
"Si Diaz dari Taruna juga ikut gabung sama kita," celetuk Juan membuat gadis yang tadi marah-marah itu menoleh sepenuhnya pada dia seraya menautkan alis tak mengerti, "kenapa gak lo marahin juga?" tanyanya dengan alis yang dinaikkan.
Alya menghela nafas, "apa urusannya sama dia. Lo berdua aja susah bilangin."
"Apa urusannya?" kata Juan mengulang, "bukannya lo lagi deket sama dia?" ucapnya membuat Alya melebarkan mata.
"Tahan dulu Jun, tahan." pemuda bernama Vano itu mulai heboh menahan Juan agar tak baku hantam, padahal Juan lagi adem ayem aja.
Keempat pemuda itu jadi diam. Kini saling pandang menatap Alya penuh arti─seakan memberitahu gadis itu topik utama yang sebenarnya harus mereka bicarakan.
Dahi Alya mengerut. Menatap pemuda dihadapannya bergantian. "Apa?" tanyanya masih tak paham. Keempat pemuda dihadapannya tak menggubris, tetap menatap Alya penuh arti.
Gadis itu membuang nafas kecil. Kini mengerti apa maksud dari semua tatapan itu. "Lo semua temenan sama gue berapa tahun sih?" tanyanya seraya mengangkat alis.
Masih tak ada jawaban dari keempat pemuda itu. Sampai Alya memulai lagi kalimatnya. "Kalian pernah denger gue pernah bilang kalo mama mau deketin gue sama Ryan? Padahal dia tau Ryan ini anak dari adiknya sendiri." ujar Alya membuat Vano disana berekspresi seakan mengingat cerita itu. Tapi tidak dengan ketiga lainnya. Mereka masih diam mendengarkan.