Tubuhku ini......
Bisa dibilang berantakan, bagai puzzel yang tersusun acak.Beberapa bagian tubuhku menghadap terbalik berbeda dengan orang normal pada umumnya. Aku terlahir tanpa limpa, jadi tubuhku rentan terhadap infeksi.
Karena itu, aku mudah sakit dan ketergantungan pada obat.
Geli...
Mejijikan ya?
Akupun geli pada badanku sendiri...
Mau makan kadang susah, kalau salah makan langsung mual bahkan sampai muntah.Kadang tiba-tiba bagian atas atau bawah perutku terasa sakit. Rasanya seperti diiris, kadang rasanya seperti dikoyak keluar. Ini yang kadang merepotkan.
Tapi nggak apa-apa, walaupun kadang sakit, tapi aku sudah terbiasa. Lagipula, aku dirawat selama tiga bulan ini bukan karena itu.
Tapi karena....
Kondisi jantungku yang nggak kunjung membaik. Dan memang oma nggak mau aku melanjutkan sekolah lagi.
E-emang jantungku mudah kaget sih, kalo 'shock' degup jantunnya langsung cepat dan suaranya lebih 'berisik' daripada orang biasa.
Dan yah, dari tiga bulan lalu oma takut kalau aku kena serangan jantung. Jadi, beliau 'mengurungku' disini.
Tapi, bukannya ini agak berlebihan sih menurutmu?
Rasanya terlalu lama di rumah sakit bukannya membuatku semakin baik, tapi malah sebaliknya. Karena rumah sakit begitu penuh dengan kenangan pahit saat aku kecil dulu.
Entah kenapa....
Serpihan puzzle ingatanku tentang Laila mengalir begitu jelas. Perlahan, bukan hanya 'adegan' yang kuingat, tapi juga perasaanku pada saat aku menceritakannya kepada laila.
«ingatan Railo bersama Laila»
"Sebenarnya, aku sudah bilang pada oma untuk melakukan operasi padaku. Dan kalau jadi, akan dilakukan hari ini atau lusa. E-e, cukup tentang aku ya! M-moodnya jadi jelek kan? Makanya aku males cerita ke orang tentang ini. Aku nggak suka cara mereka memandangku nanti habis selesai cerita" ucapku ke Laila. Kulihat kini pipinya telah dibasahi oleh air mata.
"Tuh kan, nangis" lanjutku.
Laila langsung mengapus air matanya dan memberikan senyum hangatnya.
"Hahahaha. Nggak apa-apa! Nggak apa-apa!" ucapnya. Kurasa ia tertawa dengan terpaksa? Namun senyumnya tulus. Tampak jelas dari mata hijaunya.
"Railo kuat! Railo sudah bertahan selama ini kan? Railo pasti bisa menjalani operasi itu dan sembuh total! Lalu Railo bisa hidup tenang dan bahagia selamanya!" Laila mengucapkan semua itu dengan senyum yang tak lepas dari wajah cantiknya.
Sembuh total....?
Hidup bahagia selamanya...?
Omong kosong macam apa itu...?
Batinku, merasa kalau apa yang dikatakan Laila hanyalah angan-angan semu belaka."Ah. Kalau gitu, aku janji akan sering menjengukmu! Jadi jangan khawatir dan pesimis terus ya! Aku akan dukung Railo biar cepat sembuh!" ucap Laila dengan semangat.
Omong kosong. Itu tidak mungkin terjadi....!!
"E-eh, Railo?!" tanya Laila kaget melihat kini wajah ku yang telah basah oleh air mata yang mengalir deras.
Tapi... Aku ingin mempercayainya....
"Ugh" keluh ku lalu menghapus air mataku.
Tapi percuma...
Operasi itu nggak akan merubah apa-apa, karena akhirnya 80% tubuhku hatus ikut 'dirombak' juga.Jadi memilih operasi itu, sama aja bunuh diri...
Rasanya aku ingin mati saja...
Karena setelah kematian bunda dan kasus ayah, aku merasa hidupku hanya merepotkan oma setiap harinya.Tangisku semakin deras, bahkan hingga aku terisak. Kurasakan tepukan lembut Laila dipunggungku, mencoba memberiku kekuatan.
Kenapa?
Aku ingin menyerah....
Kenapa aku malah bertemu kamu?
Kenapa kamu bisa mengatakan kata-kata itu dengan mudah?Aku ingat jelas sensasi ini.
Perasaan ini...
Sakit...
Kesal, tapi disaat yang sama aku senang mendengarnya.«Railo, saat ini»
"Bah! Pffftt. Parah! Ahahhaha gila! Ember bocor beneran!" aku menertawai diriku sendiri,
Ternyata memang...
Dari awal aku sudah 'jatuh' pada Laila...Untukku...
Yang saat itu begitu terpuruk,
Laila bagaikan matahari...
Yang tiba-tiba muncul dan menepis kegelapan dengan sinarnya.
Bagaikan malaikat yang menarikku keluar dari neraka.
Juga bagaikan ilusi fatamorgana.
Tapi ini nyata!Ingatan ini nyata!
Perasaan ini nyata!
Walau sekarang badanku 'semi-nyata'
Aku masih bisa menggapai Laila.
Oh iya. Aku belum ingat janji itu!
Amnesia...
Melupakan ingatanku semasa hidup itu benar-benar 'kejam' untuk mereka..
Karena itu, aku nggak bisa 'pergi sekarang....
Aku harus melengkapi semua puzzle ingatanku yang hilang ini...
Baru setelah itu aku bisa mengatakan 'selamat tinggal' dengan lapang dada...
Pada mereka...
Aku berlari ke rumah Laila. Namun aneh. Saat sampai di depan pintu gerbang rumah Laila, aku tidak bisa menyentuh pintu itu. Dengan terpaksa, aku memanjat pagar tembok yang tidak terlalu tinggi itu.
"LAILA!" panggilku kepada Laila yang tengah menyiram bunga di halaman.
"Railo?!" kurasa ia kaget dengan keberadaanku. Ah tapi aku tidak peduli itu. Aku hanya ingin menyampaikan berita bahagia ini.
"AKHIRNYA AKU INGAAT!" teriakku begitu bersemangat.
"Eeh?" kulihat Laila makin bingung.
"Aku ingat Laila!" ucapku. Jujur, aku tidak bisa menahan senyum diwajahku.
Laila juga, yang tadinya menampakkan wajah bingung, kini ikut menampilkan senyum indahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Dilema [END]✔
Fiksi RemajaCerita ini saya ambil dari web toon dengan judul yang sama, serta cerita yang sama. Yang ditulis oleh KIKUATAMA. Apa yang akan kamu rasakan ketika kamu tertarik kembali ke dunia setelah kematianmu? Namun dengan sosok yang berbeda dari sebelumnya...