Teman

60 6 0
                                    


Setelah acara sanggar budaya selesai, semua penari bergegas membersihkan make up dan mengganti pakaiannya.

"Terimakasih kerja kerasnya teman-teman, selamat beristirahat. Jangan lupa jaga kesehatan!" ucap kang Asep ke semua penari yang telah bersiap untuk pulang.

"Makasih juga ya kang" ucap Laila

"Yoi, masama neng. Tas merah yang dipinjem udah dibalikin kan?"

"Mm! Laila pulang yaa" ucap Laila melambaikan tangannya ke kang Asep dan juga penari lainnya.

"Sip! Hati-hati ya, jangan main keluyuran ya!" ucap kang Asep, Laila tidak lagi menggubrisnya dan melangkah dengan bersenandung kecil.

Saat keluar dari gedung, langkah Laila terhenti di hadapan seorang pria bermata coklat.

"Selamat sore. Atau, selamat malam?"
Ucap pria bermata coklat itu kepada Laila.

"Kamu.... Ah! Ka- kamu..! Teman Railo? Yang waktu itu!" tanya Laila.

Laila mengingat kejadian saat di Rumah sakit, saat dirinya sedang menemani Railo lalu tiba-tiba saja pria bermata coklat itu masuk dan memberikan tatapan kaget ke Laila.
Kamu... Kerabat nggak mungkin, teman juga nggak diperbolehkan jenguk, jadi kamu siapa? Tanya pria bermata coklat itu dengan tatapan anehnya ke Laila. Reihan tegur Railo memperingatkan.

"Reihan?" tanya Laila memastikan bahwa pria yang ada di hadapannya saat ini adalah Reihan, temannya Railo.

"Ah! Reihan yaa. Waktu itu Railo manggil begitu!" ucap Laila kemudian saat merasa yakin bahwa pria bermata coklat yang saat ini berdiri di hadapannya itu adalah Reihan.

"Hansel. Hahahha masih inget ya? Senengnya diinget cewek cantik, kita baru ketemu dua kali sih ya?" ucap Hansel seraya menaikkan dua jari tangan kirinya, dan satu jari tangan kanannya yang menunjuk ke dirinya serta menampilkan senyum indahnya.

"Ternyata kamu lebih tinggi dari dugaan ku! Semampai!" ucap Laila yang tidak bisa menyembunyikan kekagumannya kepada Hansel.

"Yah.. Sejak terakhir kita bertemu, 4 bulan yang lalu. Tinggiku memang bertabah sekitar 4 cm sih. Mungkin kalau Railo melihatku, dia bakalan marah-marah nggak jelas hehehe" ucap Hansel dengan tawa garing yang keluat dari bibirnya.

Sedangkan Railo yang sedari tadi mengintip percakapan Laila dengan Hansel, hanya menggeram marah.

"REIHAN?!" ucap Railo menyebutkan nama Hansel dengan penuh penekanan. Bulan yang mendengarnya langsung menoleh ke arah Railo.

"Railo. Kamu ingat cowok itu?" tanya Bulan.

"Nggak! Tapi entah kenapa rasanya ingin sekali memukulnya berkali-kali" ucap Railo dengan tatapan sinis yang ia layangkan ke punggung Hansel.

Ngeselin banget liatnya! Kaki panjang, pundak tegap, dada bidang, putih mulus, hidung mancung, bibir tipis, apalagi matanya itu! EYESORE! My NEMESIS! TIANG! gumam Railo dengan tinju yang tak henti-hentinya ia layangkan ke pinggiran poster besar yang melindungi dirinya dari pandangan Laila.

Rai... Sebenarnya kamu nganggep dia apa sih? Yang diinget apaan coba? Kasian banget dah tu anak batin Bulan seraya menatap Hansel dengan tatapan sedih, karena ia melihat Railo yang begitu membencinya.

Tapi apa-apaan warna itu? Begitu... Menyedihkan batin Railo yang melihat mata indah milik Hansel yang diliputi kesedihan.

"Ng.. Hei! Kamu tau nama Railo. Berarti kamu pernah bertemu lagi dengannya ya? Soalnya waktu itu, saat ku tanya kamu malah kabur. Railo juga bilang kalau kalian belum sempat kenalan sama sekali" ucap Hansel kepada Laila.

"Mm! Aku sempat ketemu Railo lagi, sebelum operasinya" ucap Laila dengan mata berbinar serta senyum cerah yang menghiasi wajah cantiknya.

Deg...
Operasi? Batin Hansel yang merasa jantungnya seakan berhenti berdetak saat mendengar kata operasi.

"Kamu tau tentang penyakitnya?" tanya Hansel seraya memajukan langkahnya semakin dekat kepada Laila.

"A-ah. Iya... Railo sempat menceritakannya padaku" ucap Laila. Dan Hansel semakin memajukan langkahnya mendekat ke Laila dengan tatapan mengintimidasi.

"A-anu... Jangan deket-deket dong, kamu beda baget sama Railo. Aku takut" ucap Laila gugup.

Hansel mengsentikan langkahnya, dan melangkah mundur sebanyak 3 langkah.

Serius Rai? Cuma aku yang nggak kamu kasih tau? Kak Sheela, mungkin nggak kamu kasih tau, tapi dia jauh lebih paham tentang keadaanmu. Mungkin karena dia mengenal sosok yang kamu sembunyiin dibelakangku. Bahkan sampai sekarang, dia dekat denganku hanya karena penasaran denganmu dan karena berita kematianmu. Karena dia masih punya perasaan untukmu..sejujurnya, lebih dari apapun aku benar-benar kesal padamu, bungkam begitu saja, tanpa memikirkan perasaan orang-orang yang peduli dan ingin membantumu. Se egois itu, kau simpan semuanya untuk dirimu sendiri.Sampai akhirnya, pergi untuk selamanya begitu saja, tanpa kata. Sialan! Bukan begitu caranya memperlakukan teman-temanmu!! Batin Hansel, tanpa ia sadari, tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih menahan rasa marah dan juga rasa sakit ditinggal oleh teman, bahkan sahabat yang telah ia anggap layaknya saudara.

"Hei... Bisa ikut aku sebentar?" tanya Hansel ke Laila setelah cukup lama mengabaikan wanita cantik yang berada di hadapannya karena sibuk dengan pikirannya sendiri.

Ghost Dilema [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang