Februari 2015
Seminggu yang lalu aku dan Rio pergi ke dokter untuk melakukan pemeriksaan. karena pada saat itu aku sedang haid dan sakit jadi yang diperiksa adalah Rio terlebih dahulu. Dan hari ini aku akan mengambil hasil Rio dan melakukan pemeriksaan untukku.
"Kalo hasilnya aku yang engga subur gimana?," kata Rio pelan
"Kok kamu ngomongnya gitu?."
"Aku takut Vio."
"Apa pun hasilnya aku bakalan tetap sayang sama kamu."
Rio langsung memelukku dengan erat.
....
Setelah melakukan pemeriksaan kepadaku dokter membacakan hasil pemeriksaan kami berdua. Rio terus menggenggam tanganku saat menunggu giliran kami untuk masuk ke ruangan dokter.
"Untuk pak Rio saya rasa tidak ada masalah."
"Alhamdulillah," kataku pelan
"Ibu Viola, apa siklus menstruasi ibu teratur?."
"Tidak dok, kadang saya suka telat."
"Apa terasa sakit saat menstruasi?."
"Iya dok pasti sakit."
"Istri saya engga apa-apa kan dok?," kata Rio cemas
"Setelah melihat hasil pemeriksaan dan gejala yang di alami oleh ibu Viola, bisa dikatakan ibu menderita Endometriosis."
"Maksudnya dok?," kataku pelan
"Endometriosis adalah istilah untuk menyebutkan kelainan jaringan rahim. Endometriosis bisa mengakibatkan tidak berfungsinya beberapa organ reproduksi perempuan. Proses pembuahan jadi lebih sulit sehingga janin sulit terbentuk."
Rio kaget dan melihat kearahku.
"Tapi masih ada kemungkinan saya untuk hamil kan dok?," kataku dengan suara bergetar
"Kemungkinannya kecil, bila hamil maka kemungkinan besarnya terjadi kehamilan ektopik, yaitu kehamilan di luar rahim."
Ya Allah seperti runtuh duniaku saat mendengar penjelasan dokter. Aku juga bisa melihat raut kesedihan di muka Rio. Dia pasti sangat kecewa denganku.
"Ini masih bisa disembuhkan kan dok?," tanyaku lagi
"Penyebab Endometriosis belum diketahui dan langkah penyembuhannya secara menyeluruh juga belum ada. Tujuan penanganan hanya untuk mengurangi gejala, memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim, meningkatkan kesuburan dan mencegahnya untuk kambuh."
Jujur aku tidak begitu paham dengan apa yang dikatakan doketr itu, yang aku tahu akan sulit untuk aku mendapatkan seorang anak. Aku hanya bisa menangis dan terdiam saat mendengar penjelasan dokter
....
Di perjalanan pulang tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Rio. Tangannya mencengkram kemudi dengan kencang dan wajahnya menatap jalan dengan tegang. Aku tahu dia terguncang dengan semua ini.
Sesampainya di rumah Rio langsung masuk ke dalam rumah mendahuluiku dan membanting pintu kamar. Saat aku menuju kamar aku mendengarnya berteriak.
"Rio sabar."
Dia malah menatapku dengan wajah yang tidak bisa aku gambarkan. sedih, tertekan, marah dan kecewa seperti itu yang bisa aku jelaskan.
"Mungkin ini ujian untuk rumah tangga kita, dan aku yakin kita bisa ngelewatin ini asal kita sabar."
"Sabar sampai kapan?."
"Kita aja belum ngelakuin terapi sama sekali mana aku tau sampai kapan, dan mungkin aja cuma sebentar."
"Mungkin? Gimana kalau lama dan ternyata hasilnya nihil?."
"Aku akan ngelakuin apa aja Rio."
Rio hanya diam menatap lantai kamar kami.
"Aku lagi pengen sendiri Vio, kamu bisa kan tinggalin aku sendiri dulu?," Kata Rio saat aku mendekatinya.
Aku pergi ke ruang tamu, di sana aku menangis. Aku tahu aku yang memiliki penyakit ini tetapi kan seharusnya dia selalu mendampingi ku, memberikan aku dorongan untuk sembuh bukan dengan menjaga jarak seperti ini. Seharusnya masalah seperti ini ditanggung bersama kan?. Aku tahu dia kecewa dan aku juga tidak menyalahkan dia, jika aku menjadi dia mungkin aku pun juga akan kecewa tetapi aku tidak akan meninggalkan pasanganku sendirian seperti ini.
Sudah malam dan Rio belum juga keluar dari kamarnya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk ke kamar.
"Kamu mau makan apa, aku masakin ya."
"Gak usah masak, beli nasi goreng yang lewat aja," katanya dengan nada datar
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
STAY
Ficción GeneralApa yang kamu lakukan jika pasanganmu tidak bisa menerima kekuranganmu, lepaskan atau bertahan ? ...... "Maaf Vio, kayanya aku engga bisa lagi ngelanjutin semua sama kamu" "Maksud kamu?" "Aku engga bisa lagi jadi suami kamu Vio, aku udah engga taha...