"Hei. Bisa ikut aku sebentar?" ucap Hansel.
"Ikut kemana?" tanya Laila.
Mencurigakan batin Laila.
"Ke cafe depan" ucap Hansel seraya menunjuk ke arah belakangnya menggunakan jari jempolnya.
"Ngg... Tapi.... Itu kan belakangmu" ucap Laila semakin curiga dengan tingkah laku Hansel yang semakin aneh.
"Yah.. Kan itu depanmu. Ah! Terserahlah. Hahaha" ucap Hansel salah tingkah.
"Jangan khawatir, aku yang traktir, makanlah sepuasmu oke?" ucap Hansel mencoba merayu Laila agar mau mengikutinya.
MODUS!! Batin Railo semakin geram, ia ikut menguping pembicaraan Laila dan Hansel.
"Rai...! Mukamu serem oii!" ucap Bulan yang melihat wajah seram Railo ketika marah.
Laila tergoda saat mendengar kata sepuasnya, ia bahkan mengulang-ulang kata itu di dalam pikirannya.
"Aku ikut kakak!" ucap Laila dengan nada manja seraya memegang tangan Hansel, dan menampakkan wajah imutnya. Karena tidak mendapat respon dari Hansel, laila langsung menarik tangan Hansel.
"Let's goo!!" teriak Laila sambil berlari dengan menarik tangan Hansel.
Much wasted gumam Railo.
"Oalah Rai! Kamu ditinggal" ucap Bulan yang hanya semakin memperburuk mood Railo.
Laila memesan banyak sekali makan bahkan sampai memenuhi meja panjang yang berada di hadapannya.
"Wow! Makanmu cukup banyak untuk ukuran seorang gadis ya?!" ucap Hansel dengan tatapan melotot ke arah semua makanan yang telah tersaji di hadapannya.
"Mfhm fhahis fhafeleh fifihafihafin! (makanan gratis nggak boleh di siasiain!)" ucap Laila dengan mulut penuh.
"Makasih ya, aku belum makan dari siang" ucap Laila setelah menelan makanan yang berada di mulutnya.
"Hum.. Makanlah sepuasmu" ucap Hansel dengan senyum yang dipaksakan.
Bye bye gaji hari ini batin Hansel mengingat bahwa dirinyalah yang harus membayar semua makanan itu.
Hansel menormalkan ekspresinya dan menatap wajah Laila dengan serius.
"Tapi sebagai gantinya, ceritakan semua yang kamu ketahui tentang Railo" ucap Hansel seraya menatap lurus ke mata hijau milik Laila.
Deg...
Hmm. Ceritakan? Kenapa? Batin Laila. Ia sempat kaget karena mendapat tatapan seperti itu dari Hansel. Awalnya ia mengira bahwa Hansel akan batal mentraktirnya, dan menyuruhnya membayar makanannya sendiri. Kan bisa gawat jika itu sampai terjadi, soalnya ia kan tidak punya uang."kenapa?" tanya Hansel yang melihat Laila hanya menunduk dan melamun.
"E-eh. Kenapa?" ucap Laila mengembalikan pertanyaan Hansel.
"Kenapa apanya?" tanya Hansel yang juga mengembalikan pertanyaan Laila.
"Maksudku, kenapa aku harus menceritakan apa yang ku ketahui tentang Railo?"
"he! K-karena..... kayaknya kamu tau keadaan Railo lebih banyak dariku" ucap Hansel.
"Hmm. Kalau gitu, kenapa nggak tanya langsung sama orangnya aja?" tanya Laila dengan wajah polosnya seraya menggigit garpu.
"Hah... Hal itu.." Hansel mengembuskan nafas berat dan menautkan kedua tangannya dan menumpukan wajahnya ke atas tangannya yang tertaut.
"Kalau bisa... Juga bakal aku lakukan dari dulu" ucap Hansel dengan tatapan sendunya, namun Laila tak dapat melihat tatapan itu karena Hansel menyembunyikannya di balik tautan tangannya.
"Dengar... Railo itu sudah menjadi temanku sejak kecil. Kami berdua sudah saling mengenal sejak umur 7 tahun. Mungkin bisa dibilang dia itu sahabatku. Tapi apa benar? Tapi itu... Mungkin hanyalah pikiranku saja. Karena,, bahkan sampai saat ini. Setelah 'kepergiannya' aku masih belum tau apa-apa" ucap Hansel tepatnya kepada dirinya sendiri.
Kepergian? Dia tau kalau Railo kabur dari rumah? Tapi... Kenapa dia begitu sedih? Batin Laila seraya menatap Hansel dengan tatapan sendunya.
"Dari dulu, dia selalu mengelak dan mengalihkan pembicaraan setiap kali kutanya" ucap Hansel dengan tatapan menerawang.
"Tapi kamu... Yang baru ketemu sekali atau duakali dengannya tau dengan penyakitnya itu.. Kau pikir itu adil?" ucap Hansel dengan nada dingin dan tatapan penuh luka yang ia tampakkan ke hadapan Laila.
Aku...
Telah berjanji kepada ibunya Railo yang sekarat dulu. 6 tahun yang lalu. Sambil menangis, dia menitipkan Railo padaku. Aku berjanji padanya akan menjaga Railo layaknya keluarga sendiri. Tapi nyatanya setelah ibunya meninggal, Railo nggak percaya padaku dan makin menutup diri dari semua orang. Sampai akhir hayatnya, aku hanya sekedar 'sadar' tanpa 'paham' batin Hansel.Hansel mengangkat kepala menatap mata Laila lurus-lurus.
"Aku yang sudah mengenalnya selama 8 tahun bahkan belum tau apa-apa!!" ucap Hansel dengan kemarahan yang tercetak jelas di wajah tampannya, bahkan tangannya yang ia kepalkan tampak berwarna merah.
"Kau pikir itu adil?" ucap Hansel dengan nada suara yang melembut. Kini hanya kesedihanlah yang tercetak di wajah tampan itu. Hansel kembali menenggelamkan wajahnya di dalam kedua tangannya.
BUK! Hansel memukul meja dengan keras. Dan hal itu sukses membuatLaila yang sedari tadi hanya mendengarkan terlonjak kaget.
"Kumohon! Bantulah aku!" ucap Hansel seraya berdiri dan membungkukkan badannya 90 derajat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Dilema [END]✔
Ficção AdolescenteCerita ini saya ambil dari web toon dengan judul yang sama, serta cerita yang sama. Yang ditulis oleh KIKUATAMA. Apa yang akan kamu rasakan ketika kamu tertarik kembali ke dunia setelah kematianmu? Namun dengan sosok yang berbeda dari sebelumnya...