Member kelima

754 57 0
                                    

27 | Member kelima

Dari pagi ke malam sampe ke pagi lagi. Gadis itu benar-benar sibuk. Hingga kini sore mulai kembali jadi malam, gadis dengan rambut terurai itu masih saja sibuk, padahal ini adalah malam terakhir camping osis.

Amira duduk sendiri di tepi lapang sambil melihat anak-anak osis yang tengah mengisi waktunya dengan bermain yang dibimbing oleh panitia. Gadis itu tersenyum samar, rasanya menyenangkan melihat itu walau hatinya sedang tak baik.

"Sendirian aja."

Amira menoleh, kini mendapati pemuda jangkung itu sudah berdiri disebelahnya sambil memainkan alis membuatnya geli sampai ingin menampar.

"Ngapain lo? Bukannya lo harus gabung ke sana," kata Amira sambil menunjuk ke lapangan, "lo bukan panitia, jadi jangan seenaknya," geram gadis itu.

"Galak amat sih. Gue dah ganteng gini loh padahal," kata Juan membuat Amira ingin mengumpat.

"Juan leonard──"

"Iya Amira..."

Amira menatap sinis pada Juan. Gadis itu menghembuskan nafas kecil, "Juan... fisik lo emang sempurna, tap──"

"Amira... fisikmu memang belum sempurna, tapi akhlakmu sudah cukup baik untuk dijadikan sebagai istri," ucap Juan menanggapi.
























Langkah Alya terhenti begitu saja membuat langkah pemuda disampingnya juga ikut terhenti. Gadis itu terdiam lama, menatap ke arah depan. Kemudian menoleh pada pemuda disampingnya.

"Mereka deket?" tanya Alya, Vano disampingnya hanya menggeleng kepala.

Vano masih memperhatikan itu, kedua alisnya bertaut lalu berkata tanpa menoleh, "Juan bukan cowo yang asal deketin cewe," ujarnya mendapat anggukan dari Alya.

"Tapi gak menutup kemungkinan juga buat dia deketin Mira," kata Alya serius.

Vano mengalihkan pandangannya pada Alya. Benar juga. Sesulit dan setidakmau apapun Juan untuk mendekati seorang perempuan, tapi tidak menutup kemungkinan juga untuk dia bisa suka dengan lawan jenisnya.

Selama ini, Juan memang tidak pernah terlihat satu motor berdua, melakukan hal romantis bersama, perhatian, atau hal-hal lain yang perempuan suka selain kepada Alya dan Sisil. Baginya, wanita yang paling spesial setelah Ibunya adalah mereka. Jadi, ketika melihat pemuda itu bisa dekat dengan gadis lain adalah sesuatu yang aneh.


"Gue asing sih kalo liat kaya ginian dan perannya itu Juan," ujar pemuda itu, kemudian ia menelan ludahnya paksa.

"Menurut lo mereka punya hubungan apa?" tanya Alya masih penasaran. Pandangan Alya kini bertemu dengan mata Vano.

"Gak akan lebih dari temen," sahut Vano cepat, "kalaupun iya, Juan pasti bilang sebelumnya," imbuhnya.

Kedua menoleh kembali. Mencoba melihat lagi kejadian tadi. Namun...

"Kemana?" tanya Alya.

alyailshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang