Obat Paling Ampuh

38 2 0
                                    

>Hansel pov<

Aku baru saja habi membersihkan diri, saat kulihat handphoneku sedang bergetar. Ah Sunny, ada apa ya? Batinku seraya menggeser layar handphone menjawab telepon dari Sunny.

"Halo?" ucapku, meyapanya duluan.

"Kamu harus kerumahku sekarang!" ucap Sunny panik.

Deg.
Jantungku serasa berhenti berdetak, penasaran dengan apa malsud Sunny.

"RAILO!" teriakan Sunny dari seberang telepon membuatku semakin penasara.

"BRAAKK!" suara di tempat Sunny sangat berisik. Jantungku semakin berdebar, penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

"Sun?" tanyaku. Namun tidak ada respon

"O-oI! Syamsie! Jangan bercanda!" oke. Aku benar-benar khawati sekarang.

Tut.... Panggilan terputus. Aku hanya menatap layar handphoneku berharap Sunny baik-baik saja.

>Author pov<

Di rumah Sunny

Railo yang melihat Sunny benar-benar menghubungi Hansel, merasa begitu panik. Dengan refleks, ia mendorong Sunny dengan sekuat tenaga hingga Sunny jatuh terjekang ke lantai. Railo segera mematikan sambungan telepon.

"Apaan sih Rai! Jangan main dorong gitu aja dong! Sakit tau! Kaget aku! Kamu bisa nggak nembus?! Padahal tadi nembus?! Heh! Benjol Dah!" teriak Sunny dengan tangan kanan memegangi kepalanya yang terbentur lantai.

"Nggak tau! Kadang nembus kadang nggak! Jangan main kasih tau aja kuning! Pokoknya jangan kasih tau ke Hansel dulu!" teriak Railo tak kalah keras dari Sunny.

"Kamu nggak mau aku kasih tau Hansel? Aku nggak bisa denger suaramu jelas tau"

"IYA!" teriak Railo agar Sunny dapat mendengarnya.

"Ampun dah! Untung kursinya nggak kenapa-napa" ucap Sunny bangun dari duduknya dan mengahampiri kursi yang tadi didudukinya.

"Kalo sampe patah, bisa mateng aku diomelin bunda! Untung orangnya juga lagi nggak ada!" gerutu Sunny seraya memeriksa kursi yang tadi dudukinya.

"OMG!" teriak Dian dan CKREK! Ia mempotret Sunny. Bagaimana Dian mau tidak kaget, dihadapannya kini Sunny menembus badan Railo. Salah satu pemandangan langkah.

"Ngapain kamu Di?" tanya Sunny yang merasa aneh dengan adik perempuannya itu.

"Eh! E-eh nggak. Aku mau coba foto kak Railo"

Ugghhh. Difoto nggak nongol batin Dian saat melihat foto yang diambilnya.

Sunny kembali meraih handphonenya dan mendial no Hansel. Pada saat deringan ketiga, teleponnya akhirnya terhubung.

"Yoo.....Halo?" sapa Sunny ke Hansel.

"HOOOII!! BARUSAN NGAPAIN!!? RAILO KENAPA?! APA-APAAN!" Sembur Hansel dengan perasaan penasaran dan khawatir meliputi hatinya.

"Hans... Dengar baik-baik. Barusan itu..." ucapan Sunny yang menggantung membuat Hansel semakin penasaran.

"Kenapa?" tanya Hansel datar.

"Prank Call hehehehehehhe" Sunny tertawa terbahak-bahak merasa berhasil mempermainkan Hansel.

"B*NGS*T!" teriak Hansel.

Tut.... Sunny memutuskan telepon secara sepihak.

"oke Rai... Sebenarnya alasan kamu gak mau ngasih tau Hans itu apa? Aku nggak akan ngasih tau. Tapi aku nggak janji" ucap Sunny beralih ke Railo yang duduk manis dihadapannya.

Hmmm. Kenapa ya? Reflek? Sampai aku bisa ngedorong Syamsie begitu Batin Railo yang hanya bengong dan tidak menjawab pertanyaan Sunny.

"sejujurnya Aku kaget kamu amnesia Rai. Padahal udah jadi hantu. Kamu nggak bisa tenang karena urusan yang belum selesai di dunia. Tapi kamu amnesia, masalahmu rumit banget ya" aku juga nggak bisa ngasih tau ke Hans lagi lanjut Sunny membatin.

"Tapi Rai, jadi hantu itu nggak selamanya buruk kan? I mean you can fly! Bisa nembus juga lagi! Transparan pula! Bentar! JANGAN-JANGAN KAMU SERING NGINTIPIN KAKAK-KAKAK YA?!! LEWD (mesum)!OH MEIN GOD!!" Teriak Sunny dengan gaya hebohnya serta tangan yang menutupi mulutnya dengan ekspresi kaget dan tatapan penuh curiga.

"WOOI! AKU NGGAK.MESUM! JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN KALIAN!" teriak Railo terbawa emosi.

"A-ATAU KAMU UDAH LEBIH DARI MANDANG?! HOW SLY (liciknya)! AKU IRI! KYAAAAHHHHHNNN!!" Sunny semakin heboh dengan berbagai pemikiran buruk berkelabat dipirannya.

"N-NGGAK! NGGAK ADA HASRAT SAMA SEKALI MALAH!!" bantah Railo.

"BAH-HAHAHHAHAHAHA! Percumangebela diri! Suaramu nggak.kedengaran tau! Suaranya kayak kresek digulung! Awakakakkakaka!" kini Sunny tampak seperti orang yang benar-benar tidak waras. Bahkan Ia sampai memegang perutnya.

"Durian biadab!"

"Maaf ya... Aku nggak bisa bantu banyak. Padahal kamu udah percaya padaku sampe nyamperin gini" ucap Sunny setelah menyelesaikan tawanya. Kini wajahnya dipenuhi dengan rasa bersalah.

"Pokoknya orang amnesia itu harus sering berinteraksi sama sekitarnya, biar ingatannya terus kepancing. Tapi jangan terlalu maksain juga Rai, nggak tau nanti hantu jadinya gimana"

"hmm" Railo hanya bergumam menanggapi ocehan Sunny.

"Yah, kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang ya Rai. Biar kamu udah mati juga, mungkin masih ada hal yang kami (manusia) masih bisa bantu"

"hmm"

"Btw Rai. Ada satu hal lagi obat yang paling ampuh bagi laki-laki"

***

Setelah Railo keluar dari rumah Sunny, perkataan Sunny terus-terusan terngiang dipikirannya. Obat yang paling ampuh itu... Cuma ada satu. Yaitu perempuan. dengan kata lain, itu cinta bukan? Tanpa Railo sadari, kini ia telah berada di depan rumah Laila.
Bertepatan dengan Laila yang juga baru mau keluar.

Laila langsung berlari dan memeluk Railo, membuat Railo merasakan perasaan aneh yang masih asing bagi dirinya. Apa ini cinta? Batin Railo.

"Aaaahhhh! Jangan main peluk aja! Kaget aku! Kalo jantungan gimana? Bisa mati tau!" -udah mati sih-ucap Railo berusaha melepaskan pelukan Laila.

"maafkan. Habisnya Railo imut banget sih" ucap Laila dengan gaya imutnya.

"i-imut apaan?"

"Beneran imut kok" ucap Laila dengan senyum indah terpambang menghiasi wajah cantiknya.

"ugh... J-jangan senyum gitu! Kamu bidadari atau malaikat sih La?"

Semenjak kejadian dihari itu, di taman tempat tuan Beo. Laila jadi sedikit lebih dekat dengan Railo.

"Eh. Ada ayah dirumah?" tanya Railo

"hmm. Ada. Lagi di ruang kerjanya tadi, mau ku kenalin?"

"Eh nggak ah!" ayahnya kan nggak bisa liat aku lanjut Railo membatin.

"Ngg.. Ayahku emang kelihatan galak, tapi sebenarnya beliau baik banget loh" ucap Laila seraya melirik ke dalam rumahnya.

Sedangkan ayah Laila yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Laila dari balik gorden, menghembuskan nafas berat.

"Semakin parah aja kamu La" gumam ayah Laila.

>>Railo pov<<
Aku tau mungkin ini salah....

Aku sudah mati. Dan dia masih hidup.

Tapi tanpa sadar, aku selalu mendapati diriku 'bersandar' kepadanya...

Maaf ya Laila....

Mungkin pada akhirnya aku akan menyakitimu...

Mungkin pada akhirnya....

Kamu akan menjadi korbanku....

Ghost Dilema [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang