Hantu

46 2 0
                                    

"Laila..... Adalah h-h-HANTU?! Laila Hantu?!" teriak Railo histeris ketika kesadarannya benar-benar telah terkumpul.

"Hem... Hantu ya? Hantu apaan coba? Bisa ngobrol, pentas nari, kelihatan, nyentuh segala macam, dan nggak bisa ngeliat hantu lain?" tanya Bulan, dibandingkan pertanyaan, lebih tepatnya itu adalah pernyataan yang menyadarkan Railo.

"Eehgg? Oh iya. Imposible" ucap Railo kini kembali ke ekspresi normalnya.

"Rai. Apa gara-gara udah mati, kamu jadi lemot? Ampun dah! BTW Rai.. Kan belakangan ini banyak ingatanmu yang kembali, banyaknya ingatan gaje sih ya. Tapi apa belum ada ingatan yang berkaitan dengan 'urusanmu' itu?"

"Hah... Nggak ada. Entah kenapa, susah banget untuk mengingatnya" ucap Railo seraya tertunduk.

Mungkin memang tubuhmu menolak untuk mengingat ingatan kelammu itu Rai. Mungki memang lebih baik kamu nggak mengingatnya batin Bulan. Sebenarnya ia sangat ingin mengatakan itu kepada Railo.

"Tadi, aku sempat mengingat tentang cowok pirang itu sedikit. Setelah mengingatnya, aku yakin kalau aku memang mengenalnya. Tapi rasanya dia masih begitu asing untukku. Merasa kenal, tapi merasa asing di saat yang sama" ucap Railo yang masih bingung dengan dirinya sendiri.

"Denger Rai.. Begini spekulasku.... Semakin kamu ingin melupakan suatu ingatanmu semasa hidup dulu, makin akan sulit untukmu mengingatnya kembali saat ini. Dan sekarang kamu bilang, kamu sulit sekali mengingatnya kembali" ucap Bulan, dan Railo mendengarkannya dengan serius.

"Berarti.... Hampir semua ingatanku semasa hidup dulu ingin kulupakan?"

"Setelah beberapa ingatanmu kembali, apa yang kamu rasakan?"

"Apa yang aku rasakan? Nggak banyak berubah. Aku masih merasa.... Hampa" ucap Railo kembali membaringkan tubuhnya di atas bunga teratai raksasa yang mengapung-apung.

"Hampa. Beginilah rasanya menjadi hantu. Masih bisa merasakan perasaan, tapi hatimu kosong. Seakan-akan ada bagian dirimu yang hilang. Bukan hanya satu, tapi lima. Penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Rasanya semua tumpul. Hampa. Semua terlihat biasa saja tanpa ada gairah kehidupan" ucap Bulan yang membiarkan setengah tubuhnya di dalam air, dan bertumpu pada bunga teratai yang sama dengan yang dibaringi Railo

"Hey Bulan... Kamu tau? Selain penyakit dan namaku, ada satu hal lagi yang aku ingat.  Yah... Walaupun ini juga bawaan dari tubuhkh sih. Aku bisa melihat warna dari suara orang.! Mungkin karena sekarang aku sudah mati, jadi warna yang aku lihat jadi lebih pudar. Tapi warna Bulan cukup indah loh"

Nggak seneng sama sekali... Nggak seneng.... Batin Bulan seraya memalingkan wajahnya dari Railo untuk menyembunyikan wajahnya yang saat ini bersemu merah.

"Kalau cowok pirang itu... Biru sapphire. Entah kenapa, kalau aku melihatnya rasanya merinding dan kesal? Kalau Laila, warnanya begitu indah. Seperti kelabu senja hari" ucap Railo seraya mengangkat rambut yang menutup jidatnya dan menampakkan bekas luka yang cukup besar di kepalannya.

"Oh iya Bulan?"

"Hm?"

"Sebenarnya dari kemarin aku pengen nanya ini. Rambut dan bajumu kenapa bisa ngambang gitu? Kalau aku juga gitu, mungkin jadinya aneh banget yah"

"Itu karena aku mati tenggelam"

Perkataan Bulan sukses mengagetkan Railo hingga ia kembali mendudukkan tubuhnya dan menatap serius kearah Bulan.

"Tenggelam" ucap Railo kearah Bulan.

"Hmm" Bulan  berharap kalau Railo dapat mengingat siapa dirinya.

"kamu nggak takut air?" tanya Railo. Karena saat ini Bulan berada di dalam air. Hanya kepala hingga dadanya saja yang berada di udara. Selebihnya, di dalam air.

Bulan yang gemas dengan kelakuan Railo, menaikkan tubuhnya ke atas bunga teratai yang diduduki oleh Railo dan mendekatkan dirinya ke Railo. Bulan mencubit pipi Railo saking gemasnya.

"Kan udah kubilang! Kamu harus menerima kematianmu untuk tetap 'netral' di dunia ini!!"

"Biar kuperjelas lagi. Kalau kamu menolak kematianmu, emosi negatif akan memenuhi kekosongan yang ada di hatimu. Saat kekosongan itu terisi penuh, kamu akan menjadi hantu gentayangan. Keberadaan penuh penyesalan semasa hidup, dan sekali kamu menjadi gentayangan, akan sangat sulit untuk mencapai kesadaran kembali. Tanpa tekad dan perasaan yang kuat, dan kamu telah melalui semua itu selama ini. Hah! Ampun dah Rai! Bahkan namaku dan siapa aku kamu belum ingat. KZL lama-lama" ucap Bulan yang saat ini telah duduk dipinggiran bunga teratai seraya memegangi kepalanya.

Bahu Railo gemetar, serta kikikan kecil yang keluar dari bibir Railo membuat Bulan memandangnya dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Mmhh.. Bulan! Kamu kuat ya!" ucap Railo tidak jelas.

Mph! Railo bodoh! Kamu pikir sudah berapa lama aku menunggumu dan Hansel? Batin Bulan.

"perempuan itu kuat bahkan setelah mereka mati tau!" namun hanya itu yang dapat ia katakan ke Railo. Sekarang belum waktunya, biarkan Railo sendiri yang mencari tau siapa dirinya dan Hansel.

______________________________________

EKSTRA EPISODE

1. Ngapung

"Hooo.... Jadi karena mati tenggelam, bajunya jadi ngapung ya?" tanya Railo seraya menatap Bulan dengan intens.

"Ish! Iya! Ngapung semua! Atas sampe bawah! Mukanya nggak usah gitu dong!"

"Makanya kamu milih pake baju itu biar kamu kelihatan kayak anak gede? Soalnya kan ngapung semua? Berarti bajumu yang disini ngapung juga yah? Patesan!" ucap Railo seraya meletakkan kedua tangannya ke depan dadanya.

Yah, Bulan memang mengenakan gaun putih yang nampak membuatnya terlihat lebih dewasa dari ukuran tubuhnya.

PLAK!!

Bulan menampar Railo. Lalu berpindah ke bunga teratai yang lain.

"Railo jahat! Biar gini juga, aku seumuran sama kamu tau! Aku juga mau kelihatan dewasa tau!" ucap Bulan seraya membelakangi Railo yang masih mengelus pipinya yang kini memerah karena tamparan yang baru saja dilayangkan Bulan.

2. Keberadaan Bulan

Kalo liat Bulan, kadang sebel banget. Udah kayak lalat,  muter-muter terus. Kadang hinggap, kadang bikin iri. Aku juga mau nyoba terbang. Tapi pasti kelihatan Laila batin Railo yang saat ini tengah berjalan-jalan berdua dengan Laila dengan Bulan yang sedari tadi muter-muter di atas kepala Railo.

"Rai! Main kesana kuy!" teriak Laila

Aku kewalahan sama tingkah Laila. Tapi kalau nggak ada.... HEUH GUSTIIIII Railo hanya bisa mengeluh di dalam hati.

3. Rahasia Hansel...?

Saat ini hansel sedang melakukan wawancara di salah satu stasiun tv Nasional.

"Yap. Jadi Hans, fans kamu ingin tau, kenapa kamu bisa setinggi itu, padahal baru masuk SMA? Terus apa rahasianya mempunyai wajah dan kulit mulus itu, padahal kamu cowok?" tanya seorang reporter kepada Hansel.

"Gimana tinggi? Yah olahraga lah. Isn't that obvious?(jago voli). Kulit mulus? Yah rajin mandi sama makan makanan sehat. Aku sih tuntutan pekerjaan (model majalah). Emang cowok nggak boleh punya kulit mulus? Lagian, kalau kulitku rusak dikit juga, bisa digampar mamah (anak seorang designer)" ucap Hansel dengan tatapan malas.

"O-oke.. Terus, ponimu kenapa panjang gitu? Gak gerah? Kan mukamu kelihatan nggak jelas jadinya" ucap reporter itu lagi, masih belum menyerah dan tidak memperdulikan wajah malas yang telah sedari tadi ditampakkan oleh Hansel.

"Oh. Kalau itu karena ini" ucap Hansel seraya menaikkan poninya dengan tangan kanan.

Maha Karya Seni!!! Batin reporter wanita itu hingga ia mimisan.

Demi keamanan, mari biarkan poni Hansel tetap panjang😂😅

Ghost Dilema [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang