Sheela baring dengan posisi tengkurap, tangannya sibuk membolak balik album foto milik Railo. Hingga pada halamam terakhir, halaman dimana ia menyimpan selembar foto yang tadi dijatuhkan oleh Hansel.
Sheela meraba foto itu,
"Hana?" gumamnya seraya terus menatap foto seorang gadis yang tampak manis dan imut.
***
Railo dan Bulan menatap Laila dengan tatapan jengah. Bagaimana mau tidak jengah, sudah lebih dari satu jam yang lalu Railo duduk dan mengajar Laila, namun tidak ada sedikitpun yang Laila mengerti dari penjelasan Railo. Padahal Railo telah menjelaskannya dengan perlahan dan dengan cara yang cukup mudah untuk dimengerti. Tapi yaah, biar mau bagaimana memang dari sananya Laila tidak bisa yang namanya belajar.
"Nggak bisa?" tanya Railo kesekian kalinya.
"Ng-nggak! Kan udah ku bilang, otakku nggak se encer Railo!" mata Laila kini terlihat berkilau disebabkan oleh air yang telah menumpuk di pelupuk matanya telah siap untuk dikeluarkan.
"Tapi barusankan udah diajarin, lagian ini pelajaran SMP kelas 2" ucap Railo dengan nada yang dibuat selembut mungkin.
"Habisnya! Udah dua tahun berlalu sejak aku berhenti sekolah tau! Aku udah lupa semua pelajarannya! Lagian kenapa harus belajar sih?"
"Aku bosan"
Logika Railo (bosa=belajar)
"Soalnya belakangan ini ingatanku nggak ada yang kembali. Tentang Laila juga belum ingat" termasuk siapa Bulan dan cowok pirang 'Raihan' itu sebenarnya batin Railo seraya menundukkan kepalanya.
"Heuuu... Padahal tentang ibumu langsung ingat gitu"
"Kalau tentang ibu beda lagi dong! HAH! Aku juga nggak mau amnesia tau! Tapi mau gimana lagi, udah terjadi. Salah semua nih, betulin" Railo mengembalikan kertas jawaban Laila yang telah ia ulangi sebanyak 7 kali dengan soal yang sama, namun masih tetap salah.
Sudah dua minggu berlalu sejak aku 'terbangun' penjelasan bulan tentang hidup sebagai hantu itu semakin terasa. Rasanya sulit untuk berpikir jernih, pikiranku penuh dengan hal-hal negatif terus. Padahal baru dua minggu. Batin Railo mengacuhkan Laila yang kini telah bersandar dengan nyaman pada boneka beruang yang berukuran dua kali lipat dari besar tubuhnya. Laila tidak melanjutkan mengerjakan soal yang diberikan Railo.
"Lagian kan aku udah berhenti sekolah. Kenapa masih harus belajar juga?" tanya Laila dengan tatapan malas dan meraih tangan bear agar memeluknya.
"Biar nggak sekolah, tapi pendidikan itu penting tau!"
"Tapi pendidikan kan nggak selalu menjamin masa depan orang"
"Betul sekali. Tapi........ Berapa persen perbandingan antara orang sukses tanpa pendidikan dengan orang yang berpendidikan? Mungkin sekitar 1/1000 mengingat kepadatan penduduk makin bertambah. Kalau bodoh mau jadi apa?" Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Railo sukses membuat Laila menegakkan duduknya.
"Igghh! Kebodohan dapat ditutupi dengan kekreatifan tau!" ucap Laila dengan emosi yang kini mencapai puncak kepala.
"Tepat sekali, pada akhirnya orang pintar akan dikalahkan dengan orang yang kreatif. Atau dalam konteks ini, bukan kreatif. Lebih tepatnya 'cerdik'.
Yap! Tapi kamu harus tetap belajar!""Uweeehhh!!! Aku alergi buku pelajaran!!!"
"Aku alergi sikap malas belajar!" ucap Railo tegas.
"T-tapi Rai...." kali ini Laila memelas dengan wajah paling imut yang ia tunjukkan untuk membujuk Railo agar berhenti untuk menyuruhnya belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Dilema [END]✔
Teen FictionCerita ini saya ambil dari web toon dengan judul yang sama, serta cerita yang sama. Yang ditulis oleh KIKUATAMA. Apa yang akan kamu rasakan ketika kamu tertarik kembali ke dunia setelah kematianmu? Namun dengan sosok yang berbeda dari sebelumnya...