10

3K 233 3
                                    

Ini hanya fiksi, khayalan V saja jadi jangan diambil hati.
Typo berserakan..

aku adalah aib bagi anakku.
*

(Flashback beberapa jam yang lalu)

"Aw Beam, kau ada disini?" Tanya Ming terkejut melihat melihatku dirumah sakit.

"Tentu saja aku disini, memangnya aku harus dimana. Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu"

Ming menatap heran padaku, sejenak ia nampak berpikir
"Tadi aku bersama Forth,ia mendapat telepon dari Pink. Ia bilang Bas berkelahi disekolah". ucapnya ragu.

Aku terkejut menatap Ming tak percaya, sontak perasaan cemas dan khawatir menghampiriku, tanpa pikir panjang aku berlari meninggalkan Ming, yang ada di otakku adalah untuk segera kesekolah Bas, memastikan bahwa ia baik-baik saja.

"Beam!!!"panggil Ming.
Ternyata Ming berhasil menyusulku, ia menghentikanku.

"Aku ikut denganmu"ucapnya meraih kunci mobil ditanganku.

Dan segera kami berangkat ke sekolah Bas. Selama perjalanan hatiku tak karuan, aku benar-benar khawatir dengan anakku, ini kali pertama aku mendengarnya berkelahi, kenapa ia berkelahi? Bagaimana keadaannya?apa ia terluka? berbagai pertanyaan hinggap dibenakku hingga tak kusadari kami telah sampai disana.

Aku melihat Forth berdiri disamping mobilnya sedang berbincang dengan God, refleks aku berlari menghampirinya. Ia nampak terkejut melihatku disini.

"Dimana Bas? apa dia baik-baik saja?"tanyaku panik.

"Baby tenanglah, ia baik-baik saja,dia ada disana"tunjuk Forth kearah bangku taman.

Aku mengikuti arah tunjuk Forth dan betapa terkejutnya aku. Tampak anakku yang sedang diobati oleh mantan tunangan suamiku, mereka terlihat begitu dekat.
Anakku merengek manja padanya yang biasanya hanya terjadi padaku.

Hatiku serasa diremas melihat adegan itu, seperti pemandangan keluarga yang sempurna. Perlahan aku mendekati mereka, Forth menghentikanku.

"Beam,kita bicarakan ini dirumah"cegah Forth.

Aku menatapnya. Alisnya bertaut melihat ekspresi wajahku yang datar. Perlahan aku melepaskan genggamannya dan menghampiri mereka.

"Sepertinya kau baik-baik saja? Siapa yang menang?" Ucapku dingin.

Sontak mereka menatapku, bisa kulihat ekspresi terkejut diwajah mereka.

"Mom,."gumam Bas.

Aku tersenyum. "Bagaimana hasilnya?"tanyaku entah pada siapa, tapi mataku tertuju pada Bas. Bas mengalihkan pandangannya,ia tidak ingin bertemu pandang denganku.

"Dia di skors seminggu" ucap Forth.

Aku menghela nafas panjang dan berbalik menghadap Forth.
"Baiklah, aku pergi,." Ucapku berlalu dari hadapannya.

"Beam,."panggilnya pelan.

"Kau sudah mengurus semuanya dan lukanya juga sudah diobati, lalu apa lagi yang harus aku lakukan disini?"tanyaku, memandang ketiga wajah didepanku.

"Ayo Ming,."

Aku dan Ming pergi dari hadapan mereka, sekilas aku melihat anakku, suamiku dan mantan tunangannya, mereka seperti keluarga yang sempurna, anak, ayah dan ibu yang sesungguhnya.

Flashback end
*
now(atap gedung rumah sakit)

Aku tak tau berapa lama aku menangis dan sekarang wajahku membengkak yang pastinya tak dapat kututupi. kukirim pesan pada Forth bahwa aku tidak pulang malam ini dan benar saja ponselku langsung berdering. Ia merengek padaku dan aku mencoba memberinya pengertian, beruntung ia tidak menyadari perubahan dalam suaraku yang sedikit serak.
Aku sedang tak ingin berdebat dengannya, kuputuskan sambungan secara sepihak.

Kusandarkan tubuhku pada pagar pembatas diatap gedung ini, kurenungi setiap kejadian yang menimpaku,anakku yang malu memiliki ibu sepertiku dan suamiku yang  kembali akrab dengan kisah lamanya, yang kudapati beberapa kali berbohong menutupi pertemuan mereka.Betapa mirisnya hidupku.

Berkali-kali helaan nafas keluar dari mulutku.

"Beam!!"teriak Kit, dari ambang pintu.
Ia berlari dan memeluk ku~ia menagis.

"Beam,. Ayo.,. Ayo kita ke club, kita akan minum sepuasnya aku akan menemanimu".racaunya, Aku memandangnya heran.

"Atau...atau ...kita menangis, ya kita menangis, menangis sampai air mata kita kering, atau,." Ucapnya tak terkendali.

Aku mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini dan aku yakin ia mengetahuinya dari Ming.

"Kit,." Panggilku menyadarkannya.

ku cengkram kedua lengannya, kulihat air mata telah membasahi kedua pipinya.

"Kit, aku sudah melakukannya,. Jangan khawatirkan aku, aku baik-baik saja" ucapku menyakinkannya.

"Beam,." Lirihnya~Air mata kembali mengalir dipipinya.

"Jangan tangisi aku Kit, jangan kasihani aku,. Tapi dukung aku, semangati aku, agar aku bisa mengembalikan keutuhan rumah tangga kami".

"Beam,."

Kit kembali terisak, ia memelukku erat, Seolah mengatakan bahwa aku masih punya tempat bersandar dan tak kusadari aku pun menangis bersamanya.

Beam POV end.
*
💬⭐🙏

MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang