"Kok diem?" Zaid memegang kening Risa secara tiba-tiba.
"Hah?" Risa mendadak menoleh ke arah suaminya yang sekarang sedang menatapnya dengan mengernyit.
"Kan lagi nonton," Risa menunjuk ke arah TV yang sedang memutar film Fast and Furious. Nira sudah tidur. Tinggal kedua orang tuanya yang memanfaatkan waktu berduaan.
Zaid mengambil remote dan mematikan suara. TV jadi seperti menayangkan film bisu. Risa menatap suaminya dengan bingung. Apalagi ketika Zaid melipat kedua tangan dan menatap Risa dengan tajam.
"Mata kamu gak fokus. Ngeliat ke TV tapi kayak gak nonton. Ada apa?"
Risa menggeleng. "Gak ada apa-apa. Aku cuma lagi berusaha memahami alur ceritanya aja. Sini gedein lagi suaranya."
Maksud hati Risa adalah mengambil remote lalu mengeraskan suara TV lagi. Kenyataannya, Zaid menyembunyikan remote di belakang punggungnya. Risa mengernyit menatap Zaid.
"Aku tahu ada yang kamu pikirkan. Sepulang kita dari Jogja, kamu sering bengong. Coba cerita," Zaid tahu pasti ada sesuatu yang Risa pikirkan. Hanya saja Zaid tidak tahu apa.
"Beneran gak ada apa-apa. Perasaan Mas Zaid aja aku bengong. Padahal nggak kok," Risa akhirnya memilih berdiri saja daripada tidak hentinya berdebat dengan Zaid.
"Ris," Zaid ikut berdiri bersama Risa, mengikutinya ke kamar.
"Selamat tidur, Mas Zaid," kata Risa sebelum memejamkan mata dan meringkuk di balik selimut.
***
"Jadi menurut Mama gak apa-apa?" Risa bertanya masih dengan keraguan di hatinya. Dipeluknya kedua lutut sembari menelepon ibunya di Bogor. Matanya memperhatikan Nira yang sedang bermain rumah-rumahan dengan para bonekanya.
"Gak apa-apa. Kenapa nggak? Mama juga pasti pengen kamu nerima kalau Mama kasih apa-apa. Iya kan?"
"Iya sih," Risa menyisir rambutnya lalu menunduk. "Ya udah kalau gitu. Aku ngobrol sama Mas Zaid dulu."
"Iya. Salam buat Zaid ya," ujar Mama lagi.
"Iya nanti Risa bilang Mas Zaid. Dah Mama,"
Tepat setelah telepon berakhir, pintu menceklik terbuka dan Zaid melongok masuk. Matanya langsung menuju putrinya baru istrinya. Biasanya Risa menyambutnya, mengambil tasnya, menciumnya. Sekarang Risa malah menatapnya dengan lesu sambil duduk memeluk lutut di lantai.
"Ris? Kamu kenapa?" Zaid terlihat cemas dengan kondisi Risa. Segera ia menghampiri Risa dan duduk di hadapannya, menyentuh keningnya.
"Gak apa-apa," Risa menggeleng. Memegang tangan Zaid di keningnya lalu menurunkan tangan itu.
"Gak apa-apa terus dari kemarin. Tapi aku tahu kamu berbeda. Kenapa main rahasia-rahasiaan gini sih? Kalau ada apa-apa tuh bilang Ris. Supaya aku tahu. Aku bukan paranormal ya." Nada bicara Zaid meninggi dan dia terlihat kesal, hampir marah.
"Ssst. Jangan marah depan Nira," Risa mengulurkan tangannya dan membekap mulut Zaid.
Zaid menyingkirkan tangan Risa dan memegangnya. "Kalau gitu, cerita."
Risa menghela nafas lalu berdiri. Risa memberi isyarat agar Zaid mengikutinya. Mereka berdiri di bagian rumah yang cukup jauh dari Nira namun tetap bisa memperhatikan Nira yang sedang bermain sendiri.
"Kemarin Bapak ngajak aku ngobrol," Risa mulai bercerita.
"Eh?" Zaid bingung. Ia baru tahu bahwa ada saat dimana Risa mengobrol dengan Bapak tanpa sepengatahuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fools - Trilogi Zaid Risa 3 - END (WATTPAD)
RomanceCERITA SUPER DEWASA! 21+ ataupun yang sudah menikah. Percayalah bahwa seri ketiga Zaid dan Risa ini akan lebih dewasa, lebih gelap, lebih pelik, lebih menyebalkan, dan pastinya lebih vulgar. Cerita tentang rumah tangga mereka yang diawali dengan ber...