Apple of My Eye

47 1 0
                                    

"Sakitku ini, bukan berasal dari fisikku. Tapi dari mentalku, mereka menyebutnya 'skizofrenia'. Dokter bilang, aku sering berhalusinasi, melihat sesuatu yang sebenarnya diciptakan oleh pikiranku sendiri. Bukan hanya papa dan mama yang percaya ini, sekarang akupun merasa kalau diriku mungkin memang gila. Kau lihat Rai? Kadang-kadang aku suka mendapati diriku tiba-tiba nggak sadar dengan apa yang kulakukan. Seperti waktu aku tiba-tiba masuk kedalam kamarmu di rumahsakit waktu awal dulu. Dan mungkin saat aku tiba-tiba menciummu juga" Laila mengucapkan semua dengan nada sendu, namun tidak ada air mata.

Eh? Tunggu sebentar. 'skizofrenia' itu, rasanya aku pernah membacanya di buku. Penyakit mental atau kejiwaan, ada hubungannya dengan proses berpikir dan mungkin cara otak memproyeksikan sesuatu. Setidaknya, itu yang kuingat. Ah.... Benar..... Masuk akal. Laila itu mudah paranoid, emosional, kebencianya yang berlebihan pada pembelajaran, mood swing yang ekstrim, dan reflek yang agak kasar. Jadi, singkat kata, aku mati karena orang 'gila'...??!!! Udah nggak lucu lagi anj*r batin Railo, yang sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang selama ini terjadi.

"Railo pasti menganggapku gila kan?" tanya Laila seolah dapat membaca pikiran Railo.

"Railo jijik padaku kan?" ucap Laila lalu memalingkan wajahnya dari Railo.

"Bukan gitu. Berikan aku waktu untuk mencerna semuanya sebentar La, banyak banget informasi yang kudapatkan hari ini,  aku bingung harus menghadapi yang mana dulu" selain itu, ada kemungkinan besar kalau aku mati karena 'keisengan' kamu La. Bagaimana aku menjelaskannya? Bisa-bisa dia shock dan frustasi kalau tau aku mati karena dia. Aku terlalu khawatir untuk jujur batin Railo yang kembali sibuk dengan pikirannya sendiri.

Sedangkan Laila kini menjauhkan tubuhnya dari Railo, merasa kalau Railo jijik berada berdekatan dengan drinya.

"Aku menggelikan, nggak mungkin Railo nggak geli padaku!" Ucap Laila seraya memeluk tubuhnya sendiri dengan kencang dan menundukkan pandangannya, melihat ujung sepatu yang ia kenakan.

Tentu saja. Tapi.... Batin Railo, kemudian melanjutkan "DENGAR LA! KALAU AKU GELI PADAMU, AKU SUDAH MENJADI BAJ*NGAN BESAR TAU!" teriakan Railo membuat Laila tersentak kaget, dan menoleh sekilas kearah Railo.

"sudah ku bilang waktu aku cerita ke Laila, Laila tersenyum dan menyemangatiku kan? Aku juga akan melakukan hal yang sama! Aku nggak mungkin geli, apalagi jijik sama Laila" ucap Railo lembut.

Laila yang mendengar ucapan Railo, dan ketulusan jelas tampak dari ucaoan tersebut, membuat air mata Laila kini membasahi pipinya.

"Ah. Kgh. Railo begoooo! Kenapa kamu bisa ngomong kata-kata memalukan kayak gituuuuu?! Huwaaaaa" tangis Laila semakin deras, kini ia menenggelamkan wajahnya yang penuh air mata bersama isakannya kedalam tangannya.

"Hahahahaha! Kamu juga sama dulu tau! Gantian"

"Jangan ketawa!" ucap Laila disela tangisnya.

"Ini bukan hal yang bisa detertawakan tau" ucap Laila pelan, masih dengan isakan yang sesekali muncul.

"Hmm. No it's laughable alright. Simply ridiculous (nggak. Ini lucu kok, benar-benat lucu)"

"Aku nggak ngerti Inggris! Hiks! Tetap saja Rai, hiks! Nggak mungkin Railo nggak geli sama sekali padaku hiks"

Railo, hanya diam dan menjadi pendengar segala keluh kesah Laila.

"Selain dibidang seni. Aku nggak punya keahlian lainnya. Bahkan, kalau bukan karena rok feminim ini, mungkin aku gagal menjadi perempuan. Aku yakin, laki-laki juga pasti geli saat tau kalau aku yang sebenarnya seperti ini hiks! Hiks!" kini, tangisan dan isakan Laila semakin deras. Mengingat betapa kasihannya dirinya.

"La?" panggil Railo lembut.

"DASAR CENGENG! Katanya nggak.akan nagis..." ledek Railo, sukses membuat emosi Laila memenuhi kepala.

"DASAR BLEKOK! AKU LAGI SERIUS TAU! BUDAK! TOMPEL! SEBEL IIHHH!" Teriak Laila, kini tangannya telah berada di kerah baju yang dikenakan Railo dan menariknya dengan kuat.

"KAMU TUH YANG CENGENG!!!" lanjut Laila masih dengan emosi yang meluap-luap.

"Berarti kita cocok!" ucap Railo dengan kekehan kecil dan tidak mempermasalahkan tangan Laila yang menarik kerah bajunya.

"A-apaaan ish! Jangan begitu mukanya! Ngeselin!" kini Laila menarik tangannya dari kerah baju Railo, dan menggunakan tangannya untuk menutupi wajahnya yang serasa memerah.

"Becanda. Santai aja kali La, cerna yang kubilang barusan. Nggak akannada yang geli sama kamu"ya,mustahil dengan wajah dan ekspresi seperti itu batin Railo, yang melihat penampilan Laila kini, wajah cantiknya memerah sehabis menangis, bahkan gelungan rambutnya telah terbuka membuat rambut panjangnya terurai indah, serta ekspresi Laila yang sangaaaat imut dengan bibir manyunnya.

"Dengar, kalaupun ada yang geli padamu, jangan khawatir. Aku nggak akan menjadi salah satu dari mereka. Because 'you are the apple of my eye'. Laila...... Aku..... Suka..... Kamu" ucap Railo seraya mengelus lembut rambut Laila yang terurai



Ghost Dilema [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang