13 - Treize

43.1K 2.5K 98
                                    

Perjalanan ini terasa begitu panjang dan melelahkan. Jarak yang ditempuh Zaid dari rumahnya menuju kediaman Satria dan Melati untuk menitipkan Nira, lalu menuju rumah sakit terasa begitu lama. Zaid tidak bisa berpikir jernih. Hanya Risa yang ada di pikirannya. Ia tidak mau hal buruk terjadi pada istrinya. Jika Risa sampai tiada, hal yang terakhir dia dengar adalah bahwa Zaid menyesal menikah lagi dengannya. 

Tidak. Seharusnya Zaid tidak pernah mengatakan itu. Amarah menguasai dirinya. Kenyataan bahwa Risa menyembunyikan perihal kegugurannya membuat Zaid tersulut emosi. Ditambah dengan kurangnya komunikasi mereka yang menyebabkan Nira terlambat dijemput dari daycare. 

Zaid masih mencintai istrinya. Zaid tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sesuatu yang buruk terjadi pada Risa. 

IGD sudah berada di depan matanya. Tidak perlu menunggu waktu lama bagi Zaid untuk turun dari mobil dan bergegas menuju IGD. Langkahnya cepat dan lebar. Matanya berkeliling untuk melihat di mana sekiranya istrinya dirawat. Tatapan Zaid jatuh kepada seseorang yang sedang duduk dan memeluk dirinya sendiri. Pundaknya terguncang seperti menangis. Di kursi sebelahnya tersimpan sebuah tas berwarna biru. Jantung Zaid mencelos. Itu tas Bottega Veneta yang Zaid belikan untuk Risa atas paksaan Ibu. Semuanya terasa lebih miris.

"Yuni?" panggil Zaid pelan. 

Yuni mendongak dan terkejut sekaligus lega melihat Zaid. 

"Mas Zaid akhirnya sampai," ujar Yuni dengan getir. "Mbak Risa masih di dalam." 

Zaid melihat sekilas ke ruang operasi. Sepertinya Risa masih ada di dalam. Zaid kembali mengalihkan pandangannya pada Yuni. 

"Tolong ceritakan...." 

Yuni menceritakan secara singkat kejadian Risa tertabrak dari sudut pandangnya. Bagaimana Risa yang menerima telepon dari Zaid kemudian tanpa melirik ke kanan dan ke kiri, menyebrang jalan. Yuni juga melihat Risa yang tiba-tiba terdiam dan seketika sebuah bis menabrak dirinya dan melemparkan dirinya beberapa meter ke depan. Yuni melihat Risa yang tergolek namun tidak sanggup melakukan apapun. Seorang tukang ojek online yang sedang menunggu penumpang yang menelepon ambulans. Yuni mengambil barang-barang Risa dan menemani Risa hingga masuk rumah sakit.

"Maaf," Hanya itu yang bisa Zaid katakan. Dia terduduk di sebuah kursi. "Kamu pulang saja Yun. Istirahat." 

"Saya... saya ingin menemani Mbak Risa..." ujar Yuni pelan. 

"Terima kasih. Tapi kamu juga shock. Lebih baik kamu pulang." 

Yuni setuju. Risa sudah ditemani suaminya. Orang yang memang seharusnya ada di sisinya. Akhirnya Yuni mengangguk kemudian menyerahkan barang-barang Risa kepada Zaid. 

"Ini tas dan HP Mbak Risa," ujar Yuni. "Saya...saya pamit dulu, Mas. Mungkin besok saya kemari lagi. Biar bagaimanapun Mbak Risa atasan saya." 

Zaid menerima barang-barang Risa sambil mengangguk dan tanpa komentar apa-apa. Setelah Yuni pergi, Zaid kembali duduk dengan lemas di kursi. Lampu ruang operasi di IGD masih menyala. Zaid menatap pintu itu dan memikirkan segala kemungkinan yang terjadi.

Risa meninggalkannya untuk selamanya. 

Risa tidak sempurna lagi. 

Cepat-cepat Zaid menggeleng untuk menghilangkan pikiran buruk itu dari kepalanya. Ditariknya nafas dalam-dalam. Lebih baik saat ini Zaid menelepon keluarganya. Mengabari berita ini kepada mertua dan orang tuanya. Juga kepada pihak PTV karena mungkin ia akan berhalangan hadir hingga Risa dinyatakan baik-baik saja. 

*** 

Tiga jam Zaid menunggu dalam kesendirian di keramaian IGD. Bapak dan Ibu baru akan datang ke Jakarta besok pagi. Begitu pula dengan Mama dan Papa. Hanya Gani dan Hana yang berangkat ke Jakarta dari Bogor saat itu juga. Zaid sangat berterima kasih atas dukungan dari kakak iparnya itu. 

The Fools - Trilogi Zaid Risa 3 - END (WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang