24 - Vingt Quatre

31.9K 2.2K 125
                                    

Lobby utama salah satu gedung perkantoran ini selalu ramai di pagi hari. Para karyawan yang akan bekerja masuk ke dalam lobby setelah melewati pemeriksaan di depan. Semua langsung menekan lantai tujuan mereka dan berdiri di depan lift yang akan mengantarkan mereka ke atas. Kebanyakan adalah arus masuk, namun tidak sedikit yang keluar. Mereka yang masih memiliki waktu untuk sarapan, membeli kopi atau nasi uduk di depan kantor, sebelum mulai bekerja.

Pagi ini, baik mereka yang sedang terburu-buru masuk ataupun bersantai keluar, menyediakan dua detik waktu mereka untuk berhenti dan memperhatikan sebuah bunga papan yang besar sekali. Mereka membaca tulisan yang terpampang di sana. Ada yang menggeleng, menganggap perlakuan itu berlebihan. Ada yang memekik romantis dan berharap pasangan mereka bersedia melakukan hal yang sama. Ada pula yang terkikik saat mengenali nama yang tertulis di papan bunga tersebut.

Have a nice day at work, Padmiarisa Kinanti.

With love, Zaid Sudharma.

Risa turun dari motor yang mengantarkan dirinya dari Stasiun Cawang menuju kantor. Terburu-buru menyerahkan tasnya untuk diperiksa oleh petugas, lalu melangkah masuk menuju lobby. Di depan, dia sudah melihat orang-orang berkerumun memandangi sesuatu. Biasanya Risa tidak peduli akan keramaian seperti ini. Mungkin hanya produk makanan yang membuka stand di lobby mereka. Hal ini sering terjadi sehingga Risa tidak terlalu peduli. Akan tetapi saat seseorang melihatnya dan melambai ke arahnya, mau tidak mau Risa menghampiri kerumunan tersebut.

"Apa?" tanya Risa pada salah satu kenalannya yang ada di situ.

"Lihat sendiri dong," katanya geli.

Risa berbalik ke sebelah kiri dan langsung melotot. Memekik tertahan melihat apa yang membuat orang-orang tersita perhatiannya. Wajah Risa langsung memerah karena malu.

"Aduh apa-apaan sih ini," Risa menggumam.

Beberapa orang yang tidak mengenalinya, menoleh saat Risa menggumam sebal tersebut. Melihat name tag Risa yang bertuliskan namanya, menyadari bahwa di hadapan mereka adalah orang yang dituju oleh papan bunga itu, beberapa orang bicara pada Risa.

"Dari pacar atau suami, Mbak? Romantis deh," ujar salah seorang dari mereka. Perempuan. Tentu saja.

"Suami," Risa berkata pelan. Mereka tidak perlu tahu Risa sedang memiliki pertengkaran dengan laki-laki nekat yang mengirimkan bunga sebesar ini.

"Kupikir ada yang meninggal. Taunya ucapan selamat," kata orang lainnya. Dia dan teman-temannya tertawa.

Risa menggeleng. Heran dengan kelakukan Zaid. Kemarin malam dia menciumnya. Pagi ini mengirimkan bunga yang begitu besar.

"Wah, dalam rangka apa nih Zaid ngirim beginian?"

"Jack!" Risa melihat Jack sudah berdiri di sampingnya. "Gila emang orang itu."

"Udah baikan kalian?" Jack menatap Risa dan bunga itu bergantian.

"Nggak. Naik yuk ah. Malu liatnya," Risa memegang lengan kemeja suami sahabatnya lalu bergegas menuju lift. "Harus telepon dia untuk ngomel. Kayak ABG aja."

Jack tertawa. "Gak sedikit tuh cewek-cewek yang pengen dikirimin bunga kayak gitu."

"Kalau aku sih malu ya," Risa mendengus. Jarinya bergerak lincah di atas layar ponsel, mencari nomor Zaid. Teleponnya diangkat hanya dalam satu deringan.

"Mau bilang terima kasih?" kata Zaid langsung.

"Nggak sama sekali. Kenapa kamu norak banget sih?" Risa langsung mengomel.

"Gak suka?"

"Sama sekali nggak. Bawa karangan bunga norak kayak mau ngucapin berita duka itu pergi dari kantor aku sekarang," kata Risa pedas.

The Fools - Trilogi Zaid Risa 3 - END (WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang