18 - Dix-Huit

33.7K 2.3K 51
                                    

Risa bangun pagi-pagi sekali. Matahari belum menampakkan sinarnya sama sekali. Bahkan sayup-sayup masih terdengar suara adzan Subuh bersahut-sahutan. Kemarin Risa kembali melakukan kontrol ke dokter atas kondisinya paska kecelakaan. Dokter mengatakan bahwa Risa sudah sembuh total. Sisa permasalahannya hanya tinggal pada ingatannya yang belum kembali. Saat itu, Risa hanya berdeham. Baginya, ingatan yang hilang itu tidak lebih mengganggu dari tangannya yang patah. Meskipun kata-kata sang dokter membuat pria yang menemaninya menghela nafas berat.

Jika Risa kembali mengingat kejadian kemarin--kegiatan ini membuat Risa kembali duduk di tepi tempat tidurnya. Kemarin Zaid yang berkeras menemaninya ke dokter. Lelah dan tidak berminat untuk berdebat, Risa langsung mengiyakan. Keputusan yang membuat Gani menyimpan kembali kunci mobilnya. Sepanjang perjalanan kemarin, Risa tidak berkata apa-apa meskipun Zaid meliriknya penuh arti. Seakan ingin mengajaknya bicara. Namun melihat Risa yang terus mengatupkan mulutnya rapat-rapat, Zaid kembali mengurungkan niatnya. Suasana yang benar-benar tidak menyenangkan.

Dini hari ini Risa meraih ponselnya. Ponsel baru yang dibelinya untuk mengganti ponselnya yang rusak karena kecelakaan. Hanya ada beberapa nomor di ponsel barunya ini. Mama, Papa, A Gani, Teh Hana, Tania, Jack, Yuni, beberapa atasannya di kantor, dan... Zaid. Entah kapan pria itu menyimpan nomor ponselnya ke buku kontak Risa. Yang jelas, tiba-tiba ada pesan iMessage dari Zaid yang mengatakan bahwa itu adalah nomornya.

Risa tidak menghapus nomor itu. Entah kenapa. Padahal dia masih tidak begitu sreg dengan keberadaan Zaid di dekat dirinya. Meskipun semua orang di sekitarnya begitu terbuka dengan adanya sosok Zaid. Bagi Risa sendiri, Zaid masih terasa seperti orang asing.

Lain halnya dengan Nira. Anak kecil itu tidak perlu berusaha keras untuk mengambil hati Risa. Risa sudah begitu terbiasa ada di dekatnya. Risa sudah bisa bermain dengan leluasa bersama Nira. Keduanya seperti sudah paham dengan selera satu sama lain. Kakak dan orang tuanya bilang itu karena Nira adalah putri kandung Risa. Bisa jadi. Begitu banyak foto mereka bersama di rumah maupun akun Instagram Risa. Jadi Risa tidak merasa aneh ketika dekat dengan Nira.

Sebenarnya sama halnya dengan Zaid. Di rumahnya pun banyak foto Risa dengan Zaid. Juga di akun Instagramnya. Mau tidak mau Risa mengakui bahwa Zaid adalah orang yang berstatus sebagai suaminya. Hanya saja... hatinya menolak hal tersebut. Dia keberatan, tidak ikhlas. Walaupun benar apa kata Tania, Zaid adalah sosok yang ganteng. Tapi Risa bukan perempuan di sinetron, yang menerima begitu saja ketika seorang pria tampan dan berkecukupan mengaku-aku jadi suaminya.

Risa membuka kunci ponselnya dan langsung terkejut saat melihat sebuah pesan baru dikirimkan sekitar satu menit yang lalu.

Aku dan Nira akan segera berangkat ke Bogor. Ini hari pertama kamu kembali bekerja kan Ris? Kami mau mengantar ya.

Bukankah mereka tinggal di Jakarta? Menuju Bogor dini hari hanya untuk mengantar Risa kembali bekerja? Apa Zaid gila? Risa tidak habis pikir. Jarinya langsung mengetikkan balsan untuk mencegah Zaid datang ke Bogor.

Buat apa? Aku bukan hari pertama ke sekolah. Gak perlu diantar segala. Lagipula nanti capek...

Risa akan mengirimkan pesan tersebut namun mengurungkan niatnya. Bukan urusannya. Itu keputusan Zaid untuk melakukan apa pun yang dia suka. Risa menghapus pesan tersebut dan langsung menggantikannya dengan pesan lain.

Hati-hati.

***

Zaid melihat layar ponsel yang menyala. Bibirnya menyunggingkan senyum saat melihat siapa yang mengirimkan pesan tersebut dan apa isi pesannya. Tanpa mengalihkan perhatian dari jalanan, Zaid berujar. "Ada pesan dari Bubu, Sayang," kata Zaid ceria kepada Nira yang sedang bermain di belakang.

The Fools - Trilogi Zaid Risa 3 - END (WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang