Night Mare

43 1 0
                                    

5 JANUARI, PERTAMA MASUK SMA

Tar...!
Tar...!
Tar...!

Terompet bersahut sahutan. Sebagian besar anak-anak SMA itu mengenakan topi kerucut yang biasa digunakan anak-anak saat acara ulang tahun. Yah, mereka memang sedang merayakan ulang tahun saat ini.

"SURPRISE!!!"

"MET ULTAH RAI"

"HBD RAI"

"PANJANG UMUR. SEHAT SELALU"

"MAKIN TINGGI YAAK"

Teriak anak-anak. Railo yang berada di tengah-tengah, menatap mereka dengan tatapan bingung. Bagaimana tidak, tidak ada satupun yang dikenalinya. Namun saat Ralo membalikkan tubuhnya, ia tau jawabannya.

"Hans...?" panggil Railo kepada Hansel yang berdiri di ujung bangunan.

"Ahahha... Happy birthday Rai!" ucap Hansel dengan senyum indah yang menghiasi wajah tampannya.

SLIP!!!

Kaki Hansel terpeleset hingga ia terjungkal ke belakang.

"REIHAAAANNN!" Teriak Railo seraya mengulurkan tangannya untuk menggapai Hansel.
Namun naas, mereka jatuh berbarengan.

BLOOFF!!!
Namun tidak ada yang terjadi. Mereka jatuh ke atas parasut.

Hansel tampak tersenyum,namun berbeda dengan Railo. Wajahnya tampak menegang, Railo menggigit bibir bawahnya dan keringat bercucuran dari pelipisnya.

"Hahaha. Serem banget gilakk. Lantai tiga padahal. Jantungku hampir copot, kukira aku bakal mati barusan. Untung klub flm lagi gelar parasut" ucap Hansel yang belum menyadari ekspresi Railo.

"R-rai? Kamu nggak papa?" tanya Hansel mendudukkan tubuhnya dan melihat Railo yang tampak kesakitan seraya memegangi dadanya.

"Gha! Khg!!" Railo masih ngos-ngosan.

Deg.. Deg... Deg... Deg... Deg... Deg... Deg

Detak jantung Railo semakin memburu bersama dengan nafasnya yang semakin tidak stabil.

"RAILO?!" Teriak Hansel mulai panik.

Detak jantungnya keras sekali. Ini bercanda kan? Batin Hansel berharap kalau apa yang dilakukan Railo hanyalah candaan. Namun sepertinya Hansel salah, ekspresi Railo dan detak jantungnya tidak dapat dikatakan bercanda.

"AAAAAAGGGGGHHHH!!!" Erangan Railo semakin menjadi.

Aku telah membuat kesalahan besar... Batin Hansel.

>>>Hansel pov<<<

Aku menemui Railo di rumah sakit. Railo, dengan baju pasiennya duduk membelakangi ku.

"Hei... Bodoh!" ucap Railo tanpa membalikkan tubuhnya.

"Rai... Aku... Maaf.... Aku...... Minta Maaf! Kematianmu, semua karena kesalahanku! Aku... Telah membunuhmu!!!" isak ku seraya berlutut di hadapan Railo, aku tak kuasa menahan penyesalan yang kini menguasai tubuhku.

Railo melirikku dengan tatapan tajam.

"Itu Benar HANSEL! Kamulah yang MEMBUNUH ku!" ucap Railo dengan seringai mengerikannya.

"Dari dulu! Kamu sama sekali nggak berguna ya... Kalau saja kau tak terlahir ke dunia ini!!" ucapan Railo sukses membuat mata ku terbelalak, aku tidak percaya, kalau kata-kata itu kini keluar dari bibir Railo.

"Mungkin saat ini aku masih hidup!!! HEEEEIIIIIII HAAAANS!!?" Railo memegang pundak ku. Aku hanya bengong dengan mata melotot tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini. Wajah Railo dipenuhi darah dimana-mana, bola mata yang tampak akan keluar dari tempatnya, serta seringai kejam membuat wajah Railo tampak begitu mengerikan. Railo yang berada di hadapanku saat ini berbeda dengan Railo yang kukenal. Aku sama sekali tidak mengenali orang yang berada di hadapanku saat ini.

Ghost Dilema [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang