Komunikasi

33 3 0
                                    

Saat di sekolah, Hansel mengajak Sheela untuk menemui direktur sekolah yang baru Hansel sadari bahwa direkturnya adalah nenek Railo.

«Ruang Direktur»

"Makam Railo? Kenapa kamu ingin tau tentang itu?" tanya Ibu Tiana dengan nada datar penuh wibawa.

"Railo meninggal kira-kira sebulan yang lalu. Beritanya tidak resmi diumumkan oleh guru-guru, hanya desasdesus dari mulut ke mulut yang menyebar. Tidak ada yang diberitahu secara resmi tentang kematiannya dan makamnya" ucap Hansel.

"Reanna, lalu kamu datang kemari dan berpikir kalau aku akan benar-benar memberitahumu? Hanya karena kamu mengenal Railo lebih lama dari temanmu yang lain?" tanya Ibu Tiana seraya menyesap tehnya dengan anggun.

Dia ingat padaku batin Hansel. Lalu melanjutkan "Tapi ma'am, saya kenal Railo sudah bertahun-tahun..."

"Sama lamanya seperti kau mengenalku" potong Tiana.

"Justru karena kalian telah saling mengenal dari kecil, harusnya kau paham bagaimana sikap cucuku itu bukan? Kalau kau tengok hal ini baik-baik, terlihat sangat sepertinya bukan? Sampai akhir dia adalah anak yang tertutup, bahkan pada keluarganya. Kamu yang paling mengerti itu bukan? Anak itu sendiri yang meminta agat 'beritanya' tidak disebarluaskan. Kau paham? Untuk makamnya, aku tidak bisa membantumu. Risa tidak memberitahukannya padaku"

Ucapan terkhir yang keluar dari mulut Tiana sukses membuat Hansel dan Sheela tertegun kaget.

"Daripada mengurusi orang yang telah tiada, lebih baik kalian fokus pada diri kalian sendiri. Aku yakin, Railo juga menginginkan hal itu. Melihat kalian berdua dekat dengannya, dan aku berterimakasih akan empati kalian. Tapi..... Kumohon, lepaskanlah dia, biarkan cucuku beristirahat dengan tenang" ucap Tiana dengan kesedihan yang tergambar jelas diwajahnya yang sudah dipenuhi keriput. Wajah yang biasanya datar dan dingin, untuk sesaat menampakkan kesedihan.

Setelah keluar dari ruang direktur, tidak ada percakapan antara Sheela dan Hansel, masing-masing masih sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Reihan?" panggil Sheela memecahkan keheningan. Hansel hanya menatapnya sekilas tanpa menjawab perkataan Sheela ataupun mengireksi panggilan Sheela yang memanggilnya dengan sebutan 'Reihan'.

"apa sebaiknya kita berhenti disini saja? Kasihan Railo" lanjut Sheela dengan kepala tertunduk.

"Terserah kamu! Aku nggak akan berhenti. Paling nggak sampai aku tau dimana makamnya" ucap Hansel dingin. Lalu berjalan mendahului Sheela.

Cuma itu yang bisa kulakukan batin Hansel.

***
«Kemarin malam setelah Hansel pulang dari cafe»

"Bang Kong! Aku cabut duluan ya! Nggak bisa kemaleman, emak nyusul babeh soalnya! Adekku kalau ditinggal lebih lama bisa main game sampe pagi!" teriak Sunny berusaha menyaingi musik yang sedang mengalun lembut yang dimainkan oleh bang Kong dkk.

"Ok. TTDJ (hati-hati di jalan)" ucap Bang Kong seraya mengangkat tangannya dan membuat simbol ok dengan jari tangan kanannya.

"Dududududududu baby shark... Dudududu" Sunny melangkah dengan santai seraya menyanyikan lagu baby shark. Tanpa disadarinya, Railo mengikutinya dari belakang.

Ting... Tong.... Ting.... Tong.....
Sunny memencet bel rumahnya, namun tidak ada pergerakan dari dalam. Sunny menarik nafas dalam-dalam dan berteriak memanggil kedua adik kembarnya.

"Andiaaaa! Dianaaa! Kakak pulaaaaaang! Bukain pintu dong!"

Sedangkan didalam rumah, Dian sedang menangis meraung-raung. Akhirnya, Andi lah yang membukakan pintu untuk kakaknya.

Ghost Dilema [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang