Kami Hanya....

35 2 0
                                    

>>Sheela pov<<

Aku yang seharusnya minta maaf....

Ingatanku kembali saat dimana aku menangis histeris di hadapan Hansel saat mendengar berita kematian Railo.

Kalau hari itu kamu nggak berlagak membuat kejutan segala...
Railo pasti akan baik-baik saja...
Kenapa.....
Kau harus melakukan itu padanya....
Kau.....
Membunuhnya....

Yaah. Itulah ucapan-ucapan kejam yang kulontarkan kepada Hansel dan menghakiminya tanpa tau seperti apa perasaannya.

Karena aku juga menyalahkanmu tanpa pikir panjang...

"Maaf ya..." akhirnya kata-kata itu keluar juga dari bibirku. Aku.mengeratkan pelukanku ke tubuh Hansel walaupun ia tidak membalasnya. Aku hanya ingin memberinya ketenangan. Ah, atau mungkin sebaliknya, akulah yang sedang mencari ketenangan dari tubuh tegap ini.

Kata-kataku telah menyakitimu...

"Kematian Railo bukanlah salahmu" kurasakan tubuhnya menegang dalam pelukanku. Aku tau, dia hanya butuh pengakuan kalau dirinya bukanlah penyebab kematian Railo. Namun tidak ada yang melakukan hal itu kepadanya. Bahkan semua teman-teman di sekolah menyalahkan dirinya.

Kurasakan ia membalas pelukanku, dan mendekapku lebih erat.

Badannya gemetar begini aku mengelus punggungnya dengan lembut.

"Hans?"

"Kamu nangis?" pertanyaan yang aku sendiri sudah tau jawabannya. Hansel menyembunyikan kepalanya di antara lekukan leher dan bahuku. Kurasakan baju dibagian bahuku mulai basah, kuyakin Hansel sekarang menangis di bahuku.

Menangislah. Jika kau bisa menjadi lebih kuat dengan itu aku tidak berani mengucapkan kata-kata itu dengan keras. Yang kulakukan saat ini hanyalah memberikan bahuku sebagai sandaran untuknya.

"Nggak" ucap Hansel dengan suara sungau.

Beneran nagis

Hansel melepas pelukanku lalu berlari ke arah pintu.

"Hans!" panggilku.

"Toilet" ucapnya tanpa berbalik ke arahku.

Barusan kenapa? Badannya gemetar semua gitu.
Dia trauma?

Aku terus menatap punggung itu hingga menghilang di tikungan dan masuk kedalam toilet.

>>Author pov<<

Hansel masuk ke kamar mandi dan membasuh wajahnya di wastafel. Ia melepaskan kontak lensa yang dikenakannya. Matanya serasa terbakar akibat menangis dengan kontak lensa yang masih terpasang.

Sedangkan Sheela menemukan foto yang tadi dijatuhkan oleh Hansel dan menatapnya. Kini ia tau, siapa Hana dan siapa anak laki bule yang menurutnya tidak asing itu.

Sedangkan Hansel, setelah membasuh wajahnya, langsung berjalan ke arah pintu berniat untuk pulang sendiri. Ia kini merasa begitu malu bertemu dengan Sheela. Namun harapannya harus ia telan mentah-mentah, entah dari mana, Sheela kini telah berdiri di belakangnya.

"Reihan!" panggil Sheela seraya mempercepat langkahnya menyusul Hansel.

Hansel berbalik seraya menunduk dan memundurkan kakinya berusaha untuk menjaga jarak dari Sheela. Poninya ia turunkan hingga menutupi matanya agar Sheela tidak tau bagaimana warna matanya yang asli.

"Kamu kenapa? Nggak apa-apa?" tanya Sheela berusaha mendekati Hansel.

Hansel hanya menggelengkan kepalanya seraya tetap berjalan mundur. Hingga akhirnya Sheela menghentikan langkahnya, barulah Hansel menghentikan langkahnya juga.

Ghost Dilema [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang