Rumah Kedua

30 3 0
                                    

Sekali lagi...

Waktu mengalir begitu cepat...

3 bulan aku telah mati.....

Dan masih berkelana di dunia mencari sesuatu.....

Untuk bisa ke dunia sana dan meninggalkan dunia ini....

Itu tujuanku dari mulai awal terbangun hingga kini....

Tapi.....

Sekarang aku malah terjebak diantata lautan manusia batinku. Ya, saat ini aku berada di depan panggung sanggar budaya nusantara. Dan di depan sana, Laila sedang menggerakkan tubuhnya dengan gemulai mengikuti musik yang mengalun lembut.

Baru kali ini, aku melihat gadis yang begitu berkilau cahaya berkilauan mecuat dari tubuh Laila, dan sukses menarik perhatianku.

Setelah Laila menyelesaikan penampilannya, hari masih sore saat kita keluar dari gedung.

Semenjak kejadian di cafe Syamsie itu, aku sama sekali tidak pernah melihat Bulan. Aku berjalan-jalan mengitari kota bersama Laila, berharap bisa menemukan ingatanku sambil mencari Bulan. Tapi aku nggak menemukannya dimana-mana. Dan kalaupun aku menemukannya sekarang...

BLUGH!
Laila yang tiba-tiba memelukku dari belakang membuat pikiranku buyar.

"R.A.I.L.O!" panggil Laila dengan mengeja namaku.

Mungkin Bulan bakal ngamuk pikiranku kini kembali kepada Bulan.

"Gemash.... Gemashh...." pelukan Laila dileherku semakin mengencang membuatku merasa tercekik.

Anak ini nempel-nempeli aku terus! Rasanya malah aku yang dihantui dia!

"Raaaiiii..... Ayah bilang hari ini ada urusan diluar. Jadi hari ini aku sendirian dirumah. Mau main?" tanya Laila saat kami telah sampai di depan rumahnya.

Dengan susah payah, aku menelan air liurku. Anak ini terlalu polos...

"cewek nggak boleh ngundang cowok kerumahnya gitu aja! Apa lagi kalau sendirian!" ucapku

"Eeehhh?! Kenap-" Laila belum sempat menyelesaikan kalimatnya, yang aku yakini hanyalah pengelakan. Aku memukul kepalanya dengan pelan.

"GABOLEH! Kalau kita berdua, ketiganya setan entar!" –hantu itu setan bukan sih?–😂

"E-emangnya Railo itu cowok ya?" tanya Laila dengan wajah polosnya yang membuatnya tampak sangat imut.

"HOI! AKU COWOK TULEN! NIH!" akh menarik tangan Laila lalu membawanya ke dadaku.

"Gyaaa! Beneran rata!" ucal Laila tampak kaget.

"Ya iya lah! Rata!"

"R-railo. Kamu harus banyak minum fitamin!"

"Aku cowok oi! Masih nggak percaya?!"

"T-tapi jadi main ya? Sepi di rumah"

"Nggak mau! Pokoknya nggak mau! Aku mau pulang!"

"J-jahat! Aku kesepian tau!" ucap Laila. Kini matanya hijaunya tampak bening dengan tumpukan air mata yang tertampung di pelupuk matanya.

"Bodo! Nonton tv aja sana!" ucapku dengan susah payah berusaha mengabaikan tangisan Laila.

"Railooooooooo" panggilnya. Tapi aku berusaha sekuat tenaga agat tidak berbalik. Laila kelewat polos, dia bahkan nggak nanyain aku pulang kemana, tapi bagus sih. Jadinya aku nggak harus bohong terus. Kalo bareng dia dosaku makin banyak gara-gara bohong terus

Ghost Dilema [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang