37. Kepingan Kisah

23 7 0
                                    

Semua tak 'kan bertahan lama. Aku yakin itu!

~Serenada cinta (37)

-----------------------------------------------------

Terkadang hanya butuh orang sederhana untuk membuatmu bahagia. Dekat dengannya banyak memberi tawa di hidupku. Hanya dengan usapan lembut di ujung bibir dia sudah bisa membuatku melayang, apalagi kecupan hangat di kening. Eh, tidak-tidak. Pikiran gila macam apa itu.

Paling jika ia melakukan itu akan kuberi tamparan hangat di wajahnya hingga memerah. Membayangkannya saja membuatku terkekeh.

"Mau roti hijau." Aku memberenggut.

"Di kantin udah habis, Nad."

"Ish, usaha kek!" Mungkin dia sudah lelah dengan semua ocehanku. Dia menghela napas berat.

"Tunggu." Dilangkahkan kakinya ke luar ruangan. Mengerjai Nugi ternyata menyenangkan juga.

Tak lama kemudian dia membawa dua bungkus roti hijau di tangannya.

Aku mengernyit. "Dapat dari mana?"

"Giliran dapet nanya, giliran nggak ada melas mulu!" cibirnya.

Aku mengerucutkan bibir. "Ikhlas nggak nih?"

"Kan ini aku cariin buat kamu." Dia menyodorkan roti itu.

"Dua-duanya buat aku!" Segera saja kurebut keduanya.

"Dih rakus."

"Biarin!" Aku memeletkan lidah yang disambut acakan rambut.

"Aku tetep suka kok kalau kamu jadi endut." Dengan senyum jailnya ia menatapku.

"Dih, nyumpahin ya." Aku mengerucutkan bibir.

"Nggak gitu, Sayang!"

"Percaya deh, biar kamu seneng." Kucomot roti itu dengan lahap.

🌟🌟🌟

Bel pertanda masuk sudah bergema sejak lima menit lalu. Nugi sudah beranjak menuju kelasnya. Aku mencoret-coret kertas usang bekas remasan anak-anak untuk saling lempar.

"Nad, pacarmu parah ya?" Fanda berlalu duduk di bangkunya yang ada di barisan sebelah.

"Dia buat ulah lagi?" Aku memasang raut wajah serius.

"Nggak sih. Tadi dia maksa anak-anak supaya mau ngasih roti hijaunya dan bayar dua kali lipat dari harganya," ucap Fanda menggebu.

"Masa iya." Kulanjutkan acara coret-coretku.

"Dih, nggak percaya."

Seisi kelas yang tadinya riuh mendadak sunyi. Bukan karena penghuninya lagi keluar dari ruangan, tetapi aura yang dipancarkan guru killer yang ada di depanku itu membuat semua orang otomatis bungkam.

"Selamat siang Anak-anak! Sekarang buka halaman 56, kerjakan soal Kimia yang ada di sana, kemarin sudah Bapak jelaskan, 'kan?"

"Iya, Pak."

🌟🌟🌟

Siswa-siswa berhamburan keluar kelas ketika bel pulang bergaung bersamaan dengan bunyi perut keroncongan para makhluk yang sejak tadi pagi telah belajar. Aku masih sibuk merapikan buku dan kujejalkan ke dalam tas. Kolong meja turut kubersihkan agar tak jadi sarang nyamuk.

Aku membulatkan mata, betapa banyaknya sampah yang berkumpul di sana.

Pasti ini kerjaan Mila! Itu anak kok nggak bisa bersih sedikit sih.

SerenadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang