30 - Trente

38.8K 2.8K 97
                                    

"Pokoknya aku akan menganggap yang tadi malam gak terjadi. Sekarang, kamu bisa bukakan pintu ini?" Risa tampak begitu ingin menjauh dari Zaid.

Zaid sendiri masih tidak percaya dengan tanggapan Risa tapi ia tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Apa maksudnya istrinya sendiri malu karena sudah bercinta dengannya? Akhirnya Zaid mengeluarkan kunci dari sakunya lalu memasukannya ke lubang kunci. Begitu kunci terbuka, Risa bergegas masuk dan menghampiri Nira. Pura-pura tidak ada apa-apa, tertawa bersama Nira, Mbak Irnah, dan Iis.

"Aku pergi dulu," kata Zaid saat dia sudah masuk kembali ke dalam rumah.

Risa tidak menanggapi. Dia terus melihat-lihat mainan Nira.

"Ke mana, Mas?" tanya Mbak Irnah demi alasan kesopanan karena tidak ada yang menanggapi.

"Ke kantor BrandPlus," Zaid menjawab sembari terus menatap Risa. Berharap Risa akan mencegahnya pergi.

"Ini kan hari Minggu, Mas?" Mbak Irnah kebingungan. Dia memandangi suami istri ini dengan pandangan bingung.

"Iya memang. Saya makan siang di luar," Zaid mengibaskan tangan. Tanpa berpamitan pada Nira sekalipun, Zaid segera pergi.

"Yah, naaa? Egii?" Nira baru sadar ayahnya tidak ada ketika dia mendengar bunyi pintu ditutup.

"Ayah kerja, Sayang," Risa mengelus rambut Nira. Sebenarnya Risa tidak yakin juga bahwa Zaid pergi untuk bekerja. "Huft..."

***

Tayangan di TV benar-benar tidak ada yang menarik. Risa sudah mengabsen seluruh channel TV, baik tayangan lokal maupun internasional. Tidak ada yang benar-benar menarik perhatiannya. Mungkin karena pikirannya tidak berada di rumah ini sekarang.

Risa kembali melirik jam yang terpasang di atas lemari. Sudah pukul sembilan malam. Nira sudah tidur sejak pukul tujuh. Mbak Irnah dan Iis sudah masuk ke kamar masing-masing. Hanya Risa yang masih terjaga demi menunggu seseorang pulang.

"Aduh ngapain sih gue?" Risa bergerak gelisah. Bantal sofa diambilnya, dipeluk, lama-lama Risa terlentang di sofa. Cepat-cepat dia kembali ke posisinya duduk.

Suara kunci dibuka terdengar di malam yang sepi ini. Risa segera melempar bantal dan berdiri. Jangan sampai Zaid tahu bahwa Risa menunggunya pulang.

Zaid terkejut melihat Risa berdiri di ruang keluarga. Namun itu hanya sedetik karena setelah itu Zaid mengalihkan pandangannya dan bermaksud menaiki tangga.

"Dari mana?" Risa refleks bertanya.

Pertanyaannya menghentikan Zaid. Dia berbalik. "Kerja, Ris."

"Bener...?"

"Aku gak akan pernah selingkuh," Zaid berkata dengan dingin. "Aku kasih kamu ruang karena sepertinya kamu gak mau ada aku dekat-dekat kamu. Jadi lebih baik aku kerja."

Risa kembali bungkam. Zaid pikir tidak ada yang akan dikatakan lagi oleh Risa sehingga dia kembali berbalik untuk menuju kamarnya.

"Kamu sudah makan malam?"

Zaid kembali berhenti dan berbalik untuk kedua kalinya. "Belum dan aku gak..."

"Mau aku buatkan sesuatu?"

Zaid heran. Benar-benar heran. Sekarang langkahnya diarahkan menuruni tangga, menghampiri perempuan yang membuat dunianya jungkir balik ini. Risa mundur sedikit.

"Sebenarnya apa yang kamu mau, Ris? Tadi pagi kamu setengah mati berusaha menghindari aku. Sekarang kamu menawarkan membuatkan makan malam untukku?"

"Permintaan maafku. Karena mungkin tadi pagi aku menyinggung perasaan kamu." Meskipun ragu, tapi Risa tetap menatap Zaid langsung di wajahnya.

"Kalau begitu tolong buatkan aku mie instan,"

The Fools - Trilogi Zaid Risa 3 - END (WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang