17 - Dix-Sept

34.8K 2.4K 63
                                    

"Tapi lo inget gue kan?" Mata Tania membelalak, mulutnya ternganga lebar sampai membuat kue yang dia masukan ke mulutnya hampir keluar lagi.

"Jorok," Risa melemparkan tisu ke pangkuan sahabatnya.

Tania mengambil tisu tersebut untuk menutupi mulutnya. Dia menelan kue, meminum air, dan kembali menatap Risa. Ekspresinya masih terkejut.

"Sorry nih gue baru dapet kesempatan buat keluar sekarang jadi baru nengok lo. Sekalinya denger cerita lo, kayaknya gue bisa melahirkan lagi," Tania melanjutkan kekagetannya.

"Lebay," timpal suaminya yang sedang menggendong bayi mereka yang baru lahir.

"Eh asli deh, babe. Saking kagetnya kayaknya aku bisa ngeden terus itu Jani langsung keluar deh. Gak perlu nunggu delapan jam kayak dulu," Tania menghadap Jack sementara Jack hanya menggeleng.

"Gue gak bohong," Risa menghela nafas dan bersandar. "Gue bangun di rumah sakit. Badan gue sakit semua dan ternyata memang banyak luka. Tangan gue juga ternyata tulangnya patah."

Tania melirik tangan Risa yang sudah tidak menggunakan gendongan tapi masih digips. Terpikir olehnya untuk menulisi gips itu. Mungkin kalimat 'makanya banyakin amal' cocok untuk ditulis di situ.

"Tapi gue merasa baik-baik aja. Pas tiba-tiba ada cowok masuk, meluk gue, langsung gue emosi. Siapa tuh cowok main peluk-peluk aja? Dia ngaku-ngaku suami gue. Hey, gue kan belum pernah menikah!"

Tania terdiam lalu mengernyit.

"Berarti lo lupa rasanya ML?"

"Heh!" Risa menutupi dadanya dengan tangan. "Kenapa bahas-bahas itu?"

"Gak, maksud gue, kalau lo lupa lo pernah menikah berarti lo belum pernah ngelakuin 'itu' kan? Secara lo kan diperawanin ama si Zaid. Atau sebelumnya udah pernah dan lo gak cerita?"

Terdengar suara seperti orang dibekap dan rupanya Jack yang sedang menahan tawa. Tania maupun Risa menatap pria itu dengan pandangan galak. Jack buru-buru menggendong putrinya keluar.

Risa hanya menggeleng menanggapi sahabatnya ini.

"Tapi Ris, kalau di cerita-cerita, biasanya orang bakal seneng lho kalau hilang ingatan terus ada cowok ngaku-ngaku jadi suami lo," Tania menerawang, tatapannya tertuju pada foto-foto di dinding. "Apalagi kalau yang ngaku-ngaku itu macam Zaid."

Risa mengernyitkan kening tidak mengerti.

"Zaid itu ganteng banget lho. Cewek manapun pasti bakal ngeliatin dia kalau dia lewat. Yah walaupun buat gue tetep lebih ganteng si Jaka kemana-mana ya," Tania menunjuk suaminya yang sedang berada di luar.

"Belum lagi dia tajir banget dan terkenal juga. Yang paling penting, dia sayang banget sama lo. Gue gak ada di situ saat lo sadar dari koma tapi gue berani taruhan dia pasti lega banget," Tania meletakkan tangannya di pangkuan Risa.

Risa membalas genggaman tangan sahabatnya.

"Iya mungkin seharusnya gue bersyukur dan iyain aja. Apalagi begitu dia sendiri memperlihatkan foto gue sama dia. Lalu gue pulang dan ternyata ada foto pernikahan kami, foto kami sendiri, ada baju-baju dia di lemari gue." Risa menghela nafas. "Tapi gue gak bisa Tan. Saat pertama kali gue sadar dan dia datang memeluk gue, gue refleks mendorong dia menjauh. Perasaan gue mengatakan bahwa dia berbahaya, bahwa gue gak bisa berada di dekat dia lagi karena itu akan membuat gue tidak aman. Kemudian dia bilang dia suami gue. Kata-katanya malah membuat gue merasa takut. Gue mencoba untuk mengingat apa benar gue punya suami. Hal berikutnya yang gue rasakan adalah kepala gue sakit banget. Seakan-akan otak ini menutup jalan ke sebuah tempat dan semakin gue berusaha membuka pintu itu, semakin otak gue melawan."

The Fools - Trilogi Zaid Risa 3 - END (WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang