16 - Seize

36.3K 2.5K 105
                                    

Zaid berdiri di tengah ruang keluarga di rumah pemberian Bapak. Sudah malam, suasana hening. Disapukannya pandangan ke sekeliling tempat ini. Sepi. Ini pertama kalinya Zaid kembali berada di rumahnya di malam hari. Setelah setiap malam ia habiskan di rumah sakit untuk menemani istri yang tidak bisa mengingatnya.

Zaid menunduk, terduduk di karpet. Matanya tertumbuk pada kotak mainan Nira yang disimpan di pojok. Entah sudah berapa lama Zaid tidak melihat putrinya bermain dengan mainan-mainan tersebut, di tempat ini, ditemani ibunya. Mata Zaid beralih ke sofa. Sudah berapa pekan Risa tidak duduk di situ, menemani Nira bermain, dan menunggu Zaid pulang.

"Ya Tuhan..." Zaid memeluk lutut dan menempelkan wajahnya di sana. Sedikit demi sedikit air mata menitik di ujung matanya. Jika saat itu Zaid tidak mengikuti emosinya mungkin dia tidak akan mengalami hal ini. Mereka akan bertengkar karena Risa menyembunyikan kegugurannya tapi setelah itu mereka akan berbaikan. Zaid akan mendukung Risa dalam masa penyembuhannya dan mereka akan berusaha lagi.

Sekarang Zaid menyesalinya. Bukan lagi Zaid mendukung Risa untuk bangkit dari kesedihannya paska keguguran. Malah Risa melupakannya sama sekali. Membuat Zaid berada dalam kesepian, kesedihan, dan penyesalan.

Entah berapa lama Zaid duduk diam di tengah rumah yang besar ini. Perlahan ia bangkit dan berjalan ke atas. Zaid memilih masuk ke kamar Nira karena berada di kamarnya akan membuatnya lebih sakit. Zaid menjatuhkan dirinya di tempat tidur putrinya. Sudah lama sekali Zaid tidak menyentuh tempat tidur. Ditambah dengan beban pikirannya, Zaid terlelap dalam hitungan detik.

***

"Eh ada Zaid," sambut Hana pada Zaid yang berdiri kaku di depan rumah mertuanya.

"Iya Teh. Saya mau jemput Nira," kata Zaid.

"Nira mau dijemput? Gak nginep di sini lagi aja?" Hana mempersilakan Zaid masuk dan Zaid mengikutinya.

"Nanti merepotkan," Zaid menggumam.

"Gak apa-apa kok, Id. Apalagi Nira kelihatannya senang." Hana dan Zaid sudah sampai di ruang keluarga. Pemandangan di depannya mengejutkan Zaid.

Nira sedang bermain dengan Bubu. Dia mengacungkan beberapa boneka dan Risa menerimanya kemudian menirukan berbagai suara binatang yang diacungkan Nira. Nira tertawa-tawa. Di sisi lain, Rasyid mengulurkan boneka lain kepada Nira untuk diserahkan pada ibunya.

Zaid tertegun.

"Lagi pada main, Id," kata Hana lagi. "Duduk."

Mendengar suara Hana, Risa menoleh. Dia kaget saat melihat Zaid ada di situ. Segera dia memalingkan wajah dan mengubah posisi duduknya untuk memunggungi Zaid.

"Saya...gak bisa lama-lama, Teh," kata Zaid, semakin sedih saat melihat Risa masih menghindarinya.

"Oh gitu. Ris, Zaid mau jemput Nira," Hana berpaling pada adik iparnya.

"Silakan," gumam Risa. Dia kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan ini.

"Mbuu," Nira memanggil Risa, mengikuti ibunya.

"Sini sama Ayah," Zaid meraih Nira dengan cepat dan menggendongnya. "Pulang ya."

"Mbuuu, Bubu, mau Bubu. Bo sama Bubu," Nira mendorong Zaid agar melepaskan pelukannya.

"Bubu mau istirahat. Bubu mau tidur. Nira sama Ayah ya. Nih sini boneka Teddy kesayangan Nira," Zaid mengambil boneka Teddy milik Nira dari lantai.

"Ndidi sama Bubu," Nira masih merengek.

"Ndidi sama Ayah ya. Yuk pulang yuk. Mainan Nira nungguin di rumah. Ya?"

"Pulang sama Bubu?" Nira menatap Zaid dengan mata berkaca-kaca. Tatapan putrinya membuat Zaid merasa jantungnya diremas.

The Fools - Trilogi Zaid Risa 3 - END (WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang