Dia Disini

41 2 0
                                    

Setetes air mata menetes keatas gitar yang berada di pelukan Hansel. Berawal dari setetes, hingga menjadi sebuah aliran deras. Semua pelanggan yang menonton pun meneteskan air mata.

Hansel mengucek matanya dan CTAR....! Rasa perih yang begitu sangat menyadarkannya kalau saat ini ia sedang mengenakan softlens. Hansel berusaha agar tidak berteriak, dan menahan sakit di matanya.

"Hahahaha ea ea baper.... Teman-teman, kakak-kakak, friends of mom and dad sekalian... Temanku Hansel ini baru saja kehilangan sahabat baiknya. Sekitar ng... Satu bulan yang lalu ada ya Hans?" ucap Sunny yang kini memegang alih mic di atas panggung.

"Satu bulan" jawab Hansel, masih dengan mata merem melek karena masih perih.

"Maka dari itu, kesempatan kali ini..."

KLAP!
Listrik padam, dan ruangan cafe itu menjadi gelap gulita.

"Eh? Mati listrik?" Sunny mengalihkan tatapannya ke seluruh ruangan gelap itu.

"Railo?" panggil Bulan mencari Railo.

Deg!
Dia disini? Batin Sunny yang mendengar suara Bulan.

"Tegangan? Syamsie?" tanya Hansel ke Sunny, namun tidak direspon oleh Sunny.

"Railo?" panggil Sunny dan menatap lurus ke mata Railo. Railo yang dipanggil begitu tertegun dan balik menatap Sunny.

PATS...

Lampu kembali menyala, dan ruangan cafe itu kembali menjadi terang benderang.

"Santai bro.... Sis, om, tante, karena lampunya udah fixed, selanjutnya aku balikin lagi sama bang kong ya!" ucap Sunny.

"Aseeeekkkk kita nge jaz bareng guys... " ucap bang kong yang mengambil alih mic yang berada di tangan Sunny.

Sunny memanggil Hansel dengan telunjuknya.

Sedangkan Railo masih terdiam dengan tatapan kosong di tempatnya.

"Railo? Kamu nggak apa-apa?" tanya Bulan yang merasa kalau tingkah Railo sedikit aneh.

"Dia..... Bisa melihatku?" ucap Railo tanpa melihat Bulan.

"Eh?"

"Nggak, barusan dia menatap ke arahku dan memanggil namaku. Tapi kalau benar dia bisa melihatku, dari awal dia pasti sudah sadar dengan keberadaanku. Berarti dia nggak bisa lihat" ugh, kepalaku mulai sakit lagi ucap Railo seraya memijit kepalanya.

Hansel duduk disebelah Sunny dengan segelas besar parfait dengan berbagai toping diatasnya yang membuatnya terlihat tampak manis.

"Nggak cocok Hans, asli dah. Badan macho, sukannya makan parfait. Lagian perasaan lagu banyak dah, kenapa harus milih lagu baper?" ucap Sunny dengan nada yang aneh didengar.

"BERISIKLU! GUE GAGAL MOVE ON OK! DIEM!!" Teriak Hansel marah.

"Oh iya yah, hmmm itu ya-kamu udah ditolak duluan bahkan sebelum nembak. Terus ternyata dia masih suka sama almarhum sahabatmu itu, bahkan dari dulu.... Hmmm sekitar tiga tahun yang lalu? Lalu akhirnya dia deket sama kamu cuma gara-gara Railo dan sama sekali nggak memperhatikanmu kan?" Sunny mengucapkannya dengan nada yang lembut, bahkan sangat lembut. Namun dengan ucapannya itu, dia berhasil memojokkan Hansel yang kini hanya menundukkan kepalanya.

"Wahahahha! Man! That's one messed of love story you got there! (amburadul bangetlah kisah cintamu)" tambah Sunni.

"Ugh. Perih" ucap Hansel lalu mengeluarkan tempat soflensnya yang memang selalu ia bawa kemana-mana. Hansel melepas softlens dari kedua matanya, dan memasukkannya kembali kedalam tempatnya.

"Han, matamu. Kamu he-..." Sunny belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Hansel menaikkan tangannya menyuruh Sunny untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak ingin ia dengar.

"Jadi, yang pengen kamu omongin hari ini itu apa? Aku sibuk tau" ucap Hansel seraya mengenakan kacamata hitam.

"Dih! Najis lo bro! Sok sibuk amat! Sok kegantengan amat! Ngapain pake kacamata hitam indoor?!"

"Waah biar nggak salah fokus"

"Najes!"

"Tapi serius dah Sun, mau ngomong apaan sih?" Tanya Hansel kembali ke topik.

"Bentar, lagi ngerangkai kata-kata biar kamu nggak baper lagi"

"Nggak lah! Aku nggak se-lembek itu"
Ucap Hansel dengan wajah imutnya yang melanjutkan kesibukannya memakan parfait.

"Kalo aku bilang hantu Railo gentayangan di dunia ini gimana?" perkataan Sunny sukses membuat Hansel kaget sekaligus tidak percaya, wajah imut yang Hansel tampakkan kini terganti dengan wajah yang serius bercampur rasa tidak percaya mendengar penjelasan Sunny.

"Yah.. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya nggak tenang di dunia ini" ucap Sunny.

Sedangkan Ralo yang sedari tadi memegangi kepalanya, membuat Bulan merasa khawatir dengan keadaan Railo.

"Railo. Jangan memaksakan dirimu" ucap Bulan lalu menepuk bahu Railo dengan pelan.

"Bulan?"

"Hm?"

"Aku ingat cowok itu. Namanya Syamsie Zavier Ithnanda, biasa dipanggil Sunny. Aku pertama kali pertemu dengannya saat pendaftaran masuk SMA" ucap Railo dengan wajah polosnya.

Ghost Dilema [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang