"Maaf ya Pak," kata Rana dan Irin, para pengurus daycare, begitu Zaid sampai.
"Saya yang minta maaf. Maaf karena membuat kalian menemani Nira sampai larut malam begini," Zaid menunduk sebagai permintaan maafnya. Di pangkuannya, Nira memeluk Zaid erat dan masih menangis.
"Dek Nira jangan nangis, sekarang sudah sama Ayah lagi ya," kata Irin sambil mengelus kepala Nira.
Zaid tersenyum kepada kedua perempuan tersebut lalu pamit pulang.
"Cup cup cup. Ini ada Ayah. Jangan nangis ya Sayang," Zaid mencium pipi Nira. Nira memeluk Zaid dan masih sesenggukan.
"Yah, atuut," kata Nira sambil mengucek matanya.
"Takut apa? Tadi kan ada Miss Rana sama Miss Irin. Sekarang ada Ayah. Gak takut ya, Nira kan pemberani. Sekarang kita pulang ya. Makan, bobo. Gimana?"
"Au Ndidiii," kata Nira lagi.
Zaid mengernyit, tidak paham. Keningnya berkerut. "Ndidi?"
"Auuu Ndidiiiii," Nira berseru semakin keras, kakinya menendang-nendang, tangannya memukul.
"Eh iya iya. Nanti ketemu Ndidii. Sebentar ya sebentar," Zaid masih belum paham apa yang dimaksud dengan Ndidi ketika tiba-tiba diingatnya bahwa Nira punya boneka beruang yang bernama...Teddy. "Ohhhh, Teddy! Sayangnya Ayah mau Teddy? Sebentar ya sebentar."
Susah payah Zaid meminta Nira duduk di car seat dengan kondisinya yang sedang tantrum begini. Setelah berbagai rayuan, ciuman, dan pelukan, putrinya bersedia duduk di car seat walaupun masih tetap menangis dan menendang.
Beruntunglah jarak daycare dan rumahnya tidak terlalu jauh. Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah dan Zaid langsung mengambil boneka Teddy Nira. Sekarang Nira sudah asyik bermain dengan Teddy di ruang keluarga. Tempat favoritnya.
Zaid yang sebenarnya masih marah kepada Risa, masih mencoba untuk menghubungi istrinya. Teleponnya masih tidak tersambung. Mendadak emosi Zaid kembali naik. Mereka bertengkar beberapa saat lalu dan Zaid khawatir ini adalah dampak dari pertengkaran mereka saat itu.
***
"Akhirnya meetingnya selesai," Risa memijat keningnya yang pening.
"Lama banget ya Mbak," Yuni sang asisten menghampiri Risa sambil membawa beberapa dokumen.
"Parah Yun. Kalau gak inget meetingnya bareng BoD, kayaknya aku udah kabur deh," Risa berkata sambil lalu. Jarinya menekan layar ponsel dan menunjukkan ponselnya baru 30% terisi. "Sudah jam 7 ya. Aku pulang deh."
Yuni mengangguk. "Dek Nira sama siapa, Mbak?"
"Harusnya Mas Zaid yang jemput. Tadi aku sempet chat dia minta jemput Nira sebelum ini HP mati total," ujar Risa. Tangannya memasukkan barang-barang ke dalam tas. "Yuk ah Yun, duluan ya."
"Eh bareng aja Mbak. Aku juga mau pulang," Yuni mengangkat tangannya.
Risa keluar dari ruangan sambil menyalakan ponselnya. Yuni sementara itu mengambil tasnya dan cepat-cepat menghampiri Risa. Ponsel Risa menyala ketika Risa dan Yuni berada di dalam lift. Risa tidak langsung membuka ponsel itu dan mengecek isinya. Begitu keluar dari lift dan sinyal sudah kembali normal, ponsel itu berdering.
Telepon dari Zaid.
"Ha..."
"Kamu dimana?" tembak Zaid pada Risa sebelum Risa bisa mengucapkan kata salam.
"Masih di kantor, Mas."
"Nira gak ada yang jemput dari daycare," Zaid berkata tajam.
"Eh?" Risa berjalan mendahului Yuni. "Kan tadi aku sudah bilang sama Mas Zaid via chat kalau meeting aku belum selesai. Jadi aku minta Mas Zaid yang jemput."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fools - Trilogi Zaid Risa 3 - END (WATTPAD)
RomanceCERITA SUPER DEWASA! 21+ ataupun yang sudah menikah. Percayalah bahwa seri ketiga Zaid dan Risa ini akan lebih dewasa, lebih gelap, lebih pelik, lebih menyebalkan, dan pastinya lebih vulgar. Cerita tentang rumah tangga mereka yang diawali dengan ber...