PRANK

877 68 3
                                    

18 | PRANK;

"Lo udah baikan?" tanya gadis itu pada Reffal.

Kini bukan hanya gadis itu yang ada disini. Ada banyak Osis yang lain yang juga sudah berkumpul, sebagian. Ada yang duduk di sofa, lesehan dilantai, dan juga yang asik tiduran sambil nonton ftv indosiar─berasa rumah sendiri.

Sudah sejak sejam yang lalu sebenarnya. Tapi ya seperti itu. Awalnya sok-sok canggung, malu-malu, pada jaim, apalagi pas baru juga datang sudah langsung disambut oleh kedua orang tua Reffal dan adiknya, yang membuat mereka jadi pada sok alim, mendadak kalem semua. Tapi, ketika Mama dan Ayah Reffal pamit pulang dulu. Suasananya langsung riuh kaya pasar. Karena itu, gak lama ada suster yang masuk dan negur mereka.

"Hm... kemarin gimana? lancar?" tanya Reffal. Pemuda itu kemudian mendudukkan tubuhnya, menatap gadis masa kecilnya yang kini duduk di bangku samping brangkar.

"Lancar sih. Cuma ada sedikit kendala," kata Amira memberi jeda, "Alya sama temen-temannya malah debat didekat panggung yang otomatis bikin perhatian orang-orang malah tertuju ke mereka," ujarnya terus terang.

Reffal tahu berita ini─kemarin, dari manusia yang mengatakan arm sling-nya adalah gendongan bayi. Ia hanya bisa mengelus dada sabar, sudah terjadi juga kan? Mau bagaimana lagi?

"Udah lalu, gak usah dibahas." Reffal menjeda. "Gimana performance lo??? grogi pasti," katanya sambil terkekeh.

Amira tersenyum simpul, "katanya gak usah bahas yang lalu. Ini udah lalu," rajuknya.

"Ini tentang lo. Jadi, harus gue bahas." Reffal tersenyum kemudian menarik gemas hidung Amira. Membuat Amira yang ingin marah malah jadi merasa terbang─kadang hal sekecil ini yang membuat Amira merasa istimewa tanpa Reffal sadari.

"AAAWWWW SOSWEET!" seru Agung heboh, membuat pandangan orang-orang tertuju ke arahnya.

Dia lagi nonton sinetron SCTV. Udah ganti channelnya.

"Gak guna anjir. Otak lo isinya sinetronkaya gini doang ye!?" cibir Dewa yang tadi asik main game online.

"Kayanya Reffal juga nyesel milih lo jadi Osis." salah satu OSIS yang lain ikut mengimbuhkan. Mereka tertawa bersama kemudian.

"Reffal milihnya paling juga karena kasian."

"GAK MUNGKIN!" Agung membela diri. "Gue punya potensi yang kuat buat dijadiin Osis. Jadi gak mungkin Reffal milih gue karena kasian!" ujarnya tegas.

Semuanya diam sambil menatap Reffal. Satu detik... dua... tiga... dan tawa satu ruangan pecah begitu saja ketika Reffal hanya merespon dengan senyuman tipis.

"Noh kan, emang gak pantes lo jadi OSIS."

"Lagian ini di Rumah sakit, lo masih bisa aja teriak-teriak so sweet gitu." ucap Sisil sambil menggelengkan kepalanya heran.

"Yang penting hidup gue gak banyak drama." kata Agung masih tak mau kalah.

Kemudian hening.

Suasana berubah. Orang-orang diruangan ini heboh mengubah posisinya dengan rapi saat pintu ruangan mulai terbuka. Seorang perempuan dengan seragam putih terlihat dari balik pintu. Mereka semua terdiam─menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Dimohon untuk tidak berisik. Walaupun kalian berada diruangan VIP, suara teriakan tadi bisa terdengar sampai ke beberapa ruangan. Banyak orang sakit. Mereka butuh istirahat... dimohon untuk tenang."

Setelah itu, suster tadi langsung pergi. Pintu kembali tertutup dengan rapat. Dan suara saling menyalahkan kini mulai terdengar walau sangat kecil seperti bisik-bisik─bahkan hampir tidak terdengar.

alyailshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang