AMNESIA

111 7 0
                                    

"Ok... Emm... Jadi, singkat kata.. Aku hilang ingatan" ucap Railo dengan keringat menetes dari pelepisnya.

"HAH!!? YANG BENER!? Jangan bilang itu bagian dari komplikasi penyakitmu juga?" Ucap wanita itu kaget.

"B-bentar, kamu juga tau tentang penyakitku? HEBATTT padahal aku belum pernah cerita ke Re-...." Railo tiba-tiba menghentikan ucapannya.

"Re... Re... Re.." Ia terus mengulangi kata Re yang seperti nama seseorang. Namun Railo tidak tau apa kelanjutannya.
Ugh... Apa ini? Batin Railo sambil memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit.

"Re... Siapa?" gumam Railo
Rasanya aku melupakan sesuatu yang sangat penting gumam Railo.

Beneran amnesia? Batin wanita bermata hijau yang duduk disebelah Railo dengan terus memperhatikan gerak gerik Railo. Wanita itu merasa kasihan melihat Railo yang tampak tersiksa.

"Railo.... Sebenarnya kamu lupa seberapa banyak? Apa saja yang kamu ingat?" Ucap wanita itu mulai melembut.

"HHHHH Entahlah aku lupa banyak hal.... Agh aku mual" ucap Railo menyandarkan dirinya ke sandaran kursi taman yang didudukinya bersama wanita itu.

"Aku juga dilupain?.... Janji waktu itu juga kamu nggak ingat?" ucap wanita itu dengan tatapan menerawang.
JAHAT  batin wanita itu.

"Maaf... Dari tadi nanyain janji dan pertemuan itu terus, jangan-jangan kamu.... Pacarku?" ucap Railo menegakkan dirinya dari sandaran kursi dan menatap dalam-dalam mata hijau milik wanita yang berada di sampingnya itu.

"HAH?!! Jangan ngimpi, kalau mau jadi pacarku, paling nggak tinggimu harus diatas 170 cm" Ucap wanita itu.
Railo yang mendengar itu merasa tertohok dengan keadaan dirinya yang cebol.

Diatas 170 cm? Kejam! Batin Railo.

"Maafkan aku" ucap Railo, ia membalikkan tubuhnya menghadap kebelakang, dan bertumpu pada sandaran kursi.

"Uh dasar" ucap wanita itu dengan perasaan kecewa.

"Padahal, jika kita jadi ketemu besoknya mungkin aku akan cerita tentang penyakitku padamu"lanjut wanita itu.

"Eh!.. Kau punya penyakit?" Ucap Railo kaget. Karena jika dilihat, wanita itu begitu sehat, dan tidak ada tanda-tanda sedikitpun yang menunjukkan kalau dirinya sedang sakit.

"Itu juga lupa? HAH! BODOH! Lupain aja semuanya sekalian... Padahal waktu itu kamu sampe nangis nangis didepanku"

Aku..nangis? Batin Railo yang merasa tidak percaya bahwa dirinya, Railo Alviano menangis, di depan seorang gadis?

Ah! Ingatan Railo saat ia menangis tiba-tiba saja melintas di kepalanya.

Ia memakai baju pasien rumah sakit, dan menangis dipelukan seorang wanita berambut pirang yang begitu mirip dengan wanita yang berada disampingnya saat ini.

Saat mengingat kejadian itu, wajah Railo serasa memanas dan tampak merona.

"Sepertinya aku ingat kalau tentang itu" ucapnya.

"Eh? Terus kamu ingat alasan kamu nangis waktu itu?" tanya wanita itu dengan perasaan penuh harap.

"Enggak.... Aku cuma inget pas nangis doang, alasannya..... Aku..... Nggak tau..."

"Railo... Kamu cerita tantang penyakitmu.... Lebih tepatnya, keunikan yang ada di dalam tubuhmu.Terus kamu cerita tentang operasi jantung yang akan kamu hadapi" ucap wanita itu, ia sangat berharap dengan ia menceritakan apa yang terjadi pada Railo, ingatan Railo dapat kembali. Dan Railo akan ingat lagi kepadanya, kepada kenangan-kenangan yang pernah mereka jalani.

Kenapa kamu bisa tau itu? Seberapa ember mulutku waktu itu? Batin Railo dipenuhi pertanyaan yang ia sendiri tak berani menyuarakannya..

