Broken Angel

46 2 0
                                    

Setelah Laila menciumku, jantungku shock. Lalu, aku mati? Batin Railo.

"Pftt! Bah! Hahahhaha! Hehehehehehehe" Railo tidak bisa menahan rasa geli di perutnya saat mengetahui bahwa dia, mati karena sebuah ciuman.

"Railo?" panggil Laila yang merasa ngeri melihat Railo yang tiba-tiba tertawa sendiri.

"HEHEHHHE! HAHAHHAHAHAHA!" tawa Ralo semakin menjadi. Beneran dah kamu La! Udah jadi malaikatku beneran! Malaikat pencabut nyawa! Sial! Mungkin sekitar 80% premis ini benar, karena dengan keadaan jantungku ini ditambah kondisi yang lagi buruk ini, sensitifitasnya lebih besar? Shock ya!? Tentu saja! Aku bahkan belum pernah gandengan dengan cewek. Lah! Ini anak tiba-tiba nyosor aja! Gimana aku nggak jantungan coba?! GILAAAKK! Konyol! Konyol banget!! Seorang Railo Solita Alviano mati konyol gara-gara cewek yang menciumnya karena gemas sehingga keterusan!!Yang bener aja nj*r! Bego!! Hidup diberikan oleh Tuhan, dan susah payah aku pertahankan selama 15 tahun. Lenyap begitu saja gara-gara ulah seorang cewek yang baru dua kali aku temui di RS!! Goblok!!! Batin Railo, dengan tawa yang tidak bisa ia tahan.

"BAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!! I'AM DEAD! HAHAHAHAHAHAHAHA!!" Ralo bahkan memukuli temkursi yang ia duduki saking gemasnya dengan Laila.

"Koslet... Railo. Kamu error" ucap Laila seraya memeluk dirinya sendiri dan menggeser tubuhnya hingga berada di ujung bangku taman yang ia duduki.

"Ya" ucap Railo. Kini tawanya telah terhenti, dan Railo memajukan dirinya dan memeluk Laila.

"Railo?!" Laila kaget sekaligus merasa aneh dengan kelakuan Railo.

Kata bunda, nggak boleh mukulin cewek. Jadi kalo kesel atau marah, mending peluk aja. Batin Railo seraya mengeratkan pelukannya kepada Laila.

"Geregetan banget aku sama kamu La. Rasanya mau kuajak gulat! Gara-gara kamu, aku nggak bisa main pxp lagi! Dasar makhluk menggemaskan!" gerutu Railo, yang sukses membuat Laila makin bingung.

"Hah??" Laila hanya melongo menatap Railo yang kini telah melepaskan pelukannya, dan kini memegangi pundak Laila dan menatap Laila dengan tatapan aneh yang sulit diartikan.

Fix, error ni anak batin Laila.

Setelah Railo dapat menguasai dirinya, Railo kembali menjauhkan tubuhnya dari Laila.

"Laila. Aku ingat tentang janji kita di RS dulu, kamu akan menceritakan 'itu' padaku kan? Laila bakal nepatin janji kan?"

Deg.
Dia ingat... Batin Laila kini merasa cemas dan takut. Laila belum siap menceritakan 'itu' kepada Railo.

"Maksud Laila sering nggak sadar itu apa?" tanya Railo mencoba memancing Laila agar mau menceritakan tentang 'itu' kepadanya.

Namun, respon yang diberikan oleh Laila membuat Railo kaget. Laila tiba-tiba berdiri dan berlari meninggalkan Railo.

"LAILA! LAILA! HEI! BENTAR! TUNGGU!" teriak Railo, dan akhirnya ia berhasil menangkap tangan Laila yang memang larinya tidak terlalu kencang. Dan Railo tadi tidak berlari saat mengejar Laila, melainkan ia terbang karena tubuhnya yang begitu ringan.

"Laila. Apa semengerikan itu untuk menceritakannya?" tanya Railo saat kakinya telah kembali menyentuh tanah, Laila dalam posisi memunggunginya, jadi tidak mengetahui hal itu.

"Nggak. Aku kan udah janji sama Railo, tapi... Aku takut, karena 'penyakit' ini aku kehilangan semuanya. Teman-teman, sekolah, mama, bahkan masa depanku. Karena 'penyakit' ini, aku bertengkar dan mematahkan tulang 3 orang teman sekelas ku dan dikeluarkan dari sekolah dua tahun lalu. Karena 'penyakit' ini, mama begitu membenciku dan akhirnya meninggalkanku bersama papa. Karena itu, aku takut" suara Laila bergetar saat mengatakan itu, Railo menatap punggung rapuh itu dengan tatapan sendu. Ternyata dibalik senyum ceria yang selalu terlukiskan di wajah cantik bak bidadari itu terdapat luka yang begitu menyakitkan.

Laila, sebenarnya 'penyakit' apa yang kamu maksud? Batin Railo.

"Kalem! Jangan nangis! Curang!" ucap Railo yang kini mensejajarkan dirinya dengan Laila, dan menepuk pelan ubun-ubun Laila.

"Eh? Siapa yang nangis? Kamu tuh! Dulu!" ucap Laila mengelak.

"Sini duduk. Tenangin dirimu dulu, batu setelah itu ceritakan padaku" Railo telah lebih dulu duduk kembali di bangku taman yang tadi mereka duduki. Railo menepuk tempat kosong di sampingnya menyuruh Laila agar duduk disana.

"Aku nggak cengeng kayak Railo" gumam Laila dengan bibir manyun yang membuatnya tampak sangat imut.

"Berisik! Sini duduk!"

"Hei Railo?" panggil Laila yang kini telah duduk disamping Railo.

"Hm?"

"K-kalau kuceritakan, Railo janji ya. Nggak akan jijik padaku?"

"Kenapa aku harus jijik padamu? Waktu aku cerita ke Laila tentang diriku, apa Laila jijik atau geli padaku?"

Laila hanya menggelengkan kepalanya.

"Ya kan? Kalo gitu nggak ada alasan
Untukku buat jijik ke Laila kan? Kalau Laila merasa geli ke diri sendiri yah, akh juga sempat begitu, tapi ya mau nggak mau gimana lagi? Kalo nggak ikhlas gimana mau 'hidup'? Karena waktu aku cerita ke Laila, Laila nggak geli dan  bahkan menyemangatiku. Akan kulakukan hal yang serupa"

"Hmm. Railo. Sakitku ini, bukan berasal dari fisikku. Tapi dari mentalku, mereka menyebutnya 'skizofrenia'" ucap Laila seraya menundukkan kepalanya.

Ghost Dilema [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang