Maret 2015
Semenjak kejadian hari itu, hubunganku dengan Rio semakin hambar. Dia tidak pernah lagi mencium keningku sebelum pergi dan saat dia kembali, tidak lagi memakan masakanku dan kami tidak pernah lagi melakukan ritual 'penjemputan baby'. Entahlah mengapa Rio berubah seperti ini, bagaimana jika dia yang ada di posisiku dan aku memperlakukan dia seperti ini?.
"Rio, kamu pulang jam berapa hari ini? Aku udah masakin sop buat kamu."
"Gak usah, aku hari ini dinas di Jogja sampai seminggu."
"Kok kamu engga bilang?."
"Lupa, udah dulu ya ada klien."
*klik*
telepon langsung ditutup oleh Rio
....
Setiap salat tak pernah lupa aku berdoa agar Allah mengembalikan Rioku yang dulu dan memberikanku keturunan.
Hari ini sampai satu minggu ke depan aku akan melakukan semuanya sendiri, tetapi bukannya semua sudah kulakukan sendiri semenjak kejadian itu? Berarti harusnya aku sudah terbiasa kan.
**********
Hari ini hari keempat Rio dinas ke Jogjakarta aku sangat merindukannya, memang semenjak kejadian itu aku jarang berkomunikasi dengannya tetapi setidaknya aku masih bisa melihat dia dan tidur sekamar dengannya walaupun posisinya selalu memunggungiku.
Pekerjaanku di kantor jadi sedikit berantakan karena masalah ini. Akhirnya aku menelpon Rio, tetapi tidak diangkat.
Sore ini aku akan menemui dokter untuk konsultasi. Harusnya ada Rio yang menemaniku, tetapi dia malah ke Jogja dan mungkin tidak peduli dengan semua ini.
....
Hasil konsultasi dengan dokter hari ini, dokter bilang aku tidak boleh stres dan kelelahan. Bagaimana aku tidak stres dengan sikap suamiku yang semakin hari semakin menjauhiku. Terlalu banyak pikiran membuat otaku bekerja extra dan itu membuat aku lelah walau tidak melakukan kegiatan apa pun.
Kutelepon Rio sekali lagi dan akhirnya dia angkat.
"Kenapa?," kata Rio sinis
"Kamu lagi apa?."
"Lagi makan."
"Tadi aku habis ke dokter."
"Terus? Hasilnya berubah gak?."
"Maksudnya?."
"Penyakit kamu udah ilang belom?."
"Kok kamu ngomongnya gitu sih? Aku kan konsultasi untuk kebaikan kita juga Rio."
"Ya udah terserah kamu aja enaknya gimana?."
"Kamu masih mau gak sih punya anak."
"Masih, tapi emang kamu bisa kasih?."
Aku langsung menutup teleponnya. Berengsek. Seharusnya dia di sini menenangkan aku bukan menambah bebanku seperti ini. Dia memperlakukan aku seperti aku yang merencanakan semua ini, merencanakan membuatnya jatuh cinta lalu menikahiku dan membuatnya kecewa dengan kenyataan aku menderita penyakit ini dan gagal memberinya anak.
Lelah sekali rasanya aku menanggung semua ini sendiri. Aku putuskan untuk menginap di rumah orang tuaku hari ini dan mungkin aku akan menceritakan semua kepada mereka. Jika tidak ada Rio yang bisa membantuku melewati semua ini tetapi aku yakin masih ada keluargaku yang akan membatuku dan tidak akan meninggalkanku.
**********
Semalam orang tuaku kaget saat aku datang dengan mata sedikit sembab. Pada awalnya aku sangat menggebu-gebu untuk menceritakan semuanya ke mereka, tetapi sesampainya di sana aku batalkan niatku.
"Kamu kenapa?." kata ayah
"Kok kamu tumben pulang kesini, engga lagi marahan kan sama Rio?," sahut ibu
"Engga yah, bu. Rio dinas ke Jogja makanya aku kesini."
"Terus kenapa itu matanya sembab?," tanya kak Julio yang ternyata sejak tadi memperhatikan aku sambil baca majalah
"Aku kangen dia kak makanya aku nangis."
"Ealah ibu kira ada masalah apa."
"Engga bu," kataku pelan
....
Kulihat hand phone ku, tak ada pesan ataupun telepon dari Rio. Gila, dia sama sekali tidak merasa bersalah dengan apa yang sudah dia lakukan ke aku kemarin. Ingin rasanya aku menelpon dan mendengar suaranya, tetapi buat apa toh saat dia membuka mulut hanya menyakiti hatiku saja.
*kling*
Bunyi suara pesan masuk di hp ku.
Ternyata Rio. Saat aku membuka pesannya ternyata memberikan aku alamat untuk pengobatan alternatif. Ini sedikit memberiku angin segar. Dengan dia memberikanku alamat pengobatan alternatif ini berarti dia masih peduli dengan masalahku ini. Langsung saja kutelpon dia
"Hallo."
"Hallo sayang, ini pengobatan alternatif kamu tau dari siapa."
"Dari teman."
"Kamu nyeritain masalah kita ke temen kamu?."
"Ya engga lah."
"Oh, ya udah nanti pas kamu pulang kita kesini ya. Semoga aja cocok."
"Ya kamu lah kesana sendiri."
"Kamu ini kenapa sih Rio, ini kan masalah kita berdua harusnya dihadapin berdua dong."
"Masalah kita berdua? Cuma kamu yang bermasalah disini Vio."
"Aku engga nyangka ternyata begini ya sifat asli kamu. Brengsek!"
Langsung ku tutup telepon itu. Aku benar-benar tidak menyangka lelaki yang aku kenal selama sembilan tahun tega mengatakan hal seperti itu. Semoga tuhan tidak memberikan balasan untukmu Rio.
BERSAMBUNG

KAMU SEDANG MEMBACA
STAY
Fiksi UmumApa yang kamu lakukan jika pasanganmu tidak bisa menerima kekuranganmu, lepaskan atau bertahan ? ...... "Maaf Vio, kayanya aku engga bisa lagi ngelanjutin semua sama kamu" "Maksud kamu?" "Aku engga bisa lagi jadi suami kamu Vio, aku udah engga taha...