Februari 2016
27 Februari tiga tahun lalu jam 06.00 WIB aku sedang didandani untuk persiapan akad nikahku yang diadakan di salah satu Masjid besar di Jakarta. Aku ingat menelpon Rio puluhan kali pagi itu hanya untuk menanyakan "Kamu grogi engga?", "Jangan panik ya?", "Kamu udah hafal ijab kabulnya kan?" dan "Kamu ingat nama aku sama ayahku kan?".
27 Februari dua tahun lalu jam 06.00 WIB aku dan Rio masih tidur di kasur salah satu kamar hotel di Jogjakarta. Kami merayakan hari pernikahan pertama di Jogjakarta karena aku sangat suka dengan kota itu dan Rio ingin kami merayakan di tempat favoritku.
27 Februari setahun yang lalu jam 06.00 WIB aku sedang bersiap untuk kerja sedangkan Rio masih tertidur dan kejadian itu terjadi di Bandung karena aku sedang ada tugas di sana.
Hari ini 27 Februari 2016, Rio sedang bersiap ke kantor dan aku masih berbaring di kasur rumah kami karena merasakan mual dan pusing, mungkin karena PMS seperti biasa.
"Maaf ya sayang aku engga bisa siapin makanan kamu hari ini."
"Iya engga apa-apa, kamu istirahat aja dulu ya. Aku sarapan di kantor aja."
"Iya."
"Aku udah telepon ibu Sri nanti dia kesini nemenin kamu."
"Iya makasih ya, ehm Rio..."
"Ya..."
"Happy anniversary yaa."
Rio langsung menghampiriku dan mencium keningku "Happy anniversary juga ya sayaaaang. Semoga kamu cepet sembuh biar nanti malam kita bisa rayain di mana pun deh sesuka kamu hehe."
"Iyaa."
"Tapi nanti kalo masih sakit kamu telepon tante Aisyah aja ya."
"Iyaa Rio sayang."
....
Rio menelepon dan menyuruhku menyiapkan diri untuk makan malam spesial kami nanti malam. Ingin rasanya aku menyiapkan baju, sepatu dan tas mana yang akan aku gunakan nanti, tetapi badan ini rasanya lemas hanya ingin tiduran saja. Seharian ini aku hanya menghabiskan waktu di kamar bahkan untuk makan saja aku menyuruh bu Sri membawakan ke kamarku. Aku kira setelah operasi aku tidak akan merasakan hal semacam ini lagi setiap bulannya, tetapi sepertinya aku masih harus menghadapi semua ini seumur hidupku.
....
Mobil Rio sudah memasuki halaman rumah dan aku masih duduk di tempat tidur dengan handuk melilit di tubuhku.
"Vio kok belom rapi sih?."
"Aku males banget, Rio."
"Kamu masih sakit?."
"Masih mual kadang-kadang."
"Kita ke tante Aisyah aja yuk, kita minta obat supaya darahnya langsung keluar gitu. Aku engga tega ngeliat kamu kaya gini."
"Aku males kemana-mana, Rio."
Rio mengambil bajuku di lemari dan dia memakaikan bajuku secara perlahan. Rasanya seperti seorang ayah yang sedang mengurus anaknya. Sesudah itu Rio menuntunku untuk bangun dan keluar kamar.
"Mau kemana sih ,Rio. Aku males, lemes rasanya."
"Kita ke rumah sakit ya, kayanya kamu sakit beneran deh ini." kata Rio dengan nada khawatir.
"Aku engga apa-apa sayang, kalo darahnya udah keluar juga mualnya ilang. Kaya biasa aja."
Rio tidak menjawab dan tetap menuntunku ke mobilnya. Semakin lama kakiku rasanya semakin lemas dan aku pingsan di pelukan Rio.
....
Jam sembilan malam aku masih berbaring di kasur rumah sakit dengan Rio di sampingku. Kami sedang tersenyum memandang foto di tangan kami. Foto calon bayi kami yang ternyata sudah empat minggu di rahimku.
Ternyata mual dan pusing yang aku alami seharian ini bukanlah gejala haidku tetapi tanda kehamilanku.
27 Februari setahun yang lalu aku merencanakan kehamilan sebagai hadiah anniversary untuk Rio tetapi gagal dan tahun ini tuhan memberikan hadiah istimewa ini untuk kami.
Terima kasih tuhan, aku dan Rio akan menjaga hadiah ini dengan baik.
Jadi...
Harusnya cerita Rio sama Viola tamat sampai sini, tapi kata temen-temen aku yang udah baca mereka mau liat konflik setelah Viola hamil apalagi sama mama Olin.
Menurut kalian tamatin sampai sini aja apa dilanjut lagi ?
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY
Ficción GeneralApa yang kamu lakukan jika pasanganmu tidak bisa menerima kekuranganmu, lepaskan atau bertahan ? ...... "Maaf Vio, kayanya aku engga bisa lagi ngelanjutin semua sama kamu" "Maksud kamu?" "Aku engga bisa lagi jadi suami kamu Vio, aku udah engga taha...