"Railo. Gimana ceritanya kamu bisa sampai hilang ingatan?! Apa kamu benar baik-baik saja? Wajahmu pucat kayak orang mati!" ucap wanita itu merasa khawatir dengan wajah Railo yang terlihat lebih pucat dari biasanya.

"Ehh itu...." Railo tidak berani mengucapkan bahwa dirinya memang udah mati...!

"Ceritakan padaku, apa kamu ingat keluargamu? Orang tua atau.... Saudaramu?" tanya wanita itu.

"Fuhhh.... No clue at all" ucap Railo seraya menghembuskan nafas berat.

"Kamu tidur dimana? Keadaan badanmu gimana? Bukannya kamu bilang kamu ketergantungan obat?!" tanya wanita itu. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan Railo saat ini.

"Ahh... Itu..." seberapa banyak yang ia tau? Batin Railo.

"Sepertinya aku kabur dari rumah, dan badanku baik-baik saja. Mmh k-kau lihat, sepertinya aku berhasil melalui opersi itu dan telah sembuh total...!" jelas Railo dengan keringat dingin yang membasahi pelipisnya. Ia sangat gugup, ia takut jika kebohongannya akan diketahui.

"Tapi...." wanita itu merasa tidak yakin dengan penjelasan Railo.

"Lihat.. Ng- kalau benar aku udah cerita kekamu... Kamu pasti tau kalau staminaku benar-benar payah, lari sebentar juga udah tepar. Tapi barusan kita lari jauh cukup lama dan aku baik-baik aja kan? Heheheh kann?" ucap Railo berusaha meyakinkan wanita itu.

"kelihatannya begitu" ucap wanita itu seraya menggembungkan pipinya, ia merasa ada yang aneh dengan penjelasan Railo barusan.

"Tentu saja" ucap Railo

"Abczjsjlanxft, Bulaaan aku nggak tau harus ngomong apa lagi kalau ditanya. Seriously" ucap Railo kepada Bulan yang sedari tadi mondar mandir dihadapannya.

"Udaahhh jalani aja!!!" ucap Bulan menyemangati Railo.

Apa dia benar-benar nggak ingat aku? Batin wanita itu seraya memperhatikan Railo yang tampak seperti orang kebingungan.

"Railo..... Lihat aku..." ucap wanita itu ke Railo,

Railo menolehkan kepalanya ke arah wanita itu, dan

DEG..

Warna ini, indah sekali.... Tapi, dimana aku pernah melihatnya? Batin Railo merasa tidak asing dengan wanita berambut pirang yang saat ini berdiri di hadapannya. Tanpa Railo sadari, semburat merah itu kembali menghiasi pipinya.

"Apa yang kamu pikirkan saat melihatku?" tanya wanita itu.

"Ah.... Eh?! Hah??" maksudnya apa? Batin Railo kebingungan dan tidak mengerti mengenai apa yang dimaksud wanita di hadapannya ini. Pipinya pun semakin memerah layaknya kepiting rebus.

"Kamu..... Cantik??" ucap Railo, Railo mengucapkan hal itu karena kebanyakan perempuan akan senang saat ada yang mengatainya cantik, dan wanita bermata hijau itu memang cantik.

"Pppppffffttttt Buh- Muahahahaha!!! Baper detected!!!" Bulan yang kini berada disamping Railo, tidak dapat menahan tawanya.

Bertambah sudah siksaan Railo, wajah memerah, lutut gemetar, serta keringat dingin yang semakin banyak membanjiri pelipisnya.

Bukan itu yang kumaksud sih. Tapi yaudah lah batin wanita itu.
"Makasih ya" ucap wanita itu seraya menampilkan senyum indahnya ke arah Railo.

"Tapi.... Cantik aja nggak akan cukup kan? Aku punya banyak kekurangan... Kalau ingatanmu kembali, akan kuceritakan" ucap wanita itu dengan tatapan yang berubah sendu.

Soalnya Railo.. Sebenarnya, semenjak hari itu di rumah sakit, aku.... Tidak bisa melupakan wajahmu. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Dan ada banyak hal yang ingin kutau darimu.... Batin wanita itu seraya mengingat saat ia pertama kali bertemu dengan Railo saat di rumah sakit.

"Oleh karena itu... Railo! Aku akan membantumu mengembalikan ingatanmu!" ucap wanita itu

"HAH?!!" Railo dan Bulan terpana karena kaget dengan apa yang di ucapkan wanita itu.

______________________________________

Nb: Nama wanita itu akan dimunculkan di chapter selanjutnya😊😊😊

Ghost Dilema [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang