32 -Trente Deux

35.3K 2.6K 103
                                    

"Selamat datang, Mas Zaid, Mbak Risa." Adik Zaid yang pertama, Kiki, menyambut Risa dan Zaid begitu mereka berdua masuk ke dalam rumah. Dia sudah mengganti pakaiannya dengan piyama dan memegang segelas air.

"Pada kemana, Ki?" Zaid memasuki rumah dengan santai. Berbeda dengan Risa yang sudah tidak sabar mengetahui apa benar Kiki dan Fira menempati kamar yang selama ini dia pakai?

"Bapak dan Ibu udah di kamar. Nira udah tidur baru saja. Aku bisa bikin Nira tidur, Mas. Doain aku sama Mas Yudhis segera kasih sepupu buat Nira ya," Kiki tampak bangga sekali karena berhasil membuat anak batita tidur. "Fira udah di kamar atas, lagi nonton sebelum tidur."

"Ngomong-ngomong kamar..." Risa angkat suara.

"Ah iya. Tumben di ada baju di lemari kamar ini. Bajunya Mbak Risa?" Kiki tampak tidak mencurigai apa-apa.

"Ah, begitulah," Risa tidak tahu harus menanggapi bagaimana.

"Lemari kamar kami penuh. Jadi sebagian pakaian Risa dipindah ke kamar itu," Zaid menyambar untuk lebih meyakinkan.

"Oh gitu. Ya sudah. Aku tidur duluan ya. Selamat malam. Sampai besok, Mas dan Mbakku," Kiki melambai girang lalu segera menaiki tangga. Meninggalkan Zaid dan Risa yang berdiri kaku.

"Aku tidur di kamar Nira saja kalau begitu," Risa membawa barang belanjaannya lalu meletakkannya begitu saja di atas meja dapur.

"Risa," Zaid memanggil, pelan tapi tegas. "Kamu bisa tidur denganku. Di kamar kita. Aku gak akan melakukan apa-apa."

Risa melihat sekilas ke arah Zaid dan menunduk. "Aku nggak bisa." Tubuhnya bergerak-gerak gelisah.

"Kamu tahu bahwa aku benar-benar ingin kamu ingat aku lagi. Salah satunya ya begini. Tapi aku janji gak akan melakukan apa pun kalau kamu gak mau," Zaid menghampiri Risa, meletakkan tangannya di kepala Risa, membelai rambut istrinya.

Risa tampak kebingungan. Pada akhirnya dia harus memutuskan. "Aku tetap tidur di kamar Nira saja."

Zaid hanya bisa menghela nafas berat ketika melihat Risa meninggalkannya ke atas.

***

Risa sudah mengambil posisi tidur yang nyaman saat pintu kamar Nira kembali terbuka. Zaid melangkah masuk membawa bantal dan selimut sendiri. Melihat Zaid, Risa kembali terduduk.

"Kamu ngapain?"

Dengan cuek Zaid menata bantal di sofa lalu berbaring di balik selimut. Risa memperhatikan ini dengan mulut menganga. "Aku mau tidur bareng anak dan istriku."

"Ya ampun," Risa menggeleng lalu menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Terserah Zaid mau melakukan apa. Yang penting mereka tidak tidur di kasur yang sama.

"Mungkin kamu gak inget ya Ris," Zaid berkata pelan. Dia bicara tanpa peduli Risa sudah tidur atau belum. "Dulu juga kita pernah begini. Kamu di kasur, aku di sofa. Waktu itu Nira belum lahir."

Risa tidak menanggapi. Pura-pura tidur meskipun telinganya awas mendengarkan cerita Zaid. Zaid rupanya melanjutkan.

"Waktu itu kita sedang bercerai," Zaid terkekeh. "Ibu dan Bapak belum tahu kita bercerai. Tiba-tiba Ibu datang ke apartemen kita. Mau gak mau kamu juga harus ada di situ untuk menunjukkan bahwa kita masih menikah. Hari itu kamu datang pagi-pagi sekali, nyimpen barang-barang kamu di apartemen supaya kelihatannya kamu masih tinggal di sana."

Kali ini Zaid memberi jeda agak lama. Risa sampai berpikir bahwa mungkin Zaid sudah tertidur. Baru ketika Risa akan mengangkat wajahnya untuk melihat Zaid, Zaid berbicara lagi. Risa tetap bertahan dalam posisinya.

The Fools - Trilogi Zaid Risa 3 - END (WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang