38 - Trente Huit

35.6K 2.8K 128
                                    

"What?"

Zaid tidak bisa mempercayai telinganya. Risa tidak tahu apakah dia ingin bersama Zaid atau tidak? Risa takut?

"How could you..."

Tangan Zaid refleks lepas dari pipi Risa. Dia berdiri dan mundur menjauhi Risa. Tatapan Zaid kepada Risa seperti melihat seseorang berpenyakit menular dan dia ingin berada jauh dari orang tersebut. Biarpun begitu, Zaid tetap berdiri di hadapan Risa. Dia mengusap air mata dari wajahnya lalu menatap istrinya tidak percaya.

"Kamu takut?" bisik Zaid dengan lirih.

Risa ikut berdiri dan mengusap wajahnya. Butuh waktu lebih lama untuk Risa menghapus air matanya. Namun Zaid diam menunggu.

"Aku takut kita malah semakin menyakiti satu sama lain.  Mungkin pernikahan lain bisa menghadapi masalah seperti ini. Mungkin kita tidak." Risa tampak begitu tegar sekarang. Meskipun suaranya terdengar sengau, namun dia bicara dengan tegas dan menatap Zaid lekat.

"Pikirkan Nira! Gimana bisa dia menghadapi orang tuanya yang berpisah lagi?" Zaid sungguh sangat geram dengan hal ini.

"Nira... anak yang kuat. Dia pasti bisa mengerti,"

"Dan kamu gak mau mengerti akan kondisi Nira? Kondisi aku?" Alih-alih membentak seperti yang ingin dia lakukan, Zaid malah berkata super pelan. Perasaannya terluka.

"Apakah cinta gak cukup?"

Risa bergeming.

"Apakah anak gak cukup?"

Risa masih diam.

"Apakah semua penyesalan aku gak cukup?"

Risa masih tidak mengubah ekspresinya.

"Apakah yang aku lakukan untuk menebus kesalahanku gak meluluhkan hatimu?"

Risa menunduk, menatap lantai.

"Apakah kamu gak mau memaafkan aku?"

Zaid meraih tangan Risa, menggenggamnya dan mencium tangan Risa dengan khidmat.

"Berhenti menghukum aku seperti ini, Ris," kata Zaid.

Risa menarik tangannya dari genggaman Zaid. Zaid terperangah heran. Begitu tangannya terlepas dari Zaid, Risa melangkah menjauhi suaminya.

"Kamu mau kemana?"

"Sudah lewat tengah malam. Aku akan tidur di kamar Nira." Tanpa melihat ke belakang lagi, Risa keluar dari kamarnya dengan Zaid. Meninggalkan Zaid yang termenung, bingung, terluka. Baru beberapa jam lalu dia menjalani seks luar biasa dengan istrinya. Beberapa saat kemudian dia dihempaskan begitu saja. Zaid terduduk di tepi tempat tidur. Kepalanya sakit, walaupun tidak lebih sakit dari hatinya.

Di kamar Nira, Risa tidak langsung menghampiri tempat tidur putrinya. Dia bersandar di pintu, lama kelamaan merosot hingga terduduk di lantai. "Ya Tuhan, aku harus apa?"

Jawaban atas pertanyaannya muncul tanpa menunggu lama. Risa mandi dan mensucikan dirinya, memanfaatkan keheningan malam untuk berdiskusi dengan Sang Maha Pencipta. Sepanjang berdoa, Risa menatap putrinya yang tertidur lelap. Hatinya mendadak yakin.

***

Zaid bangun dengan kepala yang luar biasa sakit. Ini pasti pengaruh dari pertengkarannya dengan Risa tadi malam. Dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bahkan sesungguhnya Zaid tidak benar-benar tidur. Matanya terpejam setelah tubuhnya terasa begitu lelah. Pagi ini Zaid butuh kopi supaya kepalanya bisa kembali normal.

Eh, pagi?

Zaid meraih ponsel di nakas. Sudah jam 10 pagi rupanya. Pantas saja matahari menyusup di antara celah jendela dengan begitu penuh semangat. Zaid kembali menjatuhkan kepala di bantal. Untung saja hari ini tidak ada jadwal siaran. Zaid hanya perlu mengabari Satria bahwa hari ini dia akan terlambat datang ke kantor BrandPlus atau mungkin tidak datang sama sekali.

The Fools - Trilogi Zaid Risa 3 - END (WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang