"Yah. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya tidak tenang di dunia ini" ucap Sunny.
"Apa ini salahku? Kalau saja hari itu aku nggak membuat kejutan segala, mungkin dia bakal..." Hansel menudukkan kepalanya.
"KODOK!!" teriak Hansel akibat kelakuan Sunny yang menendang kursinya, dan membuatnya jatuh terjekang ke lantai.
"Jadi cowok nggak boleh baoeran Hans" ucap Sunny santai setelah menjatuhkan Hansel dengan sekali tendangan.
"Heh! Narto! Tolong bedain mana baper mana guilty!" teriak Hansel masih dalam posisi berbaring.
"Santai bro! Jangan mikir berat-berat dulu"
"KAMU YANG HARUS NYANTAI WOOII!"
"Hans, kamu nggak boleh terus-terusan nyakitin diri sendiri begitu" Sunny mengulurkan tangannya dan membantu Hansel untuk duduk.
"Yah! Ngomomg gampang, nyatanya rasa bersalah ini masih menghantuiku dan makin menjadi-jadi" ucao Hansel lalu kembali membenarkan duduknya.
"Tapi mau perasaan kamu gimana juga, udah kejadian. Nggak bisa dirubah! Dan dia juga sudah mati"
Walau kamu ngomong begitujuga, rasa bersalah ini masih tetap ada Batin Hansel seraya menatap kosong gelas kaca yang isinya juga telah kosong yang berada di hadapannya.
"Kamu ingat masa-masa pendaftaran SMA?" Tanya Sunny mencoba untuk mengajak Hansel bernostalgia.
"yah. Yang pas awal banget?"
"Yep"
"waktu Railo hampir digencet sama tiga senior gila kan? Gara-gara masalah sepele"
"Iya, gara-gara lewat di depan mereka nggak permisi. Terus kamu datang niat melerai mereka baik-baik sambil minta maaf. Tapi mereka malah ngatain ibumu. Dan akhirnya kamu 'terpelatuk' sampe berantem disana. Lalu aku datang dengan maksud menenagkan, tapi ujungnga malah ikutan berantem"
"Railo pun bengong melihat kita, gara-gara yang punya maslah dia, tapi kita yang berantem"
"BEGO BANGET SUMPAH!" teriak Hansel dan Sunny berbarengan dilanjutkan dengan kikikan kecil.
"Pffttt. Dan semua perkelahian itu berakhir setelah Railo ngomong beberapa kata! Senior langsung minta maaf dan kabur. Ngakak ya LORD!" Hansel tak bisa lagi menahan rasa geli di perutnya, bahkan ia sampai menutupi wajahnya yang kini memerah karena kebanyakan ketawa.
"Ingat kata-katanya?"
"Nggak. Serius berantem"
"Hey! Kak, kenal ibu Tiana Galuh Senanda? Beliau nenekku" ucap Sunny meniru gaya maupun suara Railo.
"Hahahhaaha aku nggak kuat lihat ekspresi Railo sama senior-senior waktu itu! Ngakak!" kini giliran Sunny yang tertawa terbahak-bahak.
"Wait. Sun, ibu siapa?" tanya Hansel dengan nada serius.
"Tiana Galuh Senanda, rings a bell? Rrr.... Ituloh, direktur sekolah kita! Yang mukanya agak judes"
Ah benar, kenapa aku bisa lupa? Batin Hansel. Getaran singkat dari benda pipih yang berada di saku belakangnya menarik perhatian Hasel. Ia meraih handphone itu, dan membuka aplikasi pesan. Note dan kontak sak Sheela batin Hansel seraya terus menatap layar handphone.
"Kamu nggak inget direktur sekolah kita dulu itu neneknya Railo?"
"Nggak, aku terlalu fokus pada oma, karena beliau nenek Railo dari ibunya. Sementara ibu Tiana itu nenek Railo dari ayahnya. Karena hubungan Railo dengan keluarga ayahnya buruk, jadi aku nggak kepikiran kesitu. Sun, aku duluan yah" ucap Hansel seraya memasukkan gitarnya kedalam hardcase.
"Eh, hey! Hans, kamu terlalu maksain diri deh! Rasanya daripada mencari tau tentang Railo, kamu lebih ingin mengalihkan perhatianmu dari sesuatu! Atau kamu cuma nggak mau kelihatan 'diam' di depan kak Sheela?" ucapan Sunny menghentika gerakan Hansel. Hansel bergeming ditempatnya serata terus mendengar ocehan Sunny yang sebagian besar ada benarnyajuga.
"Bro, are you even trying?(kamu serius nggak sih?) mengulik setengah-setengah begitu cuma bakal nyakitin kamu akhirnya. Aku ingin membantumu karena Railo juga temanku, tapi kalau melihatmu kayak gini, lama-lama aku jadi malas. Jangan jalan ditempat. Maju atau mundur?"
"Sun, aku sudah janji sama Sheela, lagipula aku begini juga untuk 'membalas' rasa bersalahku kepada Railo" ucap Hansel tanpa membalikkan tubuhnya.
"Yah nggak gini juga! Kadang ada hal yang sebaiknya nggak kita ketahui! Lagian aku yakin Railo juga nggak mau melihat sahabatnya..." belum lagi Sunny menyelesaikan perkataannya, Hansel membalikkan tubuhnya menghadap Sunny.
"SUN!" teriak Hansel.
"HAH! JANGAN NYELAK!" teriak Sunny tak kalah keras dari Hansel.
"BACOT!"
"ANJ*R!" fix, kini Sunny yang paling anti dengan kata-kata kotor telah mengeluarkannya, berarti ia benar-benar marah sekarang.
"I do what I want when I want, cuz I wanna" ucap Hansel santai.
"MASOKIS! (orang yang disakiti) BODOAMAT! PULANG SANA! JERAPAH ONTA! BASIDIO MACOTA!!" teriak Sunny yang semakin kesal.
"Syap bos ku" Hansel hanya menanggapinya dengan santai, bahkan sangat santai.
"GET LOST!! (pergi sana!) kalau ada lubang, masuk kedalam ya!"
"iya iyaaaa" ucap Hansel malas dan mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Sunny.
Reihan ternyata kenal keluargaku. Dan dia sedang mencari tau tentang kematianku batin Railo yang sedari tadi menyaksikan pembicaraan Hansek dan Sunny.
"Bulan, aku mau coba bicara dengan Syamsie. Mungkin dia bisa membantu kita" ucap Railo ke Bulan. Namun,Bulan sama sekali tidak memperdulikan memperdulikan perkataan Railo, dan melangkah ke tempat lain.
"Eh. Bulan?" panggil Railo.
Bulan berlari menyusul Hansel dan memeluk punggung kekar pria itu.
"Hansel..... Hanse. Hansel. Railo jahat! Dia nggak inget kita berdua! Padahal sekarang aku bisa menyentuhnya, padahal sekarang aku bisa bicara padanya. Hansel, walaupun Hansel sekarang masih hidup, Hansel akan selalu disisiku kan?" Namun tangan Bulan Hanya memeluk udara. Dia sama sekali tidak bisa menyentuh Hansel, apalagi membuat Hansel mendengarnya. Dengan airmata berlinang, Bulan terus menatap punggung Hansel yang semakin menjauhinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Dilema [END]✔
Teen FictionCerita ini saya ambil dari web toon dengan judul yang sama, serta cerita yang sama. Yang ditulis oleh KIKUATAMA. Apa yang akan kamu rasakan ketika kamu tertarik kembali ke dunia setelah kematianmu? Namun dengan sosok yang berbeda dari sebelumnya...