Urusan Zaid di Jogja sebenarnya belum selesai. Namun karena informasi mendadak yang Risa sampaikan kepadanya, membuat Zaid tidak bisa diam dan ingin segera pulang. Zaid menyempatkan diri untuk kembali ke Jakarta di hari Jumat malam meskipun hari Senin pagi dia memiliki jadwal meeting operasional dengan top management perusahaan furniture Bapak.
Zaid menerobos masuk rumah layaknya petugas pemadam kebakaran berusaha untuk memadamkan api. Zaid memang tidak mengabari Risa mengenai kepulangannya. Oleh karena itu hanya ada Mbak Irnah yang berdiri kaget melihat Zaid.
"Risa dan Nira?"
"Sudah tidur, Mas," Mbak Irnah menjawab sabar dan mengulum senyum. Mbak Irnah sudah diberi tahu Risa mengenai berita menggembirakan itu. Jadi Mbak Irnah tahu pasti apa yang menyebabkan Zaid tidak sabaran begini.
"Oke," Zaid meninggalkan kopernya di kaki tangga dan segera menaiki tangga.
"Oh iya, Mas," Mbak Irnah memanggil lagi. "Mbak Risa tidur di kamar Nira."
Bibir Zaid tersenyum. "Terima kasih."
Langkah Zaid semakin lebar dan cepat menuju kamar putrinya. Dengan tidak sabar namun tetap pelan-pelan, Zaid membuka pintu kamar Nira. Di hadapannya langsung terlihat pemandangan menggemaskan. Nira tidur sambil memeluk Risa.
"Hai, Ayah pulang," Zaid memeluk kedua sosok kesayangannya dan mencium kening Risa dan Nira bergantian.
"Mmmh," Risa sepertinya sadar akan kehadiran Zaid. Dia membuka matanya, mengerjapkannya beberapa kali sampai bisa melihat Zaid dengan jelas. "You're home."
"I am," Zaid berlutut di samping tempat tidur. "Tidur lagi aja. Aku mau mandi dulu tapi tadi aku gak sabar ketemu kalian."
"Kamu pasti gak sabar untuk pulang..." Risa tersipu. Tangannya yang tidak ditindih oleh Nira, bergerak turun. Tangan Zaid menyambut tangan Risa dan keduanya sama-sama menumpukan tangan di atas perut Risa.
"Thank you," Zaid menunduk dan mencium bibir Risa. Hanya kecupan biasa namun cukup lama. Ciuman mereka berhenti ketika Nira berguling dan mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. "Aku mandi dulu. Nanti aku kemari. Gak sabar untuk kumpul bareng kamu dan anak-anak kita."
***
Zaid memberi Risa fasilitas ekstra atas kehamilan keduanya (sebenarnya yang ketiga, tapi ya sudahlah). Berhubung Zaid masih harus beberapa kali kembali ke Jogja untuk beberapa saat, Zaid memutuskan untuk:
1. Membeli mobil baru
"Buat apa, Mas?" Risa mengernyit kebingungan saat Zaid menyeretnya ke dealer.
"Beli mobil," jawab Zaid tanpa merasa keheranan sama sekali.
Risa mengernyitkan keningnya. "Iya beli mobil karena kita sedang ada di dealer." Risa melongok dari balik kaca mobil ke arah tulisan besar di atas gedung berkaca dealer. Mereka masih belum turun dari mobil. "Tapi memangnya kita butuh?"
Zaid mengelus pipi Risa. "Kamu masih suka mobile, masih ke kantor dan syuting. Kalaupun gak ke kantor, kamu ada syuting dan pasti butuh untuk pergi kemana-mana. Aku kan gak selalu ada di samping kamu. Besok aja aku masih harus kembali ke Jogja. Atau kalau aku ada di Jakarta pun, belum tentu aku bisa antar kamu ke sana kemari. So, kamu perlu kendaraan sendiri."
"Sekarang kan ada taksi online dan segala macamnya," Risa masih saja mengelak. Sedikit tidak enak karena Zaid membeli barang mahal demi dirinya.
"Dan mempercayakan kamu ke orang yang gak tahu siapa? Mobil yang entah terawatt atau tidak? Nggak, makasih." Zaid membuka safety belt dan menoleh ke belakang. "Nira, ayo turun yuk."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Fools - Trilogi Zaid Risa 3 - END (WATTPAD)
RomanceCERITA SUPER DEWASA! 21+ ataupun yang sudah menikah. Percayalah bahwa seri ketiga Zaid dan Risa ini akan lebih dewasa, lebih gelap, lebih pelik, lebih menyebalkan, dan pastinya lebih vulgar. Cerita tentang rumah tangga mereka yang diawali dengan ber